Hellenium•Kth✓

By Vivi_Kim

158K 17.2K 3.2K

[ Complete Story ] Story About Kim Taehyung and V Kim. They are the twins brother. Story by, Vivi_Kim Cover... More

Prologue
Ch1. Cold that Warm
Ch2. V!
Ch3. V is My Inhaler!
Ch4: Visit My Mother!
Ch5: There is Love in His Eyes
Ch6: Could I Love Her?
Ch7: Memoria
Ch8: Young Forever
Ch9: This is Not Fair!
Ch10: Singularity
Ch11: Miss The Past
Ch12: Selfishness
Ch13 : Fake Smile
Ch14 : Worried About Taehyung.
Ch15 : Date?
Ch16 : Stubborn
Ch17 : Hope of V!
Ch18 : We are Twins!
Ch19 : Bad Feeling!
Ch20 : Maintaining Relationship
Ch21 : Regret?
Ch22 : Faithfulness in the Love!
Ch23: Park Jimin!
Ch24 : Jung Yerin!
Ch25 : Jaehyun-ie!
Ch26 : Sick!
Ch27 : The Twins in Danger!
Ch28 : Kidnapped?
Ch29 : Survive!
Ch30 : Sweet Dream of the Twins!
Ch31: Revenge?
Ch32 : Mission Success!
Ch33 : Dinner.
Ch34 : Winter Bear.
Ch35 : Simple Happiness!
Ch37 : Where is Taehyung?
Ch38 : Welcome back, Tae!
Last Chapter, 39 : Give Up or Regret?

Ch36 : I'm so Tired.

3.2K 369 73
By Vivi_Kim

Mohon maaf buat keterlambatan update. Semoga chapter ini bisa nemenin kalian di waktu senggang ya :) jangan lupa buat vote dan komentar kalo ff ini masih mau lanjut :")

Biar vivinya juga semangat gitu :D

🖤
🖤
🖤

Tiga hari setelah siuman Taehyung belum juga diperbolehkan pulang oleh pamannya lantaran kondisinya masih suka menurun.

Harapan Taehyung untuk kembali lagi ke sekolah sangatlah kecil. Kalau pun nanti ayah dan ibunya meminta untuk berhenti sekolah, Taehyung hanya bisa pasrah. Karena dia sendiri pun tidak yakin bisa melakukan aktivitas seperti dulu.

"Eomma?"

"Hm?" Ibunya yang tengah mengupas buah apel merah pun hanya berdeham.

"Apa aku bisa seperti dulu lagi?"

Hyunra terdiam. Taehyung menatapnya dengan sendu.

"Aku rindu teman-temanku. Aku merindukan kebersamaan dengan mereka." Ia menjeda ucapannya. "Dan aku juga merindukan kebersamaan dengan keluargaku."

Wanita itu meletakkan pisau dan buahnya di atas piring, membasuh tangannya dengan antiseptik lalu menggenggam erat tangan dingin nan kurus putranya.

"Kau bisa, Sayang."

"Aku lelah, Eomma. Tubuhku sudah tidak sekuat dulu. Maaf kalau aku terlalu banyak merepotkan kalian."

"Sstt!" Hyunra meletakkan jari telunjuknya di depan bibir pucat sang anak. "Kau tidak merepotkan. Sudahlah, sekarang kau makan buahnya, ya."

"Haruskah aku makan buah apel?"

"Tentu saja harus, Sayang. Kau ini bagaimana, sih? Apel kan baik untuk kesehatanmu," kata sang ibu.

Taehyung merengut. Ia tidak suka apel. Karena sewaktu kecil ia sangat penasaran dengan rasa apel, karena tak sabaran ingin menyicipi akhirnya ia pun memaksa ibunya untuk membeli apel di pasar.

