Hellenium•Kth✓

By Vivi_Kim

158K 17.2K 3.2K

[ Complete Story ] Story About Kim Taehyung and V Kim. They are the twins brother. Story by, Vivi_Kim Cover... More

Prologue
Ch1. Cold that Warm
Ch2. V!
Ch3. V is My Inhaler!
Ch4: Visit My Mother!
Ch5: There is Love in His Eyes
Ch6: Could I Love Her?
Ch7: Memoria
Ch8: Young Forever
Ch9: This is Not Fair!
Ch10: Singularity
Ch11: Miss The Past
Ch12: Selfishness
Ch13 : Fake Smile
Ch14 : Worried About Taehyung.
Ch15 : Date?
Ch16 : Stubborn
Ch17 : Hope of V!
Ch18 : We are Twins!
Ch19 : Bad Feeling!
Ch20 : Maintaining Relationship
Ch21 : Regret?
Ch22 : Faithfulness in the Love!
Ch23: Park Jimin!
Ch24 : Jung Yerin!
Ch25 : Jaehyun-ie!
Ch26 : Sick!
Ch27 : The Twins in Danger!
Ch28 : Kidnapped?
Ch29 : Survive!
Ch30 : Sweet Dream of the Twins!
Ch31: Revenge?
Ch32 : Mission Success!
Ch33 : Dinner.
Ch34 : Winter Bear.
Ch35 : Simple Happiness!
Ch36 : I'm so Tired.
Ch37 : Where is Taehyung?
Last Chapter, 39 : Give Up or Regret?

Ch38 : Welcome back, Tae!

3.6K 319 67
By Vivi_Kim

Dua bulan sudah Taehyung menjadi pasien di rumah sakit Jerman. Adik-adiknya dan juga sang ayah sudah kembali ke Korea untuk sekolah dan kerja. Di Jerman ia hanya bersama sang ibu.

Kondisinya tidak membaik. Tubuh Taehyung dibuat tidak berdaya oleh penyakit yang bersarang di tubuhnya.

Berat badannya menurun drastis, obat-obatan yang awalnya berfungsi dengan baik, kini menjadi tak ada gunanya.

Setiap malam Hyunra selalu berdoa pada Tuhan untuk meminta keajaiban. Ia ingin Taehyung-nya sembuh. Ia ingin anaknya bisa beraktivitas lagi seperti dulu. Dan ia ingin sulungnya bisa tertawa lepas lagi bersama keluarga atau teman-temannya.

"Eomma..."

Hyunra tersadar dari lamunannya, buru-buru ia menghapus air mata sebelum putranya yang baru saja bangun tidur melihat.

"Iya, Sayang?"

"Pu-lang."

Hyunra menahan sesak di dadanya begitu suara serak nan lirih Taehyung meminta untuk pulang.

"Iya, nanti kita akan pulang ke apartemen, ya? Kau penasaran dengan apartemen tempat kita menginap, ya?" Hyunra memaksakan senyum, yang malah membuat hatinya semakin sakit.

"K-Korea—" Taehyung menjeda perkataannya karena rasa pusing itu mendera lagi.

"Tapi kau belum sembuh, Sayang. Nanti, ya?"

Bukannya menjawab, justru Taehyung memalingkan wajahnya ke arah lain, bersamaan dengan itu juga air matanya menetes.

"Tae Tae?" panggil ibunya lembut, ia bangkit dari duduknya lalu mengelus kepala sang anak. "Mengertilah, Sayang."

Taehyung menghela napas pelan. "Aku sudah berusaha mengerti kalian, bahkan menuruti kalian untuk di rawat di rumah sakit ini," katanya pelan. "Tapi aku merindukan sahabat-sahabatku, Eomma. A-Aku takut."

"Hei, apa yang kau takutkan, Nak?"

"Aku takut tidak bisa bertemu mereka lagi, Eomma." Taehyung terisak, sampai membuat nafasnya kembali tak beraturan.

"Sshh... Taehyung, tenanglah. Jangan seperti ini nanti nafasnya sesak lagi. Hei, Kim Taehyung!"

Hyunra memeluk putranya erat, tangannya ia gunakan untuk mengelus punggung ringkih itu bermaksud menenangkan.

Perlahan, Taehyung mulai tenang. Nafasnya sudah teratur, matanya terkantuk-kantuk karena habis minum obat.

