She Is Mine

By BlueStar61

37K 1.4K 78

Cowok dengan rambut acak-acakan dan seragam yang di keluarkan menyesap rokoknya dan menghembuskannya, ini per... More

prolog
01.OLIVIA DIANDRA
02. GHALI SANJAYA
03.SHE IS MINE
04.SHE IS MINE
05.SHE IS MINE
06.SHE IS MINE
07.SHE IS MINE
08.SHE IS MINE
09.SHE IS MINE
10.SHE IS MINE
11.SHE IS MINE
12.SHE IS MINE
13.SHE IS MINE
14.SHE IS MINE
15.SHE IS MINE
16.SHE IS MINE
17.SHE IS MINE
18.SHE IS MINE
20.SHE IS MINE
22.SHE IS MINE
23.SHE IS MINE
24.SHE IS MINE
25.SHE IS MINE
26.SHE IS MINE
27.SHE IS MINE
28.SHE IS MINE
29.SHE IS MINE
30.SHE IS MINE
31.SHE IS MINE
32.SHE IS MINE
33. She is mine

21.SHE IS MINE

540 29 0
By BlueStar61

Raihan membantu Dian turun dari motornya setelah memarkirkan motornya di depan sebuah butik besar yang sekarang sudah memiliki cabang di beberapa daerah.

"Ayo"

"Han" Raihan tertawa kecil dan mencubit pipi Dian.

"Ada gue" Raihan meraih tangan Dian kemudian mengenggamnya.

" Assalamualaikum Mba Mama mana?" Raihan menyalim tangan wanita yang berusia paruh bayah yang sedang melayani pembeli Dian tersenyum canggung dan ikut menyalimnya.

"Ehh Waalaikumsalam Raihan udah lama gak ke sini Ibu ada di ruangannya. Itu pacar kamu yah? cantik banget sih"

"Temen Mba"

"Aduh gak usah malu-malu" Raihan hanya menganguk singkat memaklumi asisten Mamanya ini yang memang cerewet dan susah diam.

"Saya ke Mama dulu" tiba di pintu dengan cat warna coklat Raihan menarik handle pintu ke bawah tanpa perlu mengetuknya.

"Saya harus cari model prianya dimana? Untuk gantikan kamu sementara Saya harus segera mempormosikan bajunya secepatnya"

"Yasudah gak papa itu bukan salah kamu semoga kamu cepet sembuh yah anak saya sama calon menantu saya udah datang Saya tutup" mendengar itu Raihan mendengus pelan meski ia mengharapkan itu.

"Sini sayang duduk" Dian dan Raihan duduk.

"Kalian udah makan? "

"Udah Ma,tadi mampir dulu di cafe"

"Oiya Mama telpon Dero dulu"

"Buat apa?" Raihan memicingkan matanya mendadak ia tidak suka.

"Gantiin Henry dia lagi sakit jadi gak mungkinkan dia pemotretan. Dian gak papakan kalo Dero jadi pasangan kamu?" baru saja Dian ingin menganguk tapi Raihan menyentak keras.

"Biar aku aja"

"Kamu mau? Mama gak nawarin kamu Karna Mama kira kamu gak mau waktu itu Mama pernah minta tolong kamu nolak dengan keras"

"Sekarang mau"

"Yaudah, Mama panggil Sisca dulu"
Jihan bangkit dari duduknya melangkah keluar pintu.

"lo serius? "

"Gue selalu serius kalo itu menyangkut lo" Raihan tersenyum lembut dan mengelus pucuk kepala Dian. Dian terhenyu dengan tatapan Raihan yang begitu lembut dan menenangkan.

"Ayo kalian siap-siap" Dian menganguk merasa canggung dan melepas tasnya yang sejak tadi bertengger di pundaknya.

"Ini yang model cewek baru itu ya ampun cantik banget sih" Wanita itu tersenyum dengan mata berbinar ia mendekati Dian.

"Calon mantu" Wanita itu tertawa mendengar penuturan Jihan. Lagi-lagi Raihan mendengus. Apa mamanya itu tidak bisa berhenti membuatnya berharap lebih.