Dia ingat sekali saat-saat itu. Di mana matanya berbinar-binar melihat sebuah apel yang dibelinya, ia berjingkrak kegirangan, sampai berdecak kagum saat melihat apel itu dipotong. Tapi, begitu ia menggigit tercetak jelas kenyitan di wajahnya karena rasa apel yang ia makan benar-benar asam.

Dari situlah asal mulanya Taehyung tidak menyukai apel. Padahal tidak semua apel rasanya asam.

"Ayo, makanlah." Ia menyodorkan piring yang sudah terisi potongan buah apel.

"Eomma..."

"Ck! Jangan banyak drama, Kim Taehyung! Cepat, makan!"

"Ish, galak sekali, sih," gumamnya pelan sekali.

Ia menancapkan satu potong apel ke garpu. Hanya menancapkannya saja tapi tidak dimasukkan ke mulutnya.

"Taehyung..." panggil sang ibu lembut. "Ayo di makan, Nak. Apel ini manis, kok."

"Aku lebih suka buah-"

"Makan, Tae!"

Taehyung meneguk ludahnya susah payah. Kalau ibunya sudah berbicara tegas begini, tak ada alasan lagi untuk membantah atau menolak.

Akhirnya dengan sangat terpaksa remaja bermarga Kim itu memakan buah tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan.

🖤

"Hansung-ah!"

Orang yang diserukan namanya menghentikan langkah dan menoleh. Di kejauhan beberapa meter sana ada sahabatnya; Jung Hoseok memanggilnya.

"Ada apa?" tanya pemuda Kim itu.

Omong-omong V sudah tidak marah saat dipanggil Hansung oleh teman-temannya. Hanya teman dekat, sih. Selebihnya masih memanggil dengan nama V.

"Dongho dan Heejin berkelahi! Kelas kita jadi kacau, Sung."

V membulatkan matanya. "Kau serius? Sebelum aku keluar kelas tadi kelas kita masih aman-aman saja, kan?"

Hoseok mengangguk. "Aku juga tidak tahu permasalahannya. Tiba-tiba Dongho memukul Heejin, dan selanjutnya kau bisa lihat sendiri di kelas, V."

"Ya sudah, aku ke kelas dan kau panggil guru konseling."

🖤

V mengeraskan rahang begitu melihat kelasnya gaduh dari luar sana. Sebagai anggota kedisiplinan dan keamanan sekolah, tentulah menjadi tanggung jawab pemuda bersurai hitam itu.

Ia membuka pintu kelasnya lumayan kasar. Di sana terlihat Dongho dan Heejin tengah melakukan aksi baku hantam di depan kelas, ada dua murid lain yang berusaha melerai, selebihnya berada di belakang kelas karena takut terkena imbas. Termasuk Yerin di sana, ia tidak berani menatap aksi baku hantam di kelasnya.

"Hentikan." Suara dingin V menghentikan aktivitas keduanya.

Mereka tidak lagi berkelahi, malah menatap satu sama lain dengan sengit.

"Ada apa ini? Kenapa kacau sekali?"

Dua murid yang terlibat perkelahian itu menundukkan kepala.

"Kalian tahu kan ini masih di area sekolah. Kalau ingin menunjukkan kekuatan kalian atau kehebatan kalian dalam berkelahi, jangan di sini!"

"Maaf, V," gumam Heejin.

V menghela napas. "Kenapa kalian berkelahi?"

"Dongho hanya salah paham padaku. Dia mengira kekasihnya selingkuh padaku. Padahal tidak," jelas remaja berambut coklat; Heejin.

"Jangan berkilah kau, sialan!"

"Aku tidak berkilah, berengsek! Aku berkata jujur. Kau tahu kan ibu dari kekasihmu itu punya toko kue? Dan itu sudah menjadi langganan ibuku. Kemarin sore dia mengantarkan pesanan ke rumahku..."

"Lalu?" V bertanya lagi karena Heejin menggantungkan ucapannya.