"Tidurlah, Anakku. Tidur yang nyenyak, agar saat kau bangun nanti tubuhmu jadi lebih segar."

Hyunra membaringkan tubuh Taehyung dengan hati-hati karena banyak sekali kabel yang menempel di tubuh kurus putranya itu. Setelahnya ia merapikan selimut yang menutupi tubuh Taehyung.

"S-Sakit," rintihnya.

"Ini yang sakit?" Ia menyentuh dada putranya, dibalas dengan anggukan pelan. "Baiklah Eomma usap-usap, ya? Sekarang Tae tidur."

🖤

'Mohon maaf, Nyonya Kim. Tim kami sudah angkat tangan menangani putramu. Penyakitnya semakin parah, ternyata obat dari kami tidak bisa menjamin kesembuhannya.'

'Apa kau bilang? Hei! Kau ini dokter, saudaraku bilang kau dokter hebat yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit mematikan! Di mana kemampuanmu, Dokter Fritz!'

'Maaf Nyonya, saya hanya manusia biasa, begitu juga dengan tim medis yang lainnya. Ini semua tergantung dengan takdir Tuhan. Jika Tuhan menakdirkan pasienku untuk sembuh, maka dia akan sembuh. Saya hanya membantu, Nyonya.'

'Berikan dia obat yang paling bagus, Dokter.'

'Semakin banyak dia mengonsumsi obat yang tidak direspon oleh tubuhnya, semakin berbahaya. Dan jika itu tetap dilakukan, maka sama saja kita membunuhnya secara perlahan. Mengertilah, Nyonya Kim.'

Wanita berambut cokelat yang panjang dan bergelombang itu menutupi seluruh wajahnya dengan telapak tangan lalu menangis sejadi-jadinya di dalam bilik toilet rumah sakit.

Sejak putranya tertidur tadi, Hyunra pergi menemui dokter yang menangani anaknya. Ia menanyakan kondisi Taehyung, tapi jawaban dari dokter bernama lengkap Fritz Valter Nicolaus itu sangat di luar harapannya.

Yang Hyunra inginkan hanya berita baik, bukan berita buruk yang membuat hatinya semakin teriris.

Sedang bergelut dengan rasa sedihnya, pintu milik yang Hyunra masuki terketuk beberapa kali.

"Excuse me? Are you okay inside?"

Hyunra menghapus air matanya dengan segera, ia menekan flush pada closet; semata-mata agar orang yang mengetuk pintu itu mengira kalau ia hanya buang air kecil saja. Setelah itu ia membuka pintu, tampaklah sosok wanita cantik khas warga Jerman berdiri di sana.

"Maaf, Anda baik-baik saja? Saya dengar Anda menangis di dalam," katanya dalam bahasa Inggris.

Wanita itu tersenyum. "Iya, saya baik."

Keduanya saling melemparkan senyum, sampai akhirnya wanita berambut pirang itu melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya. "Saya harus pergi, ada pasien yang harus kutangani. Permisi."

Saat wanita tersebut melenggang pergi, Hyunra baru menyadari kalau lawan bicaranya tadi memakai jas putih, yang artinya beliau adalah seorang dokter.

🖤

South Korea, 08.00 PM.

Taehyung sedang apa?

Taehyung bagaimana kabarnya?

Apakah dia merindukan kekasihnya di sini?

Tiga kalimat itu yang terus berputar di kepala Yerin. Ia terus memikirkan kondisi kekasihnya di luar negeri. Apakah dia baik-baik saja? Atau malah sebaliknya?

Kenapa tidak bertanya pada V atau Yewon?

Jawabannya adalah, Yerin tidak ingin menambah beban pikiran mereka. Yerin paham kondisi psikis adik-adik dari Kim Taehyung itu sedang terguncang. Apalagi V, Yerin lihat setelah kembali dari Jerman V tidak pernah tersenyum lagi.

Laki-laki itu lebih memilih untuk menghindar jika sudah didekati oleh sahabatnya.

Tak terasa, kegiatan belajarnya di sekolah sudah usai, menandakan jika hari sudah sore. Yerin merapikan buku-bukunya lalu dimasukkan ke dalam tas.

"Hansung-ah, aku dan anak-anak yang lain ingin ke kedai ramen. Kau ikut, ya?"

