Aeon

By Kancutt_Suga

285K 15.2K 1.6K

"Sejak pertama kali bumi ini dibentuk, semuanya sudah di rencanakan, sayang. Jadi, jika kita memang ditakdir... More

cogan? keak orgil jalanan:v
hey
sayangku
hari ini
aku syantik
senin
selasa
alasannya kerja
rabu
kamis
les privat katanya
jumat . sabtu
sampai minggu
ko masih g ketemu
semalam
bobo dimana
bobo sama siapa
ngapain aja
ciat
awokawok
ewh
๐Ÿ’•
๐Ÿ’•๐Ÿ“Œ 18+
hwhw
lu
cinta luna
B
A
N
T
E
T
n@3n@
ini nama nya pizang๐ŸŒ
ga bisa buat judul:(
18++ ?
aduh yank
P
A
R
K
J
I
M
I
N
anzinc
T0sL0L
duh gatel
pantad gue
Hiatus ?
mau g sama om?
Iya Aqhu Maw Sama Om:(
Udah Cukup Aing Lelah
ena ena
hmmmmmmmm
ayok
hmm~
lonte kokopay
ujep jimin๐Ÿ™‚
gtw nieh ddq
ku hanya dyam:)
So Delicate
setan
Buka๐Ÿ”ž
Without
You,
I'm Nothing
Sebagian
Punya Jimin
Kim?
Ta3
hYuNG
dispatch anjeng
blAcK bIRd
kimi kiliir diliin
Iya ges
yupp
omamamay
Reflection
Dionysus
Set Me Free
Nama saya Al*ira
Dari Gugus Sembilan
Finally

punya Q

1.8K 183 12
By Kancutt_Suga


hhh.




Jimin menempelkan ponselnya di daun telinga, menunggu balasan Jungkook.

Sesekali Jimin melempar pandangannya ke arah Hana dan Woojun yang tengah berargumen masalah drama di laptop Jimin.

"Itu liminho kan ka?" Tanya Woojun di pertengahan film.

"Bukan, itu pang leng," koreksi Hana.

"Masa? Aku kira itu liminho," tuturnya lagi.

Sungguh, tingkat sok tau dan banyak tanya Woojun membuat Jimin ingin melahapnya seperti biskuit coklat yang biasanya dijual di pinggir jalan.

MASA FANG LENG DIBILANG MIRIP SAMA LIMINHO :)

"Jim!" Suara itu membuat Jimin tersentak, memilih berdiri dan berjalan menuju jendela kamar yang lumayan besar.

"Hm, kenapa?" Sahut Jimin.

"Bisa ke rumah sakit?"

. . .

Bruk bruk bruk

Jimin berlari mencari ruang khusus yang dimaksud Jungkook, detak jantungnya berdetak keras mendengar kondisi sahabatnya.

"Kook!" Panggil Jimin ketika melihat Jungkook yang duduk termenung di kursi tunggu.

"Jim, Taehyung--"

"Taehyung kenapa? Kok bisa gitu?" Tanya Jimin sambil mencoba mengatur napasnya.

"Gatau Jim, malem tadi dia ngajakin minum-minum gitu. Gue telpon ga ngangkat, jadi gue samperin ke kantornya. Eh-- mulutnya ngeluarin busa gitu," tutur Jungkook dengan wajah sedih bercampur khawatir.

Jimin menghela napas, memijat pelipisnya sambil menutup mata.

"Coba kalo gue datengnya awal-awal, pasti Taehyung ga bakal kek gini," sesal Jungkook.

"Lu tenang dulu, jangan salahin diri lu sendiri," ujar Jimin mencoba menenangkan Jungkook, padahal Jimin sendiri dilanda kesedihan dan khawatir.

Tiba-tiba pria berjas putih keluar dari ruangan, membuat Jungkook berdiri tegap sambil berharap Taehyung baik-baik saja.

"Keluarganya yang mana ya? Kamu ato kamu?" Tanya dokter.

Jungkook bungkam, entah apa yang ia pikirkan.

"Saya kaka nya, itu Taehyung kenapa? Baik-baik aja kan?" Tanya Jimin.

Dokter tersenyum ramah, "untung mas yang satu ini bawanya gercep ya, kalo udah skakmat kali ade kamu," ujar dokter tersebut sambil menepuk pundak Jungkook.

"Btw, kamu Jimin kan? Yang ada di koran waktu itu?"

Jimin tersenyum hambar, kemudian mengangguk pelan.

"Wah ga nyangka bisa ketemu bapak, btw saya permisi dulu,"

Dokter itu pergi.