"Kenalin nama saya sisca panggil Sisca aja"

"Dian"

"Yaudah langsung aja yuk saya gak sabar dandanin kamu" Sisca meraih tangan Dian masuk ke sebuah pintu menariknya duduk di kursi depan cermin besar terdapat meja yang di penuhi alat make up yang Dian tidak ketahui karena ia tidak terlalu menyukai menggunakannya. Bahkan di rumah dia hanya punya bedak bayi yang tak pernah absen di kamarnya Dian begitu menyukai baunya.

"Ma,masih lama gak?" Raihan mulai jengah jika saja bukan karena Dian ia sungguh tidak mau berurusan dengan hal semacam ini. Raihan melirik jam di dinding,sudah setengah jam ia menungguh.

"Sabar. Gak sabaran banget pengen ketemu Dian" Raihan menatap penampilannya lewat cermin. Tuxedo putih rancangan Jihan di padukan dengan sepatu hitam. Tanpa sadar mulut mengumamkan kata yang sukses membuat Jihan tertawa.

"Berasa mau nikah" tersadar dengan ucapannya Raihan salah tingkah dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu ia menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Dian berdiri di sana dengan gaun putih tanpa lengan yang begitu pas di tubuhnya dan jangan lupakan wajah cewek itu yang sudah di rias sedemikian rupa sungguh rasa kesal Raihan langsung hilang entah kemana.

"Kamu cantik banget sayang" Jihan menghampiri Dian yang terdiam kaku di depan pintu, ia takut terlihat aneh karena sejak tadi Raihan menatapnya dengan tatapan yang Dian tidak mengerti.

"Sekarang kita ke tempat pemotretan"
Mereka tiba di ruangan pemotretan. Dian meremas tangannya.

"Gak usah gugup,lagian yang jadi pasangan lo gue bukan orang lain"
Pemotretan berjalan lancar. Awalnya Dian yang gugup dan tidak terbiasa flash kamera tetapi setelah terbiasa ia sudah tidak lagi merasa gugup. Dian dan Raihan berpose layaknya sepasang kekasih yang sedang melakukan pemotretan untuk foto pernikahan mereka. Jihan tersenyum melihat hasilnya.

Setelah mengganti bajunya kembali dan menghapus make upnya. Dian dan Raihan segera menuju ke base camp. Ziro sudah menghubunginya jika Togar sudah ada di sana.

"Habis kemana lo? tumbenan banget dandan" Cowok dengan tindikan di telingahnya menatap Dian dan tertawa. Dian merabah wajahnya mungkin karena ia terlalu terburu-buru hingga masih menyisahkan sedikit make up di wajahnya ia menyesal menolak bantuan sisca tadi.
Dian mendengus pelan memilih tak menanggapinya.

"Gue di sini mau kenalin anggota baru kita. Come here babe" Togar tertawa kencang senang menggoda anggota baru itu walaupun sama sekali tidak berpengaruh pada cewek itu. Ia tetap memasang wajah datar dan tersenyum seadanya.

"Pacar lo Bang? "

"Kayak gak tau gue aja lo. Kesannya gue kayak om-om pedofil yang macarin anak sma"

"Nama dia Yura resmi gue angkat jadi anggota kemarin pas gue gak sengaja liat dia berantem ngelawan preman sama tiga temannya selebihnya di sampein sama dia gue cabut dulu" Togar memberi kode pada Yura sebelum berlalu pergi menghilang di balik pintu.

"Kenalin gue Yura siswi Darmawijaya kelas 10 ips 5" anggota Last wolf tercenggang menatap Yura. Dia satu-satunya di sini anak Darmawijaya tempat Fikto, ketua geng bluish bersekolah.

"Gue tau pikiran kalian. Gue sama sekali gak ada niat untuk jadi penghianat ataupun mata-mata untuk geng bluish mereka musuh bebuyutan gue di sekolah"

"Last wolf dari dulu gak pernah mandang anggota dari sekolah mana. Hari ini kita barbeque di halaman belakang dagingnya udah datangkan?" Dian tersenyum hangat pada Yura. Anggota Last wolf bersorak tanda penyambutan anggota baru. Mereka semua berjalan menuju halaman belakang.