Yerin menoleh saat salah satu sahabatnya; Jung Hoseok, mengajak V.

"Tidak minat." Sahutan singkat membuat Yerin menghela napas. Padahal niat Hoseok sudah baik.

"Kenapa? Ayolah, kau butuh refreshing, dude."

V berdecak kesal. Ia mengambil tasnya dengan kasar kemudian berlalu meninggalkan dua teman dekatnya yang masih tersisa di kelas.

"Hei, Kim Hansung!"

🖤

Seorang remaja laki-laki mengeluarkan motornya dari tempat parkir, baru saja menyalakan mesin, ponselnya yang tersimpan di dalam saku seragam pun berdering.

V meraihnya, melihat siapa yang menelepon setelah itu mematikan mesin motornya dengan cepat.

"Halo, Eomma?"

“Halo, Nak. Kau sudah pulang sekolah?”

"Aku baru mau pulang. Ada apa,  Eomma?"

“Eomma dan Taehyung sedang menuju bandara dan akan pulang ke Korea sekarang, Nak.”

V merubah raut wajahnya menjadi senang sekaligus bingung. "E-Eomma serius? Apa Taehyung-ie sudah sembuh?"

Ibunya tertawa kecil; terkesan memaksakan tawa. V yang tidak menyadarinya pun ikut mengembangkan senyum.

"Tae sudah lebih baik." Ibunya terdiam sejenak di seberang sana, kemudian berkata lagi, "Nanti akan Eomma ceritakan di rumah, ya?"

V mengangguk semangat walau ibunya tidak bisa melihatnya. "Baik, Eomma. Aku akan menunggu kedatangan kalian. Aku dan juga yang lainnya akan menjemput di bandara. Bye, Eomma. Hati-hati di jalan."

Panggilan pun terputus, V tersenyum lebar. Hatinya gembira bukan main, sudah lama ia menantikan kehadiran saudara kembarnya lagi.

Tak berselang lama, ponsel pintarnya berdering lagi, kali ini lebih singkat. V membuka pesan yang ternyata dari ibunya. Lalu, jemarinya mulai mengetik balasan dengan cepat.

Setelahnya, pemuda bermarga Kim itu menghela napas. "Perasaanku tidak enak sekali."

🖤

Pukul dua pagi, seorang laki-laki dewasa belum juga terlelap di dalam kamarnya. Di tangannya menggenggam ponsel, sesekali jemarinya bermain di atas keyboard dengan lincah saat membalas pesan dari istrinya.

Selanjutnya tak ada balasan lagi. Taesung membuka foto sulungnya yang barusan dikirim oleh sang istri, kemudian tersenyum kecil melihat apa yang dipeluknya.

Ya, itu bantal kesayangan Taehyung.

Kalau pergi jauh ia selalu membawa bantal itu, terlebih di mobil seperti tadi.

Katanya Taehyung tidak bisa tidur kalau tidak pakai bantal itu.

Sedang sibuk memandangi foto putra sulungnya, dia dikejutkan dengan suara ponselnya yang tiba-tiba berdering.

"Ya Tuhan," gumamnya.

Dengan segera ia mengangkat telepon tersebut. "Halo, Bee?"

"Bisa kau ke depan? Aku sudah sampai."

Pria dewasa itu langsung mengubah posisinya menjadi duduk, memakai sandal rumahnya kemudian berlari keluar kamar. "Aku sedang menuju ke sana."

Sampai akhirnya, ia pun sampai di depan lalu membukakan pintu gerbang. Begitu melihat wajah istrinya, ia tersenyum, tak lupa mematikan telepon yang sedari tadi masih tersambung.

Memberikan pelukan hangat sebentar untuk meredakan rasa rindunya karena sudah hampir satu bulan tidak ketemu. 

Selain itu, pria bermarga Kim tersebut mencium kening sang istri. Mereka mengabaikan supir taksi yang sedari tadi memperhatikannya.

"Aku benar-benar merindukanmu tahu. Bagaimana Tae Tae?"

"Masih tidur di sana." Hyunra menunjuk kursi penumpang.

"Ya sudah kau masuk duluan saja, biar aku yang bawa Taehyung. Sudah bayar taksinya?"

Wanita tersebut mengangguk.

"Ya sudah. Kau bawa kopernya, biar aku yang gendong Taehyung."

