The Calyx - Story Of Azka & A...

By NRMusdjalifah

42K 2.8K 259

Bagaimana bisa aku mencintai gadis yang sangat ceroboh seperti dia. Dekat dengan gadis itu membuatku benar-be... More

KOTA MALANG
BENARKAH INI BERKAH?
ORANG ANEH
TOM & JERRY BERDAMAI
SAHABAT
BIDADARI MASAK GITU
FARZANA
CEROBOH
FAKTA TENTANG AZKA
TRIPLET ABDULLAH
CURHAT
TRAGEDI YANG MERUBAH SEGALANYA
ADA APA DENGAN SYILA
MENIKAH???
Cuma Mau Numpang Lewat
PERTENGKARAN
PUKULAN LAGI?
TAKDIR YANG MEMAKSA
UNTUK ISTRIKU
KELUARGA ARSYILA
BERJUANG BERSAMA
LAMARAN BANG DHIA'
DUKA MALA
KELUARGA AZKA
BANG DHIA' DAN CINTANYA
LAMARAN BANG DHIA' (LAGI)
HARUSNYA BAHAGIA
PENYESALAN
SEMUA AKAN BAIK-BAIK SAJA
KABAR GEMBIRA
OPEN PO YAAAA
KABAR BAIKK

KELUARGAKU

3.7K 110 10
By NRMusdjalifah

Aku tersenyum menatap novel yang ada digenggamanku. Novel favorit ciptaan bundaku yang terbit bahkan jauh sebelum aku bisa membacanya. Meskipun terlihat jadul tapi aku selalu suka dengan setiap kata yang bunda tuangkan dalam novel ini. Bahkan aku tak pernah sedikitpun bosan untuk membacanya. Entah sudah berapa puluh kali novel ini aku baca dan entah berapa puluh kali pula aku menangis setiap aku membaca kisah yang bunda tuliskan disini. Seperti saat ini, lagi-lagi aku menangis membaca novel bunda yang berjudul Arti Sebuah Pertemuan. Padahal aku sudah sangat hafal bagaimana ceritanya tapi entah kenapa rasanya tetap ingin menangis setiap kali aku membaca part dimana Naira  atau bundaku sendiri harus merelakan suaminya, Azzam yang harus pergi selama-lamanya. Apalagi saat itu Naira sedang mengandung.

Novel Arti Sebuah Pertemuan memang kisah nyata perjalanan asmara bunda dan ayahku. Kisah yang mengajarkanku banyak sekali arti dari setiap pertemuan, entah itu menyenangkan, menyakitkan, biasa-biasa saja, dikenang, atau mungkin dilupakan. Apapun itu semua pasti memberikan kita satu pelajaran berharga dalam hidup. Itulah yang selalu bunda tekankan dalam setiap part didalam ceritanya.

"Dasar bungsu cengeng." Kata sosok lain dalam novel bunda muncul. Sosok yang selalu bunda ceritakan keimutannya dari dia kecil bahkan pada bagian epilog pun bunda menceritakan sosok ini sebagai sosok yang sangat sempurna. Ah ayolah, dia begitu menyebalkan dan akan selalu menyebalkan dari dia kecil sampai sebesar ini. tidak ada sedikitpun dari penilaianku bahwa dia sesuai dengan apa yang bunda tuliskan. Dia adalah Dhiaurrahman Zahid Hamiza, kakak ku satu-satunya yang mesti dengan terpaksa aku akui keberadaannya. Orang paling menyebalkan yang pernah aku kenal.

"Arsyila Romesha Farzana! Hey abang ngomong sama kamu ya? Malah dicuekin." Teriaknya saat aku berjalan meninggalkannya. Mengambil minum sepertinya jauh lebih baik daripada meladeninya.

"Apaan sih bang. Ayah gak pernah bangun rumah ditengah hutan jadi abang gak perlu teriak-teriak gitu. Syila juga denger tanpa abang harus teriak-teriak gitu." Kataku sambil memberinya segelas jus jeruk kesukaannya. Meskipun dia sangat menyebalkan tapi tetap saja dia abangku yang mesti aku hormati.

"Adik yang baik. Tau aja kalau abangnya haus."

"Taulah. Bang Dhia' kalau teriak-teriak itu tandanya haus. Udah hafal diluar kepala bang."

"Adik pintar."

"Gak usah muji-muji kalau akhirnya ngejatuhin bang." Kataku duduk dikursi ruang makan. Didepan Bang Dhia' tentunya.

"Ayah sama bunda mana dek?" tanya Bang Dhia'. Bang Dhia' memang baru saja pulang dari Kalimantan, sebagai konsultan Bang Dhia' memang sering keluar kota untuk urusan pekerjaan.

"Bang... umur abang sekarang berapa?"

"Ya tinggal kamu tambah 5 aja umur kamu."