"Lalu dia ingin mengantarkan pesanan untuk saudaraku juga. Karena ia tidak tahu rumahnya jadilah aku mengantarkannya. Aku juga sudah jaga jarak agar tidak berdekatan dengan kekasihmu itu, Dongho. Tadi aku ingin menjelaskannya padamu, tapi kau sama sekali tak mengizinkan aku untuk berbicara."

"Astaga." V memijat pangkal hidungnya. Lalu menatap Dongho tajam. "Sudah dengar sendiri, kan? Kuperingatkan kau untuk tidak mengulangi kejadian seperti ini. Kalau sedang ada masalah yang kau sendiri pun tidak tahu kebenarannya, kau harus tanya dulu pada yang bersangkutan. Kau pikir dirimu hebat?"

Satu hembusan napas keluar dari celah bibir Dongho. "Baiklah. Aku mengaku salah. Maafkan aku, Heejin-ah," kata Dongho, ia memeluk Heejin sebentar sambil menepuk-nepuk punggung temannya.

"Kalau begitu kalian berdua harus membereskan kekacauan yang kalian buat."

"Apa?" teriak Dongho, ia tidak menerima perintah dari V. "Apa-apaan? Kenapa harus aku? Kan yang piket hari ini bisa bereskan." Memang Dongho itu terkenal agak nakal di sekolahnya.

V tersenyum kecil. "Sekarang aku tanya, yang mengacaukan kelas itu kalian atau yang piket hari ini?"

"Kamilah!"

"Lalu yang harus bertanggung jawab atas semua ini siapa?"

"Tentu saja ak-Hei, V Kim! Kau tidak bisa-"

"Turuti saja atau orang tuamu dapat panggilan dari Guru Konseling lagi?"

"Ya tapi tidak beg-ah, baiklah."

Suasana kelas menjadi tenang kembali. Si dua murid yang terlibat perkelahian pun merapikan kekacauan yang mereka buat. Tanpa V sadari, ternyata sedari tadi ada guru konselingnya mengintip di depan kelas bersama Hoseok.

Dia tersenyum lebar saat V berhasil menangani masalah di kelasnya dengan kepala dingin.

Langkah selanjutnya, guru konseling masuk bersama Hoseok.

"Ya Tuhan, kacau sekali kelas ini!" katanya galak.

Dua murid yang bersangkutan menunduk takut dan melirik satu sama lain.

"Dongho, Heejin, setelah membereskan kekacauan ini, kalian berdua datang ke ruangan saya."

"Baik, Saem," sahut kedua murid itu lesu.

Guru wanita berambut sebahu itu beralih menatap V. "Terima kasih sudah mengatasi masalah seperti ini lagi, V Kim."

V membungkuk sopan, lalu mengangguk sambil tersenyum manis. "Sama-sama, Saem. Ini memang sudah menjadi tugas saya. Saya boleh permisi ke perpustakaan? Ada beberapa buku yang harus ku pinjam."

Setelah mendapat anggukan, V pun keluar dari kelasnya dan menuju perpustakaan.

Selama menyusuri koridor, ia bersiul pelan untuk melepas rasa sepi. Begitu melewati kelas Taehyung, laju jalannya melambat. Ia dapat melihat kursi yang biasa Taehyung tempati sudah kosong.

Di dalam sana pula ada Yoongi yang tengah mendengarkan penjelasan guru tanpa semangat.

Tanpa sadar, ia menitikkan air mata. Ia selalu merindukan Taehyung. Bangku yang dulunya selalu terisi, kini sudah kosong. Bahkan tak ada lagi sosok Taehyung yang menempati.

Tak ingin berlama-lama dalam kesedihan, V pun mengusap air matanya kasar dan beranjak dari tempatnya berdiri.

Ia melanjutkan perjalanan lagi; kali ini tanpa bersiul. Ia jadi memikirkan saudara kembarnya yang masih di rumah sakit.

