Rasa dan Harapan

By nandhams

1.5M 172K 12.3K

[SUDAH TERBIT & PART MASIH LENGKAP] *** Apa hal yang bisa membuat kamu menjadi seorang pengagum rahasia? Apa... More

Perkenalan Tokoh
[1] Awal Pertemuan
[2] Ruang BK dimana ya?
[3] Kebahagiaan Zahra
[4] Berpengharapan
[5] Mereka sekelas?
[6] Percakapan
[7] Menolak Lupa
[8] Tujuhbelasan
[9] Tes Osis
[10] Cari informasi
[11] Flashback
[12] Weekend di kamar zahra
[13] Kecurigaan
[14] Pembagian kelompok
[15] Pilketos
[16] Butterfly
[17] LKS
[18] LKS PART 2
[19] Hampir Ketahuan
[20] Deja vu
[21] Puisi Oppie
[22] Sabar
[23] Masih Sabar
[24] Emosi Jiwa
[26] Perbaikan Hubungan
[27] Taaruf?
[28] Sepi
[29] Curhat sama Guru
[30] Comeback
[31] Imam able
[32] Sisi Lain
[33] WhatsApp
[34] El futuro
[35] Bhagava Narendra
[36] Hari yang aneh
[37] Reuni
[38] Jangan Baper
[39] He is back
[40] Kebun Teh
[41] Permohonan tertolak
[42] Keputusan
[43] Hangout with penikmat kakel
[44] Kebahagiaan
[45] Limerence
[46] Permintaan Maaf
[47] Peduli
[48] Definisi Kaget
[49] Give up?
[50] Sebuah motivasi
[51] Penjelasan
[52] Kali kedua
[53] Persiapan
[54] Seharusnya bahagia
[55] Penantian berharga [END]
The truth
Extra Part 1
Extra Part 2
SEQUEL RH !!!
Tanya kuy
Jawaban dari pertanyaan
Kesan Pembaca
NEWS UPDATE !!!
VOTE COVER
OPEN PO !!!

[25] Momen Terakhir?

19.2K 2.3K 103
By nandhams

Jika semesta tidak menakdirkan aku bisa apa?
-Zahra-
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Happy reading!!!

(AUTHOR POV)

Waktu demi waktu berlalu, setelah kelas 10 dan 11 mengikuti Ujian Akhir Semester, sekarang seluruh kelas 12 akan melaksanakan ujian nasional pada hari ke terakhir.
Di hari terakhir mereka ujian, seluruh siswa/i kelas 10 maupun kelas 11 diperintahkan untuk datang tepat pukul 10 pagi di sekolah dalam hal mengecek serta memperbaiki nilai nilai yang tidak tuntas.

"Guys, apa kabar, nih? 4 hari loh kita gak ketemu," ucap Kanaya sambil mengetuk-ngetuk pulpennya di atas meja.

"Alhamdulillah," serempak Sheila dan yang lain.

Tak lama setelah Kanaya menanyakan kabar, Ilham masuk dengan wajah yang berseri-seri.

"Widih, Bang Ilham mukanya bahagia amat," sahut Zahra sambil menggelengkan kepala.

"Iyalah, secara diseluruh kelas 10 hanyakelas kita doang yang tuntas di seluruh mata pelajaran" tukas Ilham sambil membanggakan diri.

"HAH? SERIUS LO?" kompak seisi kelas.

"Iya serius, tadi gue ke ruang guru terus nanya ke Bu Nisa dikelas kita siapa aja yang nilainya ga tuntas, terus di jawab untuk kelas X Bahasa ga ada yang ga tuntas" lanjut Ilham.

"YEAY!" Sorak semua murid di kelas bahasa, ada yang loncat loncat, mukul mukulin meja, mainin sapu, dan sebagainya.

"Libur ... libur ... libur ... mantap jiwa," bunyi Ajang diiringi goyangan gebleknya.

"Akhirnya kita bebas juga," sahut Sheila bernafas lega.

"Hooh, dari perjalanan ke sekolah tadi gue udah deg-deg banget mikirin nilai yang gak tuntas," tambah Oppie sambil memijat pelan kepalanya.

"Kantin, yuk! Sekalian cuci mata siapa tahu Kak Fariz dkk lagi nongkrong disana, hitung-hitung nambah momen sama mereka yang bentar lagi udah pada mau lulus," ajak Zahra penuh semangat.


"Iya, sebentar lagi sekolah bakalan sepi banget," sambung Sheila seraya berjalan keluar kelas.

"Mau mereka lanjut di mana pun, kalau emang udah jodoh pasti nggak bakalan ke mana, kok. Tenang aja," lanjut Oppie yang menyusul langkah Sheila.

"Mantap betul!" sahut Zahra mengiyakan.

***

Setibanya di kantin siapa sangka, ternyata tebakan Zahra di kelas tadi benar. Beberapa most wanted sedang bersantai ria di kantin.

"Guys, kita duduk di sini aja," jelas Zahra sambil menunjuk kursi yang terletak di sudut kantin.