Taesung membuka pintu belakang taksi, bibirnya tersenyum melihat putranya tertidur begitu pulas tanpa terganggu sedikitpun.

Dengan bantuan sang supir taksi, Taehyung pun berhasil dikeluarkan dari mobil.

Taesung sempat bertanya-tanya, anaknya ini pingsan atau tidur, sih? Kenapa tidak terganggu sama sekali padahal tubuhnya sudah diangkat ala bridal style oleh ayahnya.

"Anaknya sedang sakit, Tuan?" Tanya sang supir taksi.

Taesung tersenyum menanggapinya, kemudian mengangguk kecil. "Terima kasih sudah mengantar anak dan istriku dengan selamat, Ahjussi."

"Tidak masalah, Tuan. Semoga putramu yang tampan itu cepat sembuh."

Semoga.

🖤

Pagi harinya, sekitar pukul 05.30 KST. Seorang remaja tampan masih bergelung di balik selimutnya. Rambutnya yang sedikit gondrong terlihat acak-acakan dan menutupi mata.

Satu remaja lainnya, yang berwajah serupa terkikik geli di tepi tempat tidur.

Dengan usil, remaja pucat itu meniup wajah remaja lainnya. Sesaat kemudian V; selaku orang yang masih tidur melenguh pelan.

Sekali lagi Taehyung meniup wajah V, kali ini lebih kencang. Dan berhasil membuat saudaranya bangun.

"Ck. Siapa, sih? Mengganggu saja."

V berbalik badan hingga memunggungi saudaranya.

"Hei, kau tidak merindukanku?"

Sekali lagi V berdecak. "Ck! Kenapa ada suara Taehyung di sini, sih?"

Mata Taehyung membulat. Dengan kesal ia menarik hidung mancung V dengan kesal.

"Akh! Aduh sakit!"

Mata V terbuka lebar, ia berusaha menepis jari laknat yang sudah mengapit hidung mancungnya sampai ia kesakitan dan susah bernapas.

"Hei!"

V mengubah posisinya menjadi duduk, sesaat kemudian matanya membulat kala melihat orang yang berada di dekatnya ini benar-benar Taehyung.

"Taehyung?" panggilnya ceria.

Bagai anak TK yang baru saja menemukan es krim tergeletak di jalan, V memeluk tubuh kembarannya dengan erat membuat Taehyung terkejut kemudian tertawa pelan.

"Taehyung-ah, aku sangat merindukanmu."

Taehyung menepuk-nepuk punggung saudaranya, tak lama kemudian pelukan mereka terlepas.

V memandangnya dengan mata berbinar-binar, membuat Taehyung bergidik ngeri.

"Hansung-ah, kau kenapa, sih? Menyeramkan tahu. Aku jadi atut."

"Ish, alay kau."

V menoyor kepala saudaranya.

"Hei! Kurang ajar sekali kau. Aku kan lebih tua darimu."

V terkekeh pelan. "Kita hanya beda menit kalau kau lupa."

Bibir pucat Taehyung mencebik. "Sebentar." Ia mengamati rambut V dengan saksama. "Kapan terakhir kali kau potong rambut?"

"Entah. Kenapa?"

Taehyung menyisir rambut V yang berantakan dengan jari-jarinya. "Rambutmu kenapa gondrong, sih? Ck! Jelek sekali. Mana keriting lagi."

Lah, Taehyung malah mengomentari rambutnya.

"Kau juga gondrong, Tae. Berkacalah sebelum mengomentari aku."

"Rambutku gondrong karena aku di rumah sakit terus. Bagaimana denganmu?" Taehyung menatap saudaranya seperti ingin ngajak ribut. "Aku sih gondrong juga tampan karena rambutku lurus," gumamnya pelan.

"Aku mendengarnya, idiot."

"Kupikir kau tuli."

"Ribut, yuk?"

🖤

Di hari Sabtu ini, keluarga Kim berkumpul di ruang santai. Keenamnya; Taesung, Hyunra, Taehyung, Hansung, Yewon dan Jaehyun duduk bersama di atas karpet tebal ditemani dengan berbagai macam makanan ringan.

Omong-omong, Taehyung sudah terbebas dari nasal kanula.

Ingat, terbebas bukan berarti dia dapat bernapas lega seperti dulu.