"Jim,"

"Hm,"

"Tagihannya gimana?"

"Tagihan apa?"

Jungkook menunjuk pintu ruang khusus tersebut dengan dagunya.

"Nyokap Taehyung ga ada?"

"Katanya di jepang,"

. . .

"Jim, Taehyung gapapa?" Tanya Hana setelah Jimin muncul di ambang pintu.

Pribadi itu memilih melepas jaketnya, dan merobohkan tubuhnya pada permukaan ranjang sebelum menjawab pertanyaan Hana.

"gapapa," ujar Jimin, tangannya bergerak memijat pelipisnya.

Jimin memilih pulang setelah membayar semua tagihan rumah sakit, Jimin juga memberikan beberapa uang pada Jungkook untuk makan.

Mengingat Jungkook tidak punya begitu banyak uang karena ayahnya yang sangat pelit dengan harta.

Katanya SeokJin dan Hoseok juga akan segera tiba di rumah sakit.

Jimin sudah seperti seorang kakak kandung bagi Jungkook, yang selalu ada untuknya.

Hana menatap wajah Jimin, kemudian berdiri dan ikut berbaring di sebelah Jimin.

Soalnya Woojun di tengah hehe:)

Hana memeluk tubuh Jimin, menghirup aroma maskulin lembut dari tubuh suaminya itu.

"Taehyung pasti gapapa, dia kan kuat," ujar Hana berniat menenangkan Jimin.

Jimin mengangguk, "untung Jungkook cepet, kalo ngga..," Jimin menjeda, seolah tak sanggup melanjutkan kalimat berikutnya.

Hana mengusap pipi Jimin pelan, mengecup bibir tebal itu singkat kemudian beralih mengusap kepala Jimin.

"Besok kamu kerja kan?" Tanya Hana yang langsung dibalas anggukan oleh Jimin.

"Tidur ya?" Pinta Hana tanpa berniat untuk berhenti mengusap kepala Jimin.

Pria itu mulai menutup matanya, membiarkan Hana mengusap kepalanya.

Setidaknya hal itu membuat Jimin tenang.

. . .

"Om Jimiiiinnn, banguuuunn," suara khas itu seolah menusuk gendang telinga Jimin.

Ditambah bantal yang terus menerus menghantam perut dan dada Jimin.

Sontak Jimin menarik bantal tersebut, membuat Woojun terjatuh di atas tubuhnya. Kemudian Jimin mengangkat tubuh anak itu, membawanya ke arah lemari.

Awalnya Woojun mengira Jimin hanya akan bercanda dengannya, tapi tidak, pria berotot itu meletakkan Woojun di atas lemari. Lalu kembali tidur.

Jimin melilit tubuhnya dengan selimut, meletakkan bantal di atas kepalanya dan tidak menghiraukan rengekan Woojun yang meminta diturunkan dari atas lemari.

Baru saja Jimin akan memasuki dunia mimpinya, tangisan Woojun menghiasi kamar.

Membuat Hana yang sedari tadi mengira Jimin hanya menjahili Woojun, kini berlari menuju kamar. Melihat Woojun yang menangis piang di atas lemari dengan Jimin yang masih bergelung selimut.

Mulut Hana terbuka lebar, matanya terbelalak.

"HWAAAAA KA HANAAA," tangisnya lagi.

"Astaga, Jimin! Turunin Woojun!" Teriak Hana, menarik selimut Jimin.

"Woojun jangan banyak gerak, nanti lemarinya roboh," ujar Hana, membuat tangis anak itu semakin keras.

Jimin yang mulai terganggu dengan suara tangis itu pun bangkit, menatap Woojun yang tengah menangis di atas lemari.

"Makanya jangan ganggu orang tidur!" Ujar Jimin, kemudian meraih Woojun.

Anak itu menangis sambil mengulurkan tangannya ke arah Hana, dengan cekatan Hana mendekap Woojun.

Sebelum Hana pergi, Hana menatap suaminya itu dengan tatapan seolah menuntut. Membuat Jimin menghela napasnya, kemudian berjalan mendekati Hana.

Pribadi bertubuh kekar itu mengusap punggung Woojun, kemudian mengecup kepala anak itu singkat.

Kemudian tangan Jimin berpindah mengusap kepala Hana, menempelkan bibirnya pada kening Hana. Cukup lama hingga Woojun bersuara, "lama banget nyiumnyaa, ga boleh!" Ujarnya.

Jimin menatap Woojun, pria itu mendengus kesal sebelum meninggalkan keduanya ke kamar mandi.