"Eh, pada mau pesan apa, nih? Biar gue yang pesanin. Soalnya gue mau beli air mineral, dari tadi gue haus, nih," tanya Sheila yang belum duduk.

"Lo beli air dulu, deh! Gue lagi mikir mau pesan apa," jawab Oppie sambil membaca menu yang disediakan oleh Ibu Kantin.

"Iya, lo aja dulu!" tambah Zahra.

"Ya udah," ucap Sheila yang langsung melangkahkan kaki ke salah satu Ibu Kantin.

"Mbak, air mineralnya satu!"
"Mbak, air mineralnya satu!"

Perkataan Sheila barusan berbarengan dengan orang yang berada tepat di belakangnya.

"Kompak amat," ledek Bu Kantin yang sontak membuat Sheila menoleh ke belakang.

"Eh? Assalamualaikum, Dek," sapa orang yang berdiri tepat di belakang Sheila,

Fariz.

"Wa-waalaikumussalam, Kak," jawab Sheila sambil tersenyum kikuk.

"Ini air mineralnya. Satu buat Non yang cantik dan satu lagi buat Aden yang ganteng," ucap Bu Kantin seraya memberikan air mineral untuk Sheila dan Fariz.

"Makasih." Lagi-lagi mereka berdua berbarengan.

"Sama-sama. Perasaan dari tadi kalian barengan mulu ngomongnya. Saya doakan berjodoh, ya, soalnya kalau dilihat-lihat kalian berdua ada kecocokan," lanjut Bu Kantin seraya tertawa kecil.

"Aamin," tambah Fariz yang seketika membuat jantung Sheila berdegup dengan sangat kencang.

"Eh? Diaminin sama dia," sambung Bu kantin yang dibuat kaget juga atas ucapan Fariz barusan. Sheila langsung menatap Fariz sembari menunggu ucapan yang akan dia berikan untuk melanjutkan ucapan Bu Kantin.

"Setiap saya didoakan saya selalu seperti itu, kok, Bu. Karena balik lagi kita 'kan tidak ada yang tahu masa depan akan seperti apa. Jadi, apa pun doa terbaik yang diberikan ke saya akan selalu saya aminkan," jelasnya dengan tersenyum tipis yang diiringi anggukan oleh Ibu Kantin.

"Pemikiran yang bagus," puji Bu Kantin.

"Ehmm … kalau gitu saya permisi, Kak," pamit Sheila sembari tersenyum ringan.

"Lama banget, dah, beli airnya," sahut Zahra sambil mengetuk-ngetukkan sendok ke meja.

“Beli air apa ijab kabul, lu?” celetuk Oppie yang tadi sempat melihat Fariz.

"Ye … apaan, dah. Tadi, habis ngobrol dikit sama Bu Kantin," jawab Sheila sembari tersenyum lebar.

"Bu kantin atau Purna Ketos, nih?" sela Oppie lagi sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Dua-duanya," sambung Sheila tersenyum riang.

"Hmm, Kak Biyan mana, ya? Tumben di gerombolan most wanted dianya nggak ada," sosor Zahra yang dari tadi memperhatikan semua orang yang ada di kantin.

"Entah," serempak Sheila dan Oppie sambil mengedikkan bahu.

"Ke kelas, yuk! Gue lagi nggak pengen makan anything."

"Gue juga nggak jadi, deh," tambah Oppie seraya berdiri.

"Gue, mah, ngikut," timpal Sheila sambil berjalan meninggalkan kantin.

***

"Ra, kenapa berhenti?" tanya Oppie sambil mendorong tubuh Zahra dari belakang saat berada di depan kelas.

"Hooh. Tahu, lo. Ap—" Ucapan Sheila ikut terhenti saat melihat Biyan dan Kanaya tengah berduaan di dalam kelas.

"Kak Biyan?" ucap Zahra sambil mengernyitkan dahi.

Dua orang yang berada di dalam kelas pun langsung menoleh ke arah Zahra.

"Hai, Zahra! Long time no see you," balas Biyan yang berdiri dari kursi menuju ke Zahra.

"Iya, Kak. Oh, iya, Kak Biyan ngapain di sini?" tanya Zahra dengan raut wajah heran.

"Biasalah,  lagi menikmati momen-momen terakhir di sekolah bareng pacar," jawab Biyan dengan santai.

"Pa-car?" ulang Zahra sambil menatap Biyan dengan tatapan yang sangat dalam.

Biyan mengangguk.

Oppie memejamkan mata, Sheila memijat pelan dahi, sementara Kanaya menunduk. Begitulah kelakuan mereka bertiga saat Biyan dengan polosnya memberitahu Zahra kenyataan yang sudah mereka rahasiakan sejak LKS.

"Kalau gitu gue ke kantin dulu, Nay. Satu lagi, kalau udah pulang telepon gue aja," lanjut Biyan masih dengan senyum polosnya, lalu keluar dari kelas. Setelah Biyan pergi, suasana tiba-tiba hening dalam sekejap.