Jujur saja V merasa kesepian. Sejak Taehyung di rumah sakit, ia selalu sendirian. Tidur di kamar sendiri, tidak ada suara Taehyung beserta tingkahnya yang seperti orang idiot.

Bahkan setiap malam tidak ada Taehyung lagi yang mengucapkan selamat malam padanya.

Sedang bergelut dengan kesedihannya, V tersentak dengan suara ponselnya yang bergetar. Ia meraih benda persegi panjang yang sebelumnya berada di saku celana, kemudian melihat siapa yang meneleponnya.

'Irene Noona is Calling You.'

V hanya memandang layar ponselnya dengan datar, lalu mengangkat panggilan tersebut.

"Halo," sapanya dingin.

"H-Halo, V. Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik."

"V? Kau marah?"

V tidak menjawab, melainkan terus berjalan di koridor yang sangat sepi.

"Maafkan aku, V. Aku benar-benar sibuk sekali di sini."

V tersenyum miring. "Tak apa, aku mengerti. Lanjutkan saja acaramu, Noona. Maaf kalau pesan-pesan yang ku kirim padamu mengganggu waktu kalian berdua."

"V?" Irene sedikit berteriak. "Aku tidak mengerti."

"Haha." Ia tertawa hambar. "Sudahlah, tidak perlu berpura-pura lagi, Noona. Sudah cukup. Lebih baik kita akhiri saja hubungan ini."

"Hei, V Kim! Apa yang kau katakan?!"

"Aku tahu Noona merasa malu di depan teman-temanmu di sana karena mempunyai kekasih yang masih bocah sepertiku. Selamat bersenang-senang tanpa aku, Noona. Oh iya, satu pesanku, jangan lupa belajar yang rajin dan jangan diulangi lagi kesalahan yang seperti ini."

V memutuskan panggilan secara sepihak.

Pasti kalian bertanya-tanya kenapa V dan Irene bertengkar, bukan?

Oke, akan kujelaskan. Jadi selama beberapa minggu ini Irene tak ada kabar. Semua pesan dari V tak pernah dibalas, kadang pula hanya dibaca. Lalu, beberapa hari silam ia tak sengaja melihat foto Irene sedang bermesraan di salah satu akun instagram milik orang Amerika. Setelah V mengecek akun itu, dan ternyata benar saja. Ada banyak foto Irene yang sedang bermesraan dengannya.

Jadi, dalam kata lain Irene selingkuh di belakang V.

V tidak mau berkomentar apa pun. Ia tidak ingin memperpanjang masalahnya. Masalah keluarganya sendiri saja rumit, tak sempat jika harus mengurusi hubungannya.

🖤

Untuk menghilangkan rasa bosan, Taehyung selalu menghabiskan waktunya untuk membaca buku sekolah saat dirinya sedang sendirian di kamar rawat.

Ibunya kembali ke rumah untuk mengambil beberapa barang, ayahnya belum pulang kerja, begitu juga dengan adik-adiknya yang masih di sekolah.

Sedang asyik menulis rumus matematika, kenop pintu berputar membuat Taehyung mengalihkan pandangan. Tak berselang lama, pintu kaca tersebut pun bergeser lalu muncullah seorang gadis berkuncir dua yang masih mengenakan seragam sekolah.

"Halo, Choco!" sapanya penuh semangat.

Taehyung tersenyum melihat siapa yang datang. "Hai, Jelly. Sini, masuk!"

Dia; Jung Yerin, menutup pintu lalu melangkah riang ke ranjang pesakitan Taehyung.

Tangannya mengambil buku yang dipegang Taehyung, diletakkannya di atas meja. "Masih sakit kenapa sudah berkutat dengan buku saja, sih?"

Taehyung tersenyum. Ia mempersilakan kekasihnya untuk duduk di ranjangnya. "Kata siapa aku masih sakit?"

"Kata aku barusan."