Woojun menatap Hana, lebih tepatnya memerhatikan kening Hana.

"Kenapa?" Tanya Hana.

"Aku kira om Jimin ngewarnain jidat kaka," ujarnya lugu sambil mengusap keningnya sendiri.

"Hah? Warna?"

"Iya, kan kalo diciumnya lama-lama bisa jadi ungu-ungu gitu. Kayak mama Woojun," tuturnya.

"Tapi mama Woojun ungu-ungunya di sini, ga di jidat," ujarnya lagi sambil mengusap lehernya.

Hana membelalakkan matanya, menyadari apa yang dimaksud batita di gendongannya ini.

Dan tiba-tiba terdengar gelak tawa Jimin dari kamar mandi, kemudian muncul kepala Jimin di sela-sela pintu.

"Hm! Nanti om buat juga di leher ka Hana, ya? Ungu-ungunya yang banyak!" Jimin berujar, dibalas tatapan tajam Hana.

"Wah! Om Jimin juga bisa buat ungu-ungu? Keren!" Woojun menaikkan kedua sudut bibirnya, tersenyum lebar sambil menepuk tangannya antusias.

"Nanti malam ini om buat ungu-ungunya," ujar Jimin.

"Jimin!! Cepet mandi!" Seru Hana sambil membawa Woojun pergi dari kamar, meninggalkan sosok Jimin yang masih saja tertawa penuh kemenangan.

. . .

Jungkook itu pintar, sangat pintar.

"Kok lu nelpon Jimin duluan sih? Kenapa ga gue aja duluan?" Tanya Hoseok sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Jungkook tersenyum, kemudian bersuara, "pas itu otak gue buntu, beberapa jam duduk nungguin Taehyung," jeda Jungkook, menyesap cairan coklat gelap yang dibelikan SeokJin.

"Tiba-tiba suster nyamperin gue, ngomongin masalah biaya perawatan Taehyung," sambung Jungkook.

"Jadi lu memonopoli dompetnya Jimin?" Jelas SeokJin.

"Yagitulah, lu tau kan diantara kita bertujuh siapa yang udah sukses duluan," tutur Jungkook.

SeokJin menghela napas, "3 bulan lagi gue nikah, sama cewe pilihan bapa gue,"

Hoseok membelalakkan matanya, "trus kuliah lu?"

"Ya gitu, sambilan," ujarnya pasrah.

Jungkook mendongak, menatap sahabatnya itu dengan mata merona.

"Sama kayak Jimin dong?"

SeokJin hanya mengangguk lemas.

Tiba-tiba satu suara muncul dari balik pundak lebar SeokJin,

"LAH KO NGOMONGIN NIKAH SI ANJER!? ITU TAEHYUNG SKAKMAT,"

Hoseok terkejoed sampai jatuh terduduk dipangkuan Jungkook, Jungkook pun nampak terkejut.

Berbeda dengan SeokJin, pria yang dikabarkan akan menikah itu sudah berlari menjauh dari tempat itu.

"NAMJUN GOBLOK!"

















. . .







Jimin menyurai rambutnya ke atas, menjilat birai bawahnya singkat lanjut menyandarkan punggungnya pada kursi kulit berwarna hitam di ruang kantornya.

Kepalanya semakin pening semenjak Ibunya memasuki ruangannya satu jam yang lalu.

"Mama bisa pergi ga? Gatau anaknya lagi pusing apa!" Seru Jimin membentak Ibunya, ingin rasanya mengeluarkan semua kekesalan yang ia tahan selama ini.

Tapi takut juga jika suatu hari nanti bukan sebuah kesuksesan yang menghampirinya, melainkan 'anak durhaka yang tidak tahu terima kasih mati di tempat tertimpa gas lpj kain kafannya kurang kemudian ditembak meteor'

trus masuk neraka. Di neraka jadi batu.

Dah manteb.

Tentu saja Jimin tidak mau itu!

Oh, jadi Jimin maunya-- 'Anak durhaka yang hanya mementingkan uang--
-Author

Udah stop:) Jimin gamau keduanya, Jimin mau sama Hana
-Jimin

Kak Hana, kinderjoy nya habis :(
-Woojun

Eh-- udah udah.

Jimin menghela napas ketika melihat wajah Ibunya yang nampak begitu terkejut.

Secara otomatis benak Jimin menyusun kata-kata manis agar Ibunya kembali luluh.

"Mama tau kan Jimin lagi banyak kerjaan, kepala Jimin sakit. Kan kata Mama, Jimin harus jadi CEO, tapi klo Jimin pusing terus..," Jimin menjeda kalimatnya, lanjut meletakkan sikutnya di permukaan meja dan memijat pelipisnya pelan.

