The Calyx - Story Of Azka & A...

By NRMusdjalifah

42K 2.8K 259

Bagaimana bisa aku mencintai gadis yang sangat ceroboh seperti dia. Dekat dengan gadis itu membuatku benar-be... More

KELUARGAKU
KOTA MALANG
BENARKAH INI BERKAH?
ORANG ANEH
TOM & JERRY BERDAMAI
SAHABAT
FARZANA
CEROBOH
FAKTA TENTANG AZKA
TRIPLET ABDULLAH
CURHAT
TRAGEDI YANG MERUBAH SEGALANYA
ADA APA DENGAN SYILA
MENIKAH???
Cuma Mau Numpang Lewat
PERTENGKARAN
PUKULAN LAGI?
TAKDIR YANG MEMAKSA
UNTUK ISTRIKU
KELUARGA ARSYILA
BERJUANG BERSAMA
LAMARAN BANG DHIA'
DUKA MALA
KELUARGA AZKA
BANG DHIA' DAN CINTANYA
LAMARAN BANG DHIA' (LAGI)
HARUSNYA BAHAGIA
PENYESALAN
SEMUA AKAN BAIK-BAIK SAJA
KABAR GEMBIRA
OPEN PO YAAAA
KABAR BAIKK

BIDADARI MASAK GITU

1K 86 11
By NRMusdjalifah

Mengenal banyak orang dengan mudah bukan hal mudah untukku, berbeda halnya dengan Zia sahabatku yang memang gampang sekali bergaul. Aku membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa akrab dengan orang baru. Bahkan aku membutuhkan waktu satu tahun untuk memutuskan bersahabat dengan Zia dan Izard dulu. Tapi sekali aku dekat dengan seseorang, aku akan berusaha menjadi kawan yang paling setia.

Kedekatanku, Zia dan Izard memang tidak bisa dianggap sepele. Persahabatan kami seakan menyatukan tiga keluarga. Bahkan aku tanpa sengaja juga akrab dengan Mas Rayyan, kakak kandung Zia sekaligus sahabat Bang Dhia' kakakku. Sikap dewasa Mas Rayyan membuatku nyaman bila berada didekat laki-laki yang beberapa bulan lalu telah menyelesaikan kuliahnya di Jerman. Bahkan sering Zia merasa kesal karena Mas Rayyan lebih dekat dengan ku daripada dirinya.

Tapi meskipun begitu, toh Zia tak pernah benar-benar marah dan benci kepada ku maupun Mas Rayyan. Kami tetap saling berbagi satu sama lain. Zia orang yang sangat supel dengan orang lain. Cara dia bergaul dengan orang-orang baru terkadang membuatku iri dengannya. Aku tidak pernah bisa semudah itu. Tapi itulah kami, aku merasa Zia sangat bisa menyeimbangi semua kekuranganku. Bahkan tidak jarang dia mengenalkan teman-teman barunya kepadaku. Mengajakku ikut gabung bersama mereka meskipun tetap sih aku ya aku, bukan orang yang mudah bergaul dengan orang baru.

Sama halnya dengan sahabatku satu lagi. Bagiku Izard sosok sahabat dengan paket super komplit. Kadang dia bisa menjadi sosok Zia yang sangat cerewet, kadang juga dia akan menjadi sosok Bang Dhia' yang super duper nyebelin, kadang juga dia akan menjadi sosok mas Ahwas yang sangat perhatian padaku dan Zia, tak jarang Izard akan menjadi sosok mas Rayyan yang sangat bijak menghadapi semua masalah yang ada. Tapi Izard tetaplah Izard. Dia akan menjadi pribadi yang sangat cuek dengan sekitarnya. Lengkap bukan?

Hari ini, kami berada di bandara Internasional Juanda untuk mengantar kepergian mas Rayyan kembali ke Jerman untuk melanjutkan Studi S2nya disana. Aku, Zia, Bang Dhia' dan kedua orangtua mas Rayyan telah berada di Juanda. Dan lagi-lagi Zia mendumel karena keterlambatan Izard.