"Aku tidak sakit, kok," katanya dengan penuh percaya diri.

Bibirnya tersenyum, tapi dalam hati Taehyung mengejek dirinya sendiri yang sok kuat, sok sehat, padahal kenyataannya tidak.

Setiap malam Taehyung selalu menertawakan dirinya sendiri yang terlalu lemah.

"Jelly!" Tubuh Yerin tersentak kecil. "Jangan melamun, kau sedang di rumah sakit tahu. Nanti kau kerasukan."

Yerin tertawa geli. "Aku tidak takut hantu."

"Ah, kau benar. Pasti hantunya yang takut padamu."

Mata Yerin membulat. "Kau bilang apa?!"

Taehyung menyengir lebar. "Bercanda, Sayang. Sedang ada tamu bulanan, ya?"

Yerin semakin cemberut. Sudah tahu pakai tanya. Tidak tahukah kalau sekarang itu hari pertama ia datang bulan?

"Jelly."

"Apa?!"

"Astaga, galak sekali, sih." Taehyung pura-pura ngambek. "Aku kan ingin berkata sesuatu."

"Apa?" Suara gadis itu melembut, ia menatap lekat mata sayu Taehyung dengan sendu. "Kenapa, Choco?"

Satu hembusan napas berat keluar dari celah bibir pemuda itu. "Aku hanya membayangkan masa depan kita. Apakah kedepannya kita akan menikah dan punya anak yang lucu?" Atau berakhir di dalam peti mati saat jantungku berhenti berdetak?

Yerin tersenyum manis. "Kalau kita jodoh, pasti Tuhan akan mempersatukan kita. Dan, aku berharap kau akan menjadi suamiku nanti, Choco."

Entah kenapa penuturan Yerin barusan membuat air mata Taehyung menetes. "Jangan menaruh harapan padaku, Jelly," lirihnya.

"Kenapa kau bicara begitu? Kau tidak ingin menikahiku?"

Taehyung tersenyum kecil, ia menggenggam kedua tangan Yerin yang hangat. "Aku hanya tidak mau mengecewakanmu. Harusnya kau tidak bersamaku, Jung Yerin."

Yerin menggeleng. "Aku tidak mengerti dengan ucapanmu."

"Bagaimana kalau sekarang kita jalani hidup masing-masing saja?"

Mata Yerin membulat sempurna, ia melepas genggaman tangan Taehyung dengan sedikit kasar. "Kau gila? Aku tidak mau!" bentaknya diiringi dengan air mata yang langsung meluncur begitu saja.

"Yerin, aku bisa jelaskan."

"Aku tidak mau mendengar penjelasanmu, Choco!"

Mata sayu Taehyung menatap kekasihnya dengan sendu. Di sisi lain, ia ingin bersama Yerin. Tapi di sisi lain pula, ia tidak ingin menjadi egois. Ia ingin Yerin mendapatkan laki-laki lain yang bisa membuatnya bahagia.

Kalau kedepannya Yerin bersamaku, pasti dia sangat kerepotan.

Begitulah kata hati Taehyung, di saat rasa egois untuk memiliki Yerin selamanya mulai muncul.

"Maaf, ya?" Taehyung mengusap sisi kepala Yerin dengan lembut.

Tak ada suara yang terdengar dari mulut Yerin, kecuali hanya anggukan kepala saja.

Keduanya saling terdiam, baik Taehyung maupun Yerin tidak ada yang membuka suara sedikit pun; hanya ada suara ranting pohon yang mengetuk-ngetuk jendela akibat tertiup angin.

"Selamat sore!"

Atensi keduanya teralih ke ambang pintu, di sana ada ayah dan ibu Taehyung.

Yerin langsung berdiri dan membungkuk sopan pada orang tua itu.

"Halo, Nak Yerin," sapa Taesung.

"Halo juga, Ahjussi. Bagaimana kabar kalian?"