"Buat lo" Dian memberikan jaket jeans dengan bordiran Last wolf. Yura menerimanya dan tersenyum sebenarnya sudah sejak dulu ia tahu jika Dian adalah leadernya. Pernah sekali ia berkelahi dengan tiga preman bertubuh besar karena sudah lelah dan kewalahan Yura lari dan bersembunyi di semak-semak tak sengaja matanya melihat perempuan turun dari motor dengan jaket jeans. Yura mengenalnya karena sering Dian menjadi bahan perbincangan di sekolahnya.

"Thanks"

"Nomor ponsel lo" Dian mengambil ponselnya dan menyodorkannya pada Yura.

"Kalo ada apa-apa jangan sungkan bilang sama gue dan yang lain"

"Gue ke sana dulu" Yura menganguk sekilas pikirannya masih melayang tentang Saka, sahabatnya dari kecil entalah mungkin cowok itu akan sangat marah jika tahu dirinya ikutan geng motor. Tak lama setelah kergian Dian seorang cowok menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

"Kenalin gue ziro" cowok itu mengulurkan tangannya. Yura balas menjabat tangan cowok itu tanpa menyebut namanya ia yakin Ziro sudah mendengarnya tadi.

"Lo sekolah dimana?" hal yang sangat jarang dilakukan oleh Yura. Ia tidak terlalu suka menayakan hal-hal yang ia rasa tidak perlu.

"Merah putih. Ngapain disini? Kok gak gabung sama yang lain?"

"Nanti aja. Gue boleh nanya? "

"Apa? "

"Kalian dapat tempat ini darimana? "

"Bang Togar yang kasih ini dulu rumah dia sekarang dia gak tinggal disini lagi jadi gak ke urus. Waktu pertama kali ke sini kita harus bersih-bersih tapi kata Bang Togar halaman depannya gak usah dibiarin gitu aja supaya tempat ini gak mencolok. Ada lagi?"

"Gak ada"

"Yaudah ke sana yuk" Yura berdiri menepuk celananya guna membersihkannya dari rumput yang menempel dan mengikuti Ziro bergabung dengan yang lain. Mereka menyapa Yura dengan ramah. Sesekali lelucon mereka membuat Yura tertawa lepas hal yang sudah jarang dilakukannya ketika Ayahnya pergi. Selain karena memang tertarik dengan hal-hal yang berbau motor Yura menerima tawaran Togar karena ia tahu Ayahnya sebenarnya masih berada disekitar sini. Setiap ia keluar malam pasti akan ada mobil hitam yang terus mengikutinya hingga ia kembali ke rumah. Awalnya Yura tidak suka tapi lama kelamaan ia membiarkan saja selagi mereka tidak menggangunya.

***
Ghali dan Dion bermain PS di rumah Ghali. Bungkus cemilan dan minuman kaleng berserakan di sekitarnya sedangkan Revan sibuk memainkan ponselnya.

"Gila, cantik amat anjir" mendadak revan berteriak heboh.

"Berisik lo" sentak Ghali.

"Ghal liat deh uhh mesra banget kayak foto pre-wedding"

"Bisa diem gak sih lo ganggu tau gak" kali ini bukan Ghali tapi Dion. Cowok itu mengambil kaleng minuman yang sudah kosong dan melemparkannya ke Revan.

"Anjing sakit woi"

"Makanya diem. Anjeng kalah gue" Dion menghempaskan stick PS di tangannya. Ghali tersenyum remeh, cowok berkaus putih itu meraih ponsel yang sejak tadi tidak ia sentuh.
Ia berdecak kesal banyak notifikasi masuk. Mulai dari pesan-pesan yang entah dari siapa sampai ke orang-orang menandainya di sebuah foto . Awalnya ia hanya melihat sekilas postingan yang menandai akun sosial medianya tapi tak sengaja matanya melihat foto Dian dan Raihan itu bukan foto biasa. Di foto itu mereka berdua berpose layaknya sepasang kekasih yang sedang melakukan foto pre-wedding. Ia membaca salah satu komentar dari postingan itu yang menyebut namanya.

Ghali mau di kemanain woi

Ghali melempar ponselnya. Tak sengaja mengenai Revan, cowok itu berteriak kesakitan tak urung mengambil ponsel Ghali yang tergeletak di atas karpet dan untungnya ponsel Ghali tidak pecah.