Tapi karena Taehyung yang menginginkannya.

Walaupun Taehyung tidak memiliki kesempatan untuk sembuh, tapi obat dari Jerman itu mampu membuat tubuhnya lebih kuat.

Tapi tetap saja, Taehyung tidak bisa bergantung terus pada obat-obatan yang memiliki dosis tinggi itu.

'Obatmu bisa menjadi Boomerang untukmu.'

Jadi, Taehyung hanya diberikan dua macam obat yang hanya diminum satu kali sehari; kecuali jika sewaktu-waktu kambuh.

"Hyung, tadi aku main itu bersama temanku," kata Jaehyun sambil menunjuk sebuah permainan gasing yang muncul di iklan televisi.

Entah dia bertanya pada 'Hyung' yang mana.

"Oh iya? Memangnya kau bisa memainkannya?" ejek V.

"Tidak bisa, sih."

Anggota keluarganya yang lain tertawa. Sang ayah yang berada di dekat bocah itu pun langsung mengelus rambut halus bungsunya. "Besok Appa belikan itu, mau?"

Jaehyun menggeleng. Memang anak itu agak sulit jika dibelikan mainan. Dia tidak seperti anak-anak lain yang selalu merengek beli mainan baru atau canggih.

Jaehyun lebih suka berkumpul dengan keluarganya seperti sekarang, dan juga cokelat.

"Noona-Noona cantik tidak pernah main ke sini lagi, sih?"

"Siapa yang kau sebut cantik, bocah?" Itu V yang bertanya.

"Teman-temannya Yewon Noona. Masa teman-temannya Hyung, sih. Mereka kan laki-laki."

V merotasikan bola matanya malas. "Kecil-kecil sudah genit. Besar nanti mau jadi apa?"

"Mau jadi lelaki yang hebat seperti Appa, kuat seperti Tae Hyung, dan keren seperti Sung Hyung." Anak itu terkekeh setelahnya.

Terkadang yang membuat mereka gemas adalah; ada saja jawaban yang keluar dari mulut si kecil.

Dasar.

"Tiba-tiba aku mau pizza. Ayo pesan pizza!" celetuk Taehyung.

Anggota keluarganya menoleh dengan kompak. "Tidak!" Dan merekapun menjawabnya dengan serempak; kecuali Jaehyun.

"Kenapa? Aku rindu makanan itu. Sekali saja." Taehyung memasang puppy eyes-nya.

Sang ibu menghela napas, ia menyentuh dada kiri Taehyung dengan telunjuknya. "Dia tidak bisa menerima makanan itu, Nak. Kita tidak tahu bahan-bahan untuk membuat pizza itu aman untuk jantungmu atau tidak."

V mengangguk-angguk setuju.

Seketika Taehyung merengut. "Kalau semua makanan enak tidak boleh kumakan, lalu aku makan apa?"

"Padahal Eomma tidak bilang kalau kau tidak boleh memakan makanan itu, lho." Hyunra terkekeh geli. "Kan Eomma dan yang lainnya hanya bilang tidak untuk idemu yang ingin memesan pizza."

Wajah Taehyung berubah bingung, malah terlihat menggemaskan di mata mereka. "Jadi?"

Ibunya tersenyum penuh arti, lalu menatap putrinya yang sedari tadi sudah tersenyum. "Jadi... kalau kau ingin memakan enak yang biasa dijual di restoran, Eomma bisa membuatkannya untukmu!" katanya kelewat ceria. "Yewon-ie, ayo bantu Eomma."

"Memangnya Eomma bisa? Bukankah bahan-bahan yang akan Eomma pakai sama saja dengan yang chef itu pakai?"

"Kau pikir ayahmu itu mengejar-ngejar Eomma itu karena apa, eoh?"

"Karena Eomma cantik?" Itu bukan Taehyung yang menjawab, melainkan V. Ternyata ia juga penasaran dengan ide ibunya itu.

Sedangkan sang ayah yang menjadi bahan pembicaraan pun hanya berdesis sebal.

"Iya... bisa jadi karena itu. Tapi ada lagi yang membuat ayahmu itu tergila-gila pada Eomma. Coba beritahu anak-anak, Sayang."

"Kalau aku beritahu mereka, nanti malam kita—"

"Taesung-ah, please. Di sini ada Jaehyun jangan mengatakan hal yang tidak-tidak."