"Umi dulu kebanyakan manjain Izard kayaknya. Jadi kebiasaan ngaretkan anaknya. Gak ada disiplin-disiplinnya sama sekali." Omel Zia yang dibalas gelengan kepala oleh Umi Qori, Ibunya.

"Kok jadi umi yang disalahin? Izard kan emang masih ada urusan sayang tadi. Dia juga udah dijalan sekarang. Macet mungkin." Kata umi Qori menjelaskan kepada Zia.

"Take Off jam berapa sih mas?" tanyaku tanpa memperdulikan ocehan Zia.

"15 menit lagi Syil."

"Mas Rayyan udah pamit bunda sama ayah belum?" tanya Umi Qori mengingatkan. Mas Rayyan tersenyum lalu mengangguk menjawab pertanyaan uminya. Bunda dan ayah yang Umi Qori maksud ini adalah orangtua dari Izard yang merupakan kakak angkat dari Abi Ali, ayah Zia dan mas Rayyan. Kata Zia, sedari kecil mas Rayyan memang sangat dekat dengan Bunda Rania berbanding terbalik dengan Izard yang lebih dekat dengan Umi Qori. Aku tidak begitu mengenal mereka tapi beberapa kali kami pernah bertemu. Dan aku bisa melihat bagaimana dekatnya dua keluarga tersebut.

"Udah umi sayang. Kemarin waktu Mas ke Blitar kan sekalian pamit. Mas yang sengaja nolak mereka buat ngantar mas ke Bandara mi. Kasian masak jauh-jauh ke Surabaya cuma buat nganterin Rayyan. Lagian kan udah diwakilin si tukang ngaret." Kata Mas Rayyan saat Izard datang. Izard tak memperdulikan sindiran mas Rayyan. Memilih menyalami umi kesayangannya dan Abinya.

"Gak usah nyindir-nyindir deh mas. Belum telat juga kan. Situ juga belum terbang ini." Kata Izard membela diri. Dasar Izard, tidak pernah mau disalahkan dalam keadaan apapun.

"Makanya jangan kebiasaan ngaret Zard." Kini Bang Dhia' mulai bersuara. Aku hanya menjadi pendengar setia saja disini. Sesekali tersenyum melihat tingkah bocah orang-orang didepanku.

"Gak maksud buat ngaret sih bang. Tapi ya situasi dan kondisi gak mendukung ya mau gimana lagi."

"Alasan aja kamu tuh Zard." Kata Zia masih kesal. Mungkin kalau gak ada umi dan abinya, gadis itu pasti sudah berceramah panjang lebar.

"Emang kamu ada acara apa sih Zard? Kok bisa sampek telat gitu? Dateng-dateng keringetan lagi." Kata Umi Qori pada Izard.

"Itu mi... tadi sebelum kesini Izard mesti ke kampus dulu ada laporan yg harus di kumpulin pagi ini. Terus nungguin angkot gak dapet-dapet tadi."

"Mas Rayyan sama Bang Dhia' percaya?" Tanya Zia. Dua laki-laki didepannya menggeleng kompak.

"Motor kamu kemana Zard?" Tanya Ali.

"Dirumah Blitar bi. Kemarin waktu mau pulang kesini motornya ngambek. Tak tinggal dirumah deh. Terus kesini naik kereta. Mampir malang dulu nemuin dua bidadariku." Kata Izard menjelaskan.

"Dua bidadarimu? Siapa? Ah jangan bilang Zia sama Syila?" Tanya Mas Rayyan tak percaya.

"Iya lah mas. Emang siapa lagi? Mereka kan bidadari-bidadariku. Iya gak Syil... Zi...?"

"Bukan." Kata Zia membantah. Sedangkan aku hanya menggeleng pelan.

"Haha. Kasian banget kamu Zard ditolak mereka mentah-mentah."Komentar Bang Dhia' disambut gelak tawa semua orang.

"Kok kalian gak mau dianggap bidadari sih?"