"23 tahun bang. Udah waktunya ngasih bunda mantu deh bang." Kataku. Bang Dhia' langsung memegang dahiku dengan punggung tangannya.

"Gak panas. Kok kamu ngigo gini sih dek? Kamu gak Kesurupan kan? Jangan bikin abang takut deh. Mana rumah sepi lagi." Kata Bang Dhia' parno. Haha meskipun tampangnya boleh dibilang ganteng, tubuhnya atletis tapi satu, abangku ini paling takut dengan hal-hal berbau mistis seperti hantu dan kawan-kawannya. Salahkan om Kaffa karena terlalu sering mengajak Bang Dhia' nonton film-film horror waktu kecil dulu.

"Hahaha... malu sama umur bang. Masih aja parno dengan hal begituan." Kataku tertawa puas.

"Ya habisnya kamu dek, abang tanyain ayah kemana malah nanyain umur udah gitu pakek bilang waktunya abang ngasih mantu ke bunda lagi. Kan abang jadi takut. Bukan Arsyila banget."

"Ih abang, adek serius tau. Emang abang gak ada kepikiran gitu buat nyari istri? Udah tua juga."

"Enak aja bilang abang tua. Masih muda tau."

"Yee... muda dari mana coba?"

"Ya dari sini." Katanya sambil menunjuk wajahnya. Selalu membanggakan wajahnya yang baby face itu.

"Bang plis deh."

"Assalamualaikum. Wah ada angin apa nih dua anak bunda lagi kumpul gini, anteng lagi. Iya gak yah?" tanya bunda yang baru memasuki ruang tengah yang memang langsung terhubung dengan dapur.

"Waalaikumussalam." Kataku dan abang menyalami ayah dan bunda secara bergantian.

"Ayah sama bunda dari mana? Kok tumben sore gini baru pulang?" tanya Bang Dhia'saat ayah dan bunda duduk bergabung bersama kami.

"Tadi ayah sama bunda habis dari rumah Mbah Uti kalian." Kata ayah menjawab. Mbah uti yang ayah maksud adalah orangtua dari ayah Azzam, suami pertama bunda. Orangtua ayah Azzam saat ini memang hanya tersisa Mbah Uti, mbah Kakung meninggal beberapa tahun lalu. Saat ini Mbah Uti tinggal bersama Tante Syifa, keponakan Mbah Uti yang memang sudah ikut bersama beliau sedari kecil.

"Kok gak ngajak Adek sama abang sih bun? Yah? Kan adek juga kangen sama mbah Uti." Kataku

"Tadi juga dadakan dek. Mbah uti minta ketemu sama ayah bunda. Gak sempet pulang buat jemput kamu dulu. Kan mesti muter nanti. Jaraknya juga makin jauh. Ya kan adek sudah besar, setiap saat juga bisa kerumah mbah Uti."

'Tapi kan..."

"Nanti kesana sama abang. ribet banget." Sahut Bang Dhia' yang langsung ku sambut dengan sorak bahagia. Meskipun aku bukan cucu kandung Mbah Uti tapi aku begitu menyayangi beliau seperti aku menyayangi nenek dan mbah ibu.

"Tadi kalian lagi ngobrolin apa? Seperti seru gitu." Tanya ayah.

"Adek cuma tanya abang kapan mau kasih mantu buat ayah sama bunda?" kataku yang langsung disambut pelototan oleh Bang Dhia'.

"Abang udah ada calon buat dikenalin sama ayah dan bunda?" tanya Bunda yang langsung disambut gelengan kepala oleh Bang Dhia'. Semangat bener.

"Abang mana berani bun deketin cewek, sama hantu aja masih takut. Hahaha." Kataku

"Adek gak boleh gitu ah. Emang adek gak takut sama hantu?" tanya bunda

"Enggaklah. Kan di Al Qur'an sudah dijelaskan bahwa manusia tidak bisa melihat makhluk ghaib seperti firman Allah dalam QS Al A'rof ayat 27: "...Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak dapat melihatnya..." bukan gitu yah? Bun?" tanyaku

"Anak ayah pinter."

"Tapi adek gak boleh ngeledekin abang kayak gitu ah. Gak baik. Gak sopan sayang." Kata bunda.

"Iya bundaku sayang. Gak lagi deh. Janji." kataku

"Minta maaf dong sama abangnya." Kata Ayah

"Abang maafin adek ya... tadi adek gak maksud buat bikin abang kesel kok. Adek cuma kangen aja bercanda sama abang." kataku sambil memeluk Bang Dhia'

"Iya... abang tau kok. Abang juga kangen sama kamu. di Kalimantan gak ada yang cerewet kayak kamu gini."

"Ya jangan sampai ada. Nanti kalau ada abang bakal lupa lagi sama adek."