Pria yang berusia hampir 40 tahun itu tertawa, lalu menjawil hidung sang istri. "Baiklah, maaf. Oke akan Appa jelaskan. Jadi, ibu kalian bisa memasak makanan yang dijual di restoran dengan rasa yang sama. Yang membedakan adalah, bahan-bahan yang ibumu pakai untuk memasak tentu lebih terjamin dan baik untuk kesehatan. Baiklah, sekian dan terima kasih. Nanti malam jangan lupa ya, Sayang. Sampai pagi."

Taehyung, V dan Yewon pun ber-oh ria setelah mendengar penjelasan ayahnya. Dan, mereka pun terkekeh dengan maksud permintaan ayahnya untuk malam nanti pada sang ibu.

Tak ingin menanggapi kemesuman suaminya, Hyunra pun memutar bola matanya malas lalu berdiri dari tempat duduknya.

"Ayo, Won-ie. Kita buat pizza-nya sekarang."

Taesung dapat melihat semburat merah di pipi wanita itu. Dalam hatinya ia tersenyum puas karena sudah mengerjainya.

Dasar wanita.

🖤

Dua bulan sudah Taehyung kembali ke rumahnya tercinta. Ia terkurung di rumahnya yang teramat megah. Setiap hari, Taehyung hanya menghabiskan waktunya di dalam rumah.

Ia tak diperbolehkan keluar rumah oleh ibu dan juga ayahnya. Bahkan hanya untuk duduk di ayunan taman rumahnya pun ia dilarang.

Sungguh, Taehyung merasa terpenjara sekali.

"Eomma?"

Hanya suara deheman yang di dengar Taehyung setelah ia memanggil ibunya.

"Aku sangat bosan."

Remaja yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang pun menghela napas panjang, ia menolak suapan makan siang lagi dari tangan sang ibu.

"Aku merasa terkurung sekali. Aku butuh udara luar, Eomma."

Tatapan mata Hyunra mendadak sendu. "Kau harus mengerti dengan kondisimu, Nak," lirihnya.

"Aku mengerti!" Wanita itu terkejut begitu Taehyung membentaknya, entah sadar atau tidak. "Aku lebih mengerti kondisi tubuhku sendiri dibandingkan kalian! Aku hanya tidak mau seperti ini terus, Eomma. Aku butuh udara segar."

Baru berbicara dengan intonasi suara yang tinggi seperti itu saja tenaga Taehyung sudah terkuras banyak. Detik berikutnya ia tertawa mengejek.

Ya, mengejek.

Mengejek dirinya sendiri yang sudah lemah sekarang.

"Berdiam diri terus seperti ini membuatku tidak nyaman. Seperti manusia yang sedang menunggu malaikat maut untuk menjemput."

Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Taehyung. Hyunra menatap tangannya, detik berikutnya cairan asin itu keluar.

"E-Eomma." Taehyung memanggilnys lirih sambil memegangi pipinya.

"Ya Tuhan, Taehyung. Maaf, Nak. Maaf. Eomma tidak bermaksud—"

"Maaf. Aku membuat Eomma menangis."

Ditariknya tubuh sang anak ke dalam pelukan.

"Jangan meminta maaf, Eomma yang salah sudah menamparmu. Maaf, Sayang."

Setelah pelukan terlepas, Hyunra mengusap-usap pipi kurus Taehyung yang memerah.

"Kau tahu? Eomma tidak suka kalau Tae bicara begitu," akunya, sambil menatap mata sayu sang anak.

"Maaf. Tapi aku tidak bisa membohongi diriku lagi. Aku sudah lelah, Eomma."

Hyunra menggeleng. "Tidak. Kata 'menyerah' dan 'lelah' harus kau buang jauh-jauh, Nak. Keluargamu ini masih berusaha mencari pendonor untukmu."

Taehyung memilih diam. Ia tidak ingin berkata apa pun lagi yang nantinya membuat sang ibu menangis.

Sebenarnya, Taehyung sendiri pun tidak ingin menyerah. Ia ingin sekali bersama keluarganya, sampai ia punya anak dari Yerin. Tapi di sisi lain ia juga lelah dengan hidupnya.

Siapa yang tidak lelah?

Hidup bergantung obat dan oksigen, melakukan aktivitas pun sangat terbatas. Manusia mana yang tidak memilih untuk menyerah?