"Bukan gak mau Izard. Tapi kan kenyataannya kita bukan bidadari." Kataku memberi alasan.

"Lagian kita juga gak mau jadi bidadarimu. Kita tuh maunya jadi bidadari surga suami kita nanti. Iya gak Syil." Kata Zia

"Iya kalau yang ngomong gitu Syila sih aku setuju aja tapi kalau yang ngomong gitu kamu aku kok jadi ragu ya.." kata Izard yang langsung mendapat tatapan tajam dari Zia. Lagi-lagi mereka bertengkar karena hal kecil.

"Maksudnya?" Tanya Zia emosi.

"Hmm... harus gitu dijelasin?" Tanya Izard tak mau kalah. Ok mulai lagi perdebatan mereka. Umi Qori dan Abi Ali hanya mampu geleng-geleng kepala melihat anak-anak mereka yang memang tak pernah akur. Bagitupun dengan aku, Mas Rayyan dan Bang Dhia'.

"Ah... kelamaan nunggu kalian berantem yang ada aku gak jadi berangkat. Aku pamit deh. Kalian lanjutin berantemnya nanti kalau aku udah masuk." Kata Mas Rayyan menengahi. Mas Rayyan menghampiri umi dan abinya. Menyalami dan berpamitan kepada mereka.

"Mas pamit ya umi, abi. Umi dijaga kesehatannya. Jangan terlalu capek. Jangan banyak begadang nemenin abi lembur. Kalau waktunya tidur ya tidur abi ditinggal aja. Untuk abi juga, inget umur bi. Jangan terlalu memforsir pekerjaan." Kata Mas Rayyan setelah memeluk mereka bergantian. Umi Qori hanya mengangguk dan terkekeh pelan.

"Kamu makin cerewet Ray. Heran. Kalau gak mau abi kecapekan ya harusnya kamu tinggal disini. Bukan malah pergi ke Jerman lagi." Kata Abi Ali protes.

"Ya kan anak abi bukan cuma aku. Tuh manfaatin anak abi yang ada dideket sini." Kata Mas Rayyan sambil melirik Izard yang masih saja beradu mulut dengan Zia.

"Kan anak sulung abi kamu Mas. Izard kan juga masih kuliah." Kini Umi Qori mulai angkat bicara. Aku yakin Umi Qori dan Ali agak berat melepas anak mereka lagi. Mas Rayyan anak sulung mereka. Harapan pertama bagi mereka agar Mas Rayyan mau menggantikan Abi Ali di perusahaan. Tapi Mas Rayyan justru memilih mengambil S2 di kampusnya dulu.

"Kita sudah membahasnya kan kemarin umi, abi. Ray janji deh nanti kalau Ray udah selesai langsung pulang dan siap jadi penggantinya Abi." Kata Mas Rayyan meyakinkan. Umi Qori dan Abi Ali mengangguk.

"Iya abi percaya. Pergilah Ray. Toh abi juga masih belum terlalu tua." Kata Abi Ali memeluk anaknya lagi. Rayyan hanya mengangguk.

"Abi jagain umi ya. Nanti kalau umi susah dibilangin kasih tau Ray atau Izard."

"Banyak ngomong mas Rayyan mah. Udah mau take off tuh." Kata Zia kesal. Mas Rayyan tersenyum dan berjalan menghampiri adik cerewetnya.

"Iya bawel. Kamu gak suka banget sih aku disini lama-lama. Hmm..." kata Mas Rayyan sambil memeluk adik perempuannya.

"Gak. Mas aja gak mau deket sama aku kenapa juga aku harus suka kamu disini." Kata Zia menangis dalam pelukan kakaknya.

"Gak suka kok nangis." Kata Mas Rayyan sembari menghapus airmata adiknya.

"Aku gak nangis." Kata Zia sambil menghapus airmatanya. Aku memeluk Bang Dhia' melihat pemandangan haru didepanku.

"Kamu jangan nakal di Malang. Inget disana kamu tinggal sama orang lain. Jangan nyusahin Syila. Jangan banyak berantem sama Izard. Jagain umi sama abi juga. Sering-sering pulang." Nasehat Mas Rayyan.