"Gitu tadi sok-sok an nyuruh abang cepet-cepet nyari istri?"

"Ya beda urusannya dong bang, aku minta abang cepet-cepet nyari istri itu biar pas abang keluar kota abang inget pulang, gak lama-lama disana. Bunda juga biar gak sendirian kalau pas abang tinggal keluar kota. Kan adek bentar lagi juga mesti kuliah di Malang. Bunda pasti kesepian deh kalau abang pergi terus ayah kerja." Kataku masih dalam pelukan Bang Dhia'. Aku merasakan pelukan dalam tubuhku semakin mengerat.

"Kan bunda bisa main ke rumah Mbah Uti, main sama Dinda dan Daffa." Kata bunda menghampiri aku dan Bang Dhia' dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Aku dan Bang Dhia' langsung memeluk pemilik syurga kami dengan sangat erat.

"Ayah juga gak akan mungkin ngebiarin bunda kalian kesepian." Kata Ayah bergabung dalam pelukan kami. Dialah sosok laki-laki terhebat yang pernah aku kenal. Tidak akan pernah ada laki-laki lain yang lebih hebat dari sosok ayah. Sosok ayah yang tak pernah membedakan mana anak tiri mana anak kandung. Ayah yang selalu punya seribu cara untuk membuat bundaku tersenyum, ayah yang selalu mempunyai kalimat-kalimat bijak untuk anak-anaknya, dialah ayahku.

"Nanti kalau adek nikah, adek mau laki-lakinya seperti ayah yang selalu punya seribu cara untuk membuat bunda tersenyum." Kataku sambil memeluk ayahku erat. Aku begitu menyayangi beliau.

"Emang putri ayah sudah siap buat menikah?" tanya Ayah menggodaku.

"Belum. Adek masih ingin menjadi seorang dokter seperti umi."

"Abang juga nanti kalau nikah, maunya perempuan yang lemah lembut seperti bunda, gak cerewet dan pencilaan kayak kamu dek." Kata bang Dhia' sambil memeluk bunda.

"Ih ayah abang ngeselin. Masak putri manis ayah dibilang cerewet, pencilaan lagi. Padahalkan adek lemah lembut kayak bunda." Kataku protes

"Kan bener apa kata abang." Kata Ayah mendukung Bang Dhia'

"Ih ayah ngeselin sama kayak abang." kataku kesal.

"Kamu tau gak... cerewet kamu ini yang paling membuat ayah, bunda, abang dan semuanya kangen sama kamu dek." Kata ayah semakin mengeratkan pelukannya

"Adek sayang banget sama ayah." Kataku

"Ayah juga sayang banget sama adek." Kata ayah tak mau kalah

"Eh... abang juga sayang banget sama ayah." Kata Bang Dhia' gak mau kalah. Merebut ayah dariku. Dan lihatlah mereka berpelukan ala laki-laki. Aku tersenyum melihat pemandangan ini. meskipun Bang Dhia' bukan anak kandung ayah, tetapi mereka sangat dekat. bahkan jika orang tidak tau kisah kami dulu pasti selalu menganggap mereka memanglah anak dan ayah kandung. Airmataku basah melihat pemandangan ini.

"Jadi gak ada yang sayang sama bunda?" tanya bunda saat aku masih terlarut dengan pemandangan indah didepanku.

"Tidak! Kami semua sayang bunda. Sayang banget nget nget." Kataku, Bang Dhia' dan Ayah bersamaan sambil memeluk bunda.

"Bunda juga sayang banget sama ayah, adek sama abang." kata bunda.

Inilah keluargaku, dengan segala kericuhan yang sering aku buat bersama Bang Dhia', dengan segala kehangatan yang selalu ayah dan bunda pancarkan dan tentu dengan segala kasih sayang yang selalu kami berikan untuk semuanya. Kelurga yang akan selalu ada dihatiku, keluarga yang selalu membuatku berat untuk pergi jauh dari mereka meskipun hanya sebentar. Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

844K 77.3K 30
Menikah dengan seseorang yang pernah kamu cintai dalam diam saat hatimu sedang dirundung kecewa? Bukankah itu indah? Begitulah harapan Keisya saat me...
332K 28.8K 35
"1000 wanita cantik dapat dikalahkan oleh 1 wanita beruntung." Ishara Zaya Leonard, gadis 20 tahun yang memiliki paras cantik, rambut pirang dan yang...
216K 13.1K 41
FOLLOW TERLEBIH DAHULU!! SEBELUM BACA! 📌 Dilarang untuk plagiat karena sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha melihat. kisah ini menceritakan...
895K 27.3K 55
Kesalahan karena kabur dari Mesir saat pendidikan membuat seorang gadis terpaksa dimasukkan ke sebuah pesantren ternama di kota. namun karena hadirny...