Segala kesedihan mereka terhapus begitu saja karena ada yang mengetuk pintu kamar Taehyung. Air mata segera di hapusnya.

Siapa pun yang datang, dia tidak boleh tahu kalau ibu dan anak itu habis menangis.

"Sebentar, ya?"

Taehyung mengangguk. Ibunya berjalan ke arah pintu lalu membukakan pintu.

"Loh, Yerin?"

Gadis yang ternyata adalah Yerin itu tersenyum lebar sampai matanya menyipit.

"Halo, Ahjumma!"

Di tempat tidur sana, Taehyung memiringkan badan setelah sang ibu menyebut nama kekasihnya.

"Kenapa ke sini? Kau tidak sekolah?" Tanya Hyunra bingung. Pasalnya Yerin pakai seragam sekolah lengkap.

"Aku terlambat datang ke sekolah, tidak diizinkan masuk malah disuruh pulang. Ya sudah aku ke sini saja. Aku merindukan Choco."

Kepala wanita di depan Yerin menggeleng-geleng. Dasar anak muda zaman sekarang.

"Ya sudah, sana masuk. Temani Tae dulu, ya."

Yerin memberikan gesture hormat. "Siap, Nyonya Kim!"

Gadis itu langsung berlari mendekati ranjang Taehyung layaknya anak kecil. Lalu ia duduk di kursi yang tadi di tempati oleh Hyunra.

"Aku senang sekali akhirnya kita bisa bertemu lagi, Choco."

Taehyung tersenyum. Ia meraih tangan Yerin lalu menggenggamnya. "Dan aku juga sangat senang bisa bertemu denganmu lagi, walau pun kau bolos sekolah."

"Aku tidak bolos."

"Aku hanya bercanda. Jangan dimajukan gitu bibirnya, nanti aku tarik biar kaya bebek, mau?"

Yerin menggeleng. Ia mengubah wajah cemberutnya menjadi ceria. Mengamati wajah dan tubuh Taehyung dengan saksama, setelahnya ia tersenyum sendu melihat bagaimana kurusnya tubuh Taehyung saat ini.

Pipi yang dulu berisi karena doyan makan, kini menjadi sangat tirus. Bahkan suara berat yang selalu menjadi candu bagi Jung Yerin sudah hilang.

"Jelly?" panggilnya.

Taehyung tahu kalau Yerin sedih melihat kondisinya, tapi Taehyung memilih untuk pura-pura tak tahu.

"Sekarang aku sudah tidak tampan lagi, ya? Aku terlihat menyeramkan dengan tubuh seperti ini."

"Tidak." Yerin menggeleng ribut. "Aku menyukaimu, bagaimana pun tubuhmu aku akan tetap mencintaimu, Choco."

"Sungguh?"

Yerin mengangguk, dibarengi juga dengan air mata yang meluncur bebas melewati pipinya.

"Kenapa menangis?" Pemuda itu menggeser tubuhnya agar bisa lebih dekat dengan sang kekasih. Tangan kurusnya menangkup pipi Yerin. "Aku tidak suka melihat air mata ini keluar dari mata indahmu, Jelly."

"Lalu aku harus apa, Choco? Aku hanya bisa menangis sekarang. Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa."

"Saat di depanku, bersikaplah seolah tidak terjadi apa-apa. Anggap aku Taehyung yang dulu sebelum penyakit ini mengambil alih segalanya. Tetap tersenyum, tetap menjadi konyol. Aku lebih suka melihat Jelly yang tidak tahu malu daripada Jelly yang cengeng."

Yerin menarik napas panjang, ia menghapus air matanya dengan kasar kemudian memaksakan senyum.

Yerin itu sebenarnya mudah menangis. Hatinya sangat lembut, tapi Yerin pandai menutupi kecengengannya dengan sifatnya yang bisa membuat orang lain menggelengkan kepala.

"Kau belum makan, ya?" tanya Yerin sambil mengambil mangkuk bubur yang sudah mendingin.

"Aku tidak nafsu makan. Mulutku pahit sekali."

"Aku suapi, ya?"

"Tapi—"

"Buka mulutmu."

Taehyung mendesis kesal karena Yerin memaksanya untuk makan. Tapi daripada kekasihnya itu marah lebih baik menurut sajalah.