"Selamat, ya, Nay," ucap Zahra sembari membuka pembicaraan dengan tersenyum culas, yang kemudian ikut meninggalkan kelas.

Melihat kepergian Zahra, Sheila dan Oppie langsung mengejar.

"Zahra, tunggu!" cegat Sheila sambil menahan tangan Zahra yang disusul Oppie dari belakang.

"Lo berdua tahu hal ini?" lirih Zahra. Oppie dan Sheila saling memandang satu sama lain kemudian mengangguk pelan.

"Kenapa kalian nggak bilang dari dulu?" Zahra berdecak.

"Kenapa kalian biarin gue berharap kayak orang bodoh, gini?" lanjut Zahra yang terlihat begitu rapuh.

"Kita nggak mau lo sakit, Ra" jawab Sheila dengan nada pelan.

"Dengan sikap kalian yang milih nggak kasih tahu gue dari awal, justru buat gue semakin sakit," tegas Zahra.

"Ra, biar gue ceritain," sela Kanaya sambil memegang tangan Zahra.

"Gue nggak mau dengar apa pun dari lo!" lanjut Zahra sambil menepis tangan Kanaya.

"Ra, sebenarnya gue sama Kak Biy—"

"Udah, Nay! Gue 'kan udah bilang nggak usah di jelasin!" potong Zahra dengan nada tinggi.

"Gini, Ra. Jauh sebelum lo suka sama Kak Biyan, Kanaya itu udah pacaran sama dia. Jadi lo sama sekali nggak bisa salahin dia juga," tukas Sheila sambil tersenyum tipis.

"Kok, lo jadi bela Kanaya, sih? Sahabat lo itu siapa sebenarnya?" seru Zahra.

"Zahra, kita nggak bela siapa pun di sini. Tapi balik lagi, kita emang nggak bisa menebak akan pada siapa perasaan kita akan jatuh. Lo suka sama Kak Biyan itu nggak ada salahnya, tapi yang salah itu kalau lo marah sama Kanaya yang jelas-jelas udah kenal Kak Biyan jauh sebelum lo suka sama dia," tambah Oppie yang berusaha menetralkan keadaan.

"Terserah, intinya gue yang kelewat bodoh. Karena selama ini gue nggak pernah sadar kalau gue udah mengharapkan seseorang yang ternyata punya hubungan sama cewek lain, apalagi cewek itu temen kelas gue sendiri. Miris banget, ya, kisah percintaan gue," kilah Zahra sambil tertawa renyah.

"Gue minta maaf, Ra," ucap Kanaya yang benar-benar merasa bersalah.

"Stop, Nay! Saat ini gue nggak mau dengar apa pun dari mulut lo," sela Zahra untuk kesekian kalinya, lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.

Sheila sempat berusaha untuk mengejar Zahra lagi, tapi kali ini tangan Sheila di cegat oleh Oppie.

"Biarin dia sendiri, dia perlu waktu," ucap Oppie yang mendapat anggukan dari Sheila.

"Gue nggak mau pertemanan kita rusak," jelas Kanaya sambil memijat pelan dahinya.

"Zahra nggak bakal kayak gitu, kok, Nay. Besok pasti udah baik," sambung Oppie dengan menepuk bahu Kanaya.

"Pertemanan kita nggak akan rusak hanya gara-gara satu cowok, kok. Lo tenang aja," lanjut Sheila sambil tersenyum tipis.

"Makasih, ya. Lo berdua udah mau ngertiin gue," sambung Kanaya dengan tersenyum ringan.

Kemarin, Oppie yang harapannya dipatahkan karena puisi yang ia tulis untuk Naufal sama sekali tidak dihargai. Hari ini, Zahra pun ikut patah karena mengetahui fakta atas hubungan Kanaya dan Biyan yang cukup membuatnya tertampar realita. Besok apa lagi yang akan terjadi? Akankah kisah gue sama Aisy berakhir bahagia bersama kakak kelas idaman? Atau bahkan kisah kita berdua akan memiliki nasib yang sama dengan kisah Oppie dan Zahra? Entahlah, pada akhirnya takdir akan menjawab semua pertanyaan gue.

Kira-kira begitulah ucapan Sheila dari dalam hatinya dalam menanggapi kejadian hari ini.

(AUTHOR POV END)


***


Makasih udah baca ceritanya gaez✨

Mohon maaf kalau ada typo yang bertebaran📣

Jangan lupa vote dan komen yap!

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 130K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
NANDA By saff

Teen Fiction

17.2K 2.1K 42
"Sebuah kisah sederhana, tentang rasa tanpa suara." --- Bertemu dengan Nanda Rayn Danendra adalah sebuah anugrah dalam hidupnya. Tak pernah sedikitpu...
1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
272 108 5
Seperti kata One Direction, "Just how fast the night, changes." Aster merasa semuanya cepat berlalu, secepat malam yang berganti. Berbeda dengan Aste...