"Gila lo?" Dion menatap heran Ghali serasanya tadi cowok itu biasa-biasa saja tapi Mengapa ia membanting ponselnya.

"Bwahahaha" Revan tertawa terbahak-bahak setelah melihat ponsel Ghali yang masih menyala memperlihatkan foto yang sebelumnya sudah ia lihat Revan yakin ini penyebab sahabatnya itu melempar ponselnya.

"Lo juga udah gila? Bukannya marah malah ketawa sarap lo berdua"

"Tau gak apa yang bikin Ghali ngelempar ponselnya? "

"Apa emang?"

"Nih liat" Revan mengarahkan ponsel Ghali tepat di depan wajah Dion. Dion mengerutkan keningnya.

"Foto siapa tuh kayak kenal"

"Si anjing ini kembaran lo bangsat"

"Ngaco lo gue cuman punya satu kembaran"

"Ini Dian bego adik lo" Dion memperbesar fotonya. Matanya membulat ini benar-benar Dian laknatnya.

"Segitu cantiknya Dian lo sampe gak kenal dia"

"Itu beneran adik gue? Kok cantik?"

"Lah kan emang cantik apalagi pake make up beuhh plus plus cantiknya. Gue mau daftar deh jadi calon adik ipar lo"

"Diem gak lo" Ghali memberikan tatapan tajam pada Revan.

"Yaelah santai bosqu gak niat nikung kok cuman nusuk dari belakang"

"Ghal,lo banting hp lo gara-gara ini? Lo suka sama adek gue? "

"Kalo gue suka kenapa kalo enggak juga kenapa. Emang lo bisa bantu apa? "

***
Hari ini siswa-siswi sma merah putih di hebohkan dengan foto Dian dan Raihan yang semalam di posting di sosial media oleh akun sebuah butik ternama dan terkenal jadi tak heran jika foto itu cepat tersebar apalagi di kalangan anak-anak yang menyukai fashion . Hampir seluruhnya membicarakan tentang itu. Dian dan Raihan yang baru saja turun dari motor hanya acuh mendengar nama mereka disebut.

Mata Dian tak sengaja bersitatap dengan mata Ghali, cowok itu membuang muka lebih memilih menatap Leona yang sedang berjalan di sampingnya mereka terlihat sedang berbincang.

Dian mendengus moodnya hari ini buruk entah karena apa. Cewek itu menendang batu kerikil di dekatnya.

"Aduhh,siapa yang lempar gue pake batu"

"Gue gak sengaja" Leona menatap Dian sinis sedangkan Ghali cowok itu hanya diam.

"Ehh jadi adik kelas jangan kurang ajar dong gak pernah apa lo di ajarin sama orang tua lo" Dian menatap Leona tajam. Ia paling tidak suka jika orang tuanya di bawa-bawa. Tanpa ancang-ancang ia menarik rambut Leona, tidak peduli jika Leona adalah kakak kelasnya.

"Jangan pernah lo bawa-bawa orang tua gue anjing"

"DIAN" Dian menoleh menatap Ghali yang baru saja membentaknya.

"Apa? "

"Lepasin rambut dia"

"Gak"

"LEPASIN GUE BILANG" bentak Ghali cowok itu meraih tangan Dian dan menghempaskannya dari rambut Leona dengan kasar hingga tak sengaja punggung Dian membentur tembok.

"Woii lo kalo mau main kasar sini lawan gue" Raihan meraih tubuh Dian merengkuhnya.

"Gak usah ikut campur" Siswa-siswi mengerubungi mereka seola apa yang terjadi hari ini adalah pementasan drama.

"Selama itu berhubungan dengan Dian kenapa enggak? "

"Lo apain adek gue? Jangan karna gara-gara semalam lo kayak gini" Ghali terdiam tanpa sepatah kata lagi cowok itu menarik tangan Leona dan pergi darisana.

"Lo gak papa? " Dion menangkup wajah Dian.

"Gue gak kenapa-kenapa" tapi hati gue yang kenapa-kenapa.

"Ada yang sakit?"

"Alay lo Bang" Dian menarik tangan Raihan meninggalkan Dion.

"Mimpi apa gue punya adek kayak dia"

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 287K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
2.8M 22.5K 44
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
2.3M 170K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
327K 40.3K 43
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...