Satu suap.

Dua suap.

Tiga suap.

Sampai di suapan keempat Taehyung menjauhkan sendok dari mulutnya.

"Sudah."

Yerin menghela napas panjang, ia meletakkan mangkuk di atas meja lalu mengambil segelas air putih. "Minumlah dulu."

Taehyung meminum air yang disodorkan oleh Yerin hanya satu kali teguk.

"Kau harus banyak minum, Choco."

"Perutku akan kembung kalau aku banyak minum."

Yerin menggerutu. Sedang sakit begini saja Taehyung masih bisa melucu.

"Kau ini menyebalkan."

"Tapi sayang, kan?"

Yerin memukul pelan lengan Taehyung. "Minum obat dulu, ya." Ia ingin menyiapkan obat yang akan diminum oleh kekasihnya.

"Nanti saja, Sayang."

"Jangan menunda-nunda hal penting, Tae Tae."

"Lebih penting dirimu daripada obat itu."

Gerakannya membuka botol obat terhenti, ia menatap kekasihnya penuh dengan tanda tanya.

Seakan mengerti tatapan Yerin, laki-laki itu berucap, "Kalau aku minum obat, otomatis aku akan mengantuk. Aku tidak mau tidur dulu. Kan kau sedang ada di sini, masa kutinggal tidur?"

"Ish, bodoh. Kau lebih mementingkan ini daripada kesehatanmu?"

Taehyung membulatkan mata karena sudah diejek bodoh oleh kekasihnya sendiri. "Kan aku sangat merindukanmu tahu. Saat aku di Jerman, aku selalu memikirkanmu. Kau sudah makan atau belum, kau sedang apa di Seoul. Bahkan aku sempat berpikir kalau kau mencari kekasih lagi."

"Hahaha!" Yerin tertawa. "Yang benar saja? Mana mungkin aku mencari kekasih lagi. Kenapa kau jadi bodoh setelah dirawat di Jerman?"

"Ck!" Taehyung berdecak. "Kau ini senang sekali membully-ku. Kau tahu? Membully kekasih sendiri ada pasalnya, loh. Dan kau akan kena hukuman."

"Oh iya? Apa hukumannya? Apa? Apa?"

Oh, rupanya dia menantangku. Baiklah.

"Kau mau tahu?" Yerin mengangguk. "Kalau begitu sini mendekatlah."

"Untuk apa?"

"Mendekat saja."

Yerin memajukan badannya, sampai wajahnya hanya tinggal beberapa sentimeter dari wajah Taehyung.

"Kau yakin mau tahu?" Taehyung bertanya dengan suara pelan, seolah-olah apa yang ingin diberitahukannya saat ini benar-benar rahasia.

"Hu'um." Yerin mengangguk semangat.

Kedua obsidian itu saling bertatapan, perlahan wajah Taehyung mulai mendekat. Sampai akhirnya ia menubrukkan bibirnya pada bibir ranum Yerin.

Gadis itu membulatkan mata. Jantungnya berdebar-debar. Padahal ini bukan pertama kalinya mereka ciuman.

"Hehe." Taehyung tersenyum puas setelah berhasil mencium bibir Yerin.

"Hei, Kim Taehyung!" Yerin mengamuk.

Ia memegang bibirnya yang baru saja bersentuhan dengan bibir pucat Taehyung. Tak berselang lama, ada semburat merah muncul di pipinya.

"Itu hukuman yang akan kau dapat kalau kau membully kekasihmu sendiri. Apa? Kau mau apa? Kenapa menatapku begitu?"

"Aish!" Yerin menutup wajahnya karena malu. Membuat Taehyung tersenyum puas.

Andai aku bisa merasakan kebahagiaan ini selamanya. Tuhan, jangan buat mereka menangis saat aku pergi nanti.


Intinya, ff ini berakhir antara chapter 39 atau 40.

Makasih yang udah baca dan ngikutin ceritanya sampe sejauh ini yaa 💕💕 Jangan lupa vote dan komentar biar Vivi tambah semangat buat lanjutin ceritanya ..

Penasaran gak sama ending nya?

Minggu, 12 Januari 2020

Continue Reading

You'll Also Like

55.4K 8.6K 52
Rahasia dibalik semuanya
64K 12.7K 14
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
504K 5.4K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
52.5K 6.7K 43
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...