"Bawel." Kata Zia menanggapi.

"Syila nitip adekku ya. Yang sabar nanggepin dia. Ajak dia biar jadi kayak kamu. Jadikan dia benar-benar bidadari sepertimu. Buat bidadari-bidadari dilangit iri pada kalian." Kata Mas Rayyan padaku. Aku hanya tersenyum mengangguk.

"Mas Rayyan kok gitu sih? Emang zia belum bisa bikin bidadari-bidadari langit cemburu? Emang Syila udah bisa?" Protes Zia.

"Bidadari masak gitu?" Timpal Izard mengejek.

"Nitip Zia sama umi Zard. Bantuin abi di perusahaanlah. Itung-itung belajar lah. Sering-sering main kerumah kalau kamu gak mau tinggal di rumah." Kata Mas Rayyan memeluk Izard.

"Iya mas. Kamu tenang aja. Zia sama umi aman. Ya nantilah kalau aku pas gak sibuk tak bantuin abi. Lagian abi kan masih seger gitu." Kata Izard membalas pelukan Mas Rayyan

"Susah emang ngomong sama kamu."

"Mbak Sasa belum menghubungimu mas? Kemarin dia baru telpon aku bilang kalau dia gak pulang lebaran ini." Kalimat Izard berhasil menghentikan langkah Mas Rayyan. Mas Rayyan hanya tersenyum lalu menggeleng.

"Aku pamit bro. Kapan-kapan main kesana. Jangan sok sibuk. Nitip bidadariku ya. Jangan sampek ada yang berani ganggu dia sampek aku kembali." Kata Rayyan sambil melirikku. Aku gak pernah tau apa maksud perkataan Mas Rayyan.

"Tenang aja. Tanpa kamu minta dia udah jadi tanggungjawabku. Hati-hati bro." Kata Bang Dhia' sambil memeluk sahabatnya.

"Dek kamu langsung pulang?" Tanya Bang Dhia' padaku saat Mas Rayyan telah menghilang dari pandangan.

"Enggak bang. Besok pagi pulangnya. Aku kan masih kangen sama bunda dan ayah."

"Gak kangen sama abang?"

"Enggak. Abang jahat."

"Salah apalagi?" Tanya Bang Dhia' bingung. Aku hanya terkekeh pelan lalu menarik tangan Bang Dhia' untuk pulang setelah pamit pada keluarga Abi Ali.

Aku dan Bang Dhia' telah sampai dirumah kami. Aku sedang membantu bunda untuk menyiapkan makan malam. Sedang Bang Dhia' sedang menonton bola bersama ayah.

"Bang menang siapa? Pasti arema kan?" Tanya ku pada Dhia'. Bergabung bersama kedua lelaki kesayanganku. Aku memang menyukai sepakbola. Fakta yang tak pernah diketahui orang lain selain keluargaku. Terlahir dikeluarga pecinta bola membuatku pun terbawa dalam suasana itu.

"Udah selesai dek?" Tanya ayah padaku. Aku mengangguk dan memilih duduk didekat ayah. Memeluk ayah manja. Ah kangen manja-manjaan sama ayah kayak gini.

"Yee... 2-1. Pasti arema yang menang." Kataku penuh semangat

"Belum tentu dek. Ini masih babak pertama. Persija juga hebat lho. Abang dukung Persija." Bang Dhia' mengomentari tidak mau kalah. Dulu saat aku dan Abang masih sama-sama ada dirumah, kumpul-kumpul begini menjadi hal biasa tapi sekarang justru menjadi hal yang paling aku rindukan. Kesibukan Abang dan aku yang memang kuliah diluar kota Surabaya membuat kami jarang bisa berkumpul bersama.

"Ayah ikut adek." Kata Ayah berkomentar.

"Apa kata Rayyan ya kalau tau bidadarinya ternyata penggila bola juga." Kata Bang Dhia' tiba-tiba.