"Kita selalu baik, kok. Omong-omong, kalian berdua kenapa? Ada masalah?" Hyunra yang sedari tadi menyadari keanehan pada pasangan alien ini pun mulai bertanya dengan bingungnya.

Anak muda itu tersenyum canggung, dan menggelengkan kepala dengan mimik wajah yang mencurigakan.

Sang kepala keluarga menghela napas. "Tae, Appa mau bicara empat mata padamu."

Seakan mendapat sinyal dari suaminya, Hyunra pun langsung mengajak Yerin. "Yerin-ie, kita ke kantin dulu, yuk. Temani Ahjumma makan."

"Iya, Ahjumma."

Yerin mengambil tasnya, dan berjalan menuju Hyunra tanpa basa-basi sedikitpun pada Taehyung, membuat Hyunra yakin kalau anak muda itu sedang ada masalah.

Setelah Hyunra dan Yerin keluar, yang tertua di ruang rawat itu duduk di kursi dekat ranjang lalu menatap putranya intens. "Tae? Masih tidak mau bercerita?"

"Anu..."

"Anu apa? Jelaskan yang jujur atau kau menginap di rumah sakit ini selama setahun."

Mata Taehyung membulat sempurna. Apa katanya? Menginap di rumah sakit selama setahun?

Big no!

Sekarang saja pemuda Kim itu sudah tidak betah. Daripada menginap di rumah sakit selama setahun, lebih baik Taehyung bercerita sajalah.

"Jadi, cerita begini..."

🖤

"Oh, begitu ceritanya."

Hyunra mengangguk-angguk kepalanya paham setelah Yerin menjelaskan semua masalahnya. Wanita itu menyeruput minuman dinginnya, lalu menatap Yerin dengan penuh kelembutan.

"Begini, Nak Yerin. Ahjumma sangat mengerti perasaanmu. Begitu juga dengan perasaan Taehyung. Sebagai seorang ibu, tentunya Ahjumma bisa merasakannya." Ia menjeda ucapannya sejenak. "Taehyung itu sangat menyayangimu, Sayang. Dia... dia tidak ingin membuatmu sedih. Kata pamannya, kondisi jantung Taehyung semakin hari semakin melemah. Dan kemungkinan untuk kembali ke sekolah sangatlah kecil. Jadi... membuat Taehyung berhenti sekolah mungkin menjadi jalan terbaik untuknya."

Cairan asin yang keluar dari mata Yerin semakin deras. Ia menundukkan kepala dan tak lama kemudian bahunya terlihat bergetar kecil.

Ada rasa sakit begitu melihat perempuan yang dicintai putranya ini menangis.

"Tapi aku tidak mau berpisah dengannya," isaknya.

Hyunra tersenyum lembut khas keibuan. Ia berdiri, berpindah posisi ke samping gadis itu lantas memeluknya.

"Yerin-ie, doakan saja yang terbaik untuk Taehyung, ya? Ahjumma yakin kalian bisa melewati ini bersama-sama." Hyunra tersenyum. Melihat kejadian hari ini, ia jadi teringat masa lalunya.

Di mana saat itu Taesung melakukan hal yang sama seperti Taehyung.

Taesung meminta untuk mengakhiri hubungan. Bukan karena Taesung punya penyakit, melainkan karena keadaan ekonominya benar-benar sulit.

"Aku tidak mau kau hidup susah ketika bersamaku, Hyunra. Jujur, aku merasa malu pada ayahmu. Bagaimana jika nantinya aku tidak bisa menafkahi keluarga kita kelak?"

Dan karena keyakinan dan cinta satu sama lain, Taesung bisa meraih kesuksesan walau kemarin ia sempat menjadi pria yang angkuh.

🖤

Perkataan Hyunra beberapa hari yang lalu ternyata benar adanya.