Rungu Jimin menangkap suara desah napas Ibunya, mungkin wanita itu sadar akan kelakuannya terhadap Jimin.

Jimin seolah dijadikan budak, budak yang menghasilkan uang.

"Yaudah, mama pulang ya? Kalo kamu pusing banget, pulang aja, atau ke rumah Somi biar dia mijatin kepala kamu," ujar wanita itu sambil mengusap kepala Jimin pelan, lanjut pergi meninggalkan Jimin di persegi kantor.

Pria dengan kemeja merah maroon itu mendaratkan wajahnya tepat di permukaan meja.

Mejanya kan keramik gituu, jadi dinginnn, jadi enaakkk. :)

A IYA IYA BANG JONI COLEK JABLAY
A IYA IYA BANG JONI COLEK JABLAY

Jimin menatap persegi panjang hitam yang mengaung-ngaung meminta diangkat di dekatnya, begitu malas ketika melihat nama yang tertulis di layar.

Somi.

Jimin mengusap tombol merah, kemudian kembali mendaratkan wajahnya pada meja.

Tak lama kemudian ponselnya kembali berbunyi, Jimin hanya mendiamkannya.

Pasti Mama ngabarin Somi klo gw atit kepala
- Jimin

Namun dering ponsel itu berbunyi terus, hingga Jimin meraihnya dengan kesal. Lanjut memati daya ponselnya.

Jimin memposisikan tubuhnya senyaman mungkin, pria itu tertidur, larut dalam dunia mimpi yang berinvestasikan air liur.



09.23 malam:)

Jimin sukses terbangun karena mimpinya.

Mimpi jatoh dari tangga :(

Pria itu menatap jam dinding, dan tiba-tiba membelelakkan mata.

115 telepon tak terjawab dari Hana
59 pesan dari Hana

Jimin buru-buru menelepon Hana, bersamaan dengan tangannya yang bergerak meraih jas hitamnya.

Masalah tas? Nanti saja, tidak akan hilang.

Telepon tersambung.

"Han, tadi aku ketiduran. Sumpah demi holoh, kamu gapapa kan? Woojun rewel banget, ya? Hana jawab," ujar Jimin.

Bukannya suara Hana, rungu Jimin menangkap suara wanita lain.

"Jim, kamu bisa bersikap manis ke Hana. Kok ke aku ga bisa? Kamu lebih khawatir sama Hana dari pada aku?"

Jimin berhenti, berusaha menerka suara wanita itu.

"Kok kamu diem Jim? Ini aku, tunangan kamu,"

Jimin menjauhkan ponsel tersebut dari daun telinganya, menatap layar ponsel untuk memastikan dirinya menelepon orang yang tepat.

Nyatanya, itu memang nomor Hana.

Tapi kenapa suaranya Somi?

Butuh 2 menit Jimin mencerna, efek mimpi jatoh dari tangga ya gini :(. Jimin membelalakkan matanya lagi.

"Kamu dimana?"




























TBC

Lebih dari 1000 kata nich:(




























Dan... gw dikasih apresiasi sama temen gw karna..

















































Katanya gini..




"wah keren banget gilak wkwkw, yg baca 150, yg ngevote 50 wkwkwk,"











Trus dia beritau ke temen temen yg laen.
















































gw ya rada gimanaa gitu, ngerti lah ya.











Jadi, buat kalian yang baca crita ini.

bahkan tulisan ini..

Vote aja deh:)








































Klo ga bisa vote, komen aja.

















Terserah ke, lu mau curhat masalah uang jajan kurang atau ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya.

Gw siap dengerin, klo mau kita tukeran no wa sini hayuk :)



































Belakangan ini gw suka dimarahin klo nulis wetpet

Katanya buang-buang waktu, padahal kan gw cuman mau ngehibur kalian hehe


























Gw juga inget banget..

Dimana gw minta pendapat sama kalian,

lanjut apa engga?

Trus kalian milih lanjut,

jadi tolong vote nya ya hehe



SARANGEK BANYAK-BANYAK !





- Shi      


Continue Reading

You'll Also Like

AZURA By Semesta

Fanfiction

219K 10.6K 23
Menceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendap...
55.1K 6.6K 32
"Saat kamu kembali, semua cerita kembali dimulai." Kisal Sal dan Ron kembali berlanjut. Setelah banyak yang terlalui. Mereka kembali bersama. Seperti...
49.1K 6.7K 31
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
156K 11.7K 86
AREA DILUAR ASTEROID๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...