"Apa salahnya suka sepakbola?" Kataku sekenanya.

"Tunggu.... tunggu. Adek ada hubungan apa sama Rayyan?" Tanya Bunda padaku.

"Gak ada kok bun." Jawabku jujur. Karena memang antara aku dan Mas Rayyan tidak pernah ada hubungan apapun. Hubunganku dan Mas Rayyan hanya sebatas aku sahabat adiknya dan mas Rayyan sahabat baik Abangku. Udah. Gak lebih.

"Kok abang tadi bilang kalau Syila bidadarinya Rayyan?" Tanya Bunda lagi.

"Ya Rayyan ngomongnya gitu tadi. Dia bilang kalau bidadari-bidadari dilangit cemburu sama Syila. Terus pesen sama abang buat jagain dia." Kata Bang Dhia' cari gara-gara.

"Yah..." Kata bunda menjawil ayah. Wah gawat kalau sudah gini mah. Bunda dan ayah pasti mikirnya aku ada apa-apa nih sama Mas Rayyan. Dasar Abang, kapan sih gak bikin kesel?

"Mereka udah dewasa bunda. Ayah yakin kok kalau adek juga udah tau apa yang baik buatnya. Yang penting jangan pacaran. Kalau memang serius ayah lebih setuju kalau kalian langsung nikah." Komentar Ayah mengejutkan ku dan Bang Dhia'.

"No. Abang gak mau ya dilangkahi." Kata Bang Dhia'. Selalu seperti ini setiap ada laki-laki yang terlihat mau mendekatiku. Abang akan menjadi barisan paling depan menjadi tamengku.

"Yang mau ngelangkahin abang siapa? Adek juga belum memikirkan itu bang, yah, bun. Adek masih pengen konsen kuliah dulu, pengen jadi dokter dulu." Kataku mantap, nikah muda memang baik, bisa menjauhkan diri dari maksiat tapi bukan menjadi hal yang aku inginkan. Kepikiran aja enggak.

"Nah... ayah bangga sama adek." Kata Ayah sambil memelukku.

"Lagian Syila juga gak mungkin sama mas Rayyan. Mas Rayyan udah adek anggap kakak sendiri sama kayak abang atau mas Ahwas. Syila juga gak mungkin tega menyakiti hati wanita lain yang jauh lebih mencintai mas Rayyan." Kata ku masih dalam pelukan ayahnya sambil mata tetap terfokus dengan layar TV didepanku.

"Yee... gol lagi." Sorakku saat Arema berhasil menambah gol mereka.

"Tuh kan... masak bidadari gitu?" Komentar Bang Dhia' melihat sorak bahagia ku. Ayah dan Bunda pun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat polahku. Inilah aku yang sebenarnya, yang tidak banyak orang tau. Inilah aku ketika aku hanya bersama kedua orangtuaku dan kakakku. Aku yang apa adanya. Tbc








Maaf ya baru bisa update hari ini, kemarin nungguin vote sampai 50 aja eh gak taunya sampai hari ini gak tembus juga. gereget sih tapi gakpapa deh. Gak mengharap lagi deh, emang ya berharap kepada selain Allah itu cuma bikin kecewa aja, jadi mulai saat ini InsyaAllah bakal tetep update meskipun gak ada yang vote. Terimakasih yang sudah ikhlas merelakan waktunya buat mencet tanda bintang. 

Continue Reading

You'll Also Like

198K 10.9K 29
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...
887K 27.1K 55
Kesalahan karena kabur dari Mesir saat pendidikan membuat seorang gadis terpaksa dimasukkan ke sebuah pesantren ternama di kota. namun karena hadirny...
440K 54.2K 16
Lentera Hati - Series keempat Lentera Universe Romansa - Spiritual - Militer "Dejavu paling berat adalah bertemu seseorang yang mirip dengan dia tapi...
32.3K 4.3K 71
Adeeva Humaira Laskar Khaizuran. Seorang wanita yang jauh dari kata agama dan tidak mengenal apa itu agama, selain tidak ada niat untuk berubah dia j...