Putra sulungnya dinyatakan berhenti sekolah. Dan hari ini Taehyung kembali ke sekolah hanya untuk mengucapkan salam perpisahan untuk teman-temannya; karena mereka semua belum tahu tentang masalah keluarnya Taehyung dari sekolah, kecuali sahabatnya.

Dan sekarang, Taehyung masuk ke sekolah dan mengikuti pelajaran untuk yang terakhir kalinya.

Jam istirahat pertama tiba, teman-teman dekat Taehyung; termasuk Yerin, bersama-sama menyusul pemuda Kim itu ke kelasnya.

Hari ini mereka punya tugas; yaitu menjaga Taehyung di hari terakhirnya sekolah.

"Hansung mana?" tanya Taehyung begitu tak melihat kehadiran kembarannya di antara mereka.

Taehyung yang mereka lihat sangat berbeda sekali dengan yang dulu. Tubuhnya semakin kurus bahkan pipinya sudah sangat tirus, matanya sayu, dan jangan lupakan suaranya yang serak dan kecil.

"Kalau tidak salah kembaranmu itu sedang ada urusan dengan kepala yayasan," sahut Hoseok, selaku teman sekelas V.

Taehyung mengangguk-angguk paham. Ia kembali memasukkan semua alat tulisnya ke tas dengan gerakan lambat. Teman-temannya memperhatikan dengan miris. Bagaimana tangan itu gemetar padahal Taehyung hanya memasukkan buku paketnya.

"Ya Tuhan, lama sekali, sih." Yoongi merampas barang yang Taehyung pegang lalu memasukkannya ke dalam tas.

Sejujurnya, perkataan Yoongi barusan melukai hati Taehyung. Tapi remaja Kim itu tahu kalau Yoongi itu sangat gengsi menunjukkan kepeduliannya.

"Terima kasih, Hyung," ujarnya.

Yoongi menutup zipper bag berwarna hitam itu, lalu tersenyum kecil.

"Kita makan, yuk?" ajak Yerin.

Semua temannya mengangguk setuju. "Baiklah. Siapa yang akan jalan ke kantin?" tanya Jungkook sambil menatap satu per satu temannya.

"Kita ke kantin saja. Aku ingin merasakan makan di kantin untuk yang terakhir kalinya."

"Taehyung!!"

Taehyung memegang dadanya karena terkejut, ia memejamkan mata dan menormalkan detak jantungnya sejenak.

Melihat itu, mereka merasa bersalah karena sudah berteriak dan membuat pemuda Kim itu terkejut.

"Choco, kau tidak apa-apa, Sayang?" tanya Yerin khawatir.

Taehyung membuka mata lalu tersenyum. "Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit terkejut tadi."

🖤

Istirahat pertama telah usai, Taehyung sudah meminta kesepakatan kepada kepala yayasan untuk mengumpulkan semua murid Hanlim di auditorium sekolah.

Taehyung sudah duduk di kursi yang diletakkan di atas panggung sambil memegang mikrofon.
Ia ingin memberitahu sesuatu dan meminta maaf, ia hanya tidak ingin meninggalkan kesalahan pada teman-teman sekolahnya.

"Terima kasih kepada para guru dan juga Kwon Kyojang-nim karena sudah mengizinkan saya memakai auditorium ini." Taehyung tersenyum manis pada guru-gurunya yang sudah duduk berjejer di kursi paling depan. "Sebelumnya aku minta maaf kepada teman-teman karena sudah mengganggu waktu kalian. Ada beberapa hal yang harus kusampaikan sekarang."

Taehyung menghela napas, ia menatap satu per satu teman dekatnya, dan terkunci pada gadis pujaannya, Jung Yerin.

Mata Yerin berkaca-kaca, Taehyung melihat itu. Sesaat kemudian ia menundukkan kepala karena tak sanggup melihat air mata itu tumpah.

Selanjutnya pemuda Kim itu mengembuskan napas kasar. Tidak boleh menangis, Taehyung. Jangan goyahkan keputusan orang tuamu untuk berhenti sekolah. Ini semua demi kebaikanmu.

Taehyung memberikan senyum lagi untuk mereka, kali ini lebih lebar, membuat dirinya seakan baik-baik saja tanpa ada beban.

"Semuanya, maaf sudah mengganggu waktu kalian. Aku, Kim Taehyung, hanya ingin meminta maaf kalau selama ini aku punya salah, baik yang di sengaja atau pun tidak." Suaranya mulai bergetar.

Suasana mendadak hening, sebagian murid yang tadinya malas mendengarkan pun langsung menegakkan tubuhnya.

"Hari ini adalah hari terakhir aku bersekolah dan bertemu dengan kalian semua."

Mereka terkejut.

"Kenapa, Tae?" salah satu murid kelas tiga, yang langganan sering dapat hukuman dari Taehyung bertanya dengan lantang.

"Kalian sudah bisa melihatnya tanpa kuberitahu, bukan?" lirihnya. "Lihat, aku sudah tidak bisa berdiri dalam jangka waktu yang lama seperti dulu. Aku menceritakan keadaanku bukan karena ingin meminta belas kasihan dari kalian. Jangan berpikir yang macam-macam, ya?" Taehyung terkekeh kecil.

Dari kejauhan, V dapat melihat tangan Taehyung yang memegang mic gemetar. Ia bangkit dari kursinya, berjalan perlahan menaiki panggung dan berhenti di sebelah Taehyung.

Keduanya saling bertatapan, V tersenyum kecil. Ia mengambil mic dari tangan saudaranya; bermaksud membantu untuk memegangi.

"Bicaralah."

Taehyung mengangguk, sambil menggumamkan kata terima kasih.

"K-Kudengar, sekolah kita terpilih untuk mengikuti berbagai macam lomba tiga hari lagi, ya?" Suaranya melirih, tatapan matanya tak seantusias tadi.

Mata Taehyung sudah berat sekali untuk terbuka, tapi ia harus bisa menahannya, setidaknya sampai ia memberikan ucapan semangat untuk teman-temannya yang akan mewakili perlombaan nanti, termasuk para sahabat yang ikut lomba dance termasuk V. Bahkan V menggantikan dirinya juga yang biasanya ikut lomba fisika di setiap tahun.

"Kalian harus semangat. Dan, jaga kesehatan kalian. Jangan pernah merasa tak mampu atau sendiri. Lihatlah ke kiri dan kanan kalian, banyak orang yang bisa membantu kalian di saat gundah." Taehyung menarik napas panjang. "Kita semuanya berteman. Para guru, murid, semua berteman. A-Aku berharap kedepannya sekolah kita tidak ada lagi yang saling bully."

Ia memberikan senyuman terbaiknya. "Sepertinya sudah cukup. Terima kasih."

Suasana masih sangat hening, mereka semua masih tidak percaya dengan keadaan Taehyung saat ini.

Taehyung yang dulunya sehat; bagi mereka, ternyata mengidap penyakit parah. Taehyung yang dulu selalu memimpin sekolah dan menjaga nama baik sekolah, kini sudah tidak berdaya.

Bahkan untuk berdiri selama 10 menit saja kakinya sudah gemetar.

Di atas sana, Taehyung bergegas untuk bangkit dari kursinya dibantu oleh V. Ia melihat semua teman sekolahnya dengan mata berkaca-kaca.

Tapi, tatapan matanya terkunci pada sepasang suami istri yang tengah berdiri di dekat pintu keluar.

Ya, itu ayah dan ibunya. Yang datang untuk menjemput Taehyung detik ini juga.

•TBC•

Wattpad eror jadi gabisa masukin foto :(

Sabtu, 9 November 2019

Continue Reading

You'll Also Like

608K 60.8K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...
430K 34.5K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
222K 33.3K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
452K 45.7K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...