Aeon

By Kancutt_Suga

285K 15.2K 1.6K

"Sejak pertama kali bumi ini dibentuk, semuanya sudah di rencanakan, sayang. Jadi, jika kita memang ditakdir... More

cogan? keak orgil jalanan:v
hey
sayangku
hari ini
aku syantik
senin
selasa
alasannya kerja
rabu
kamis
les privat katanya
jumat . sabtu
sampai minggu
ko masih g ketemu
semalam
bobo dimana
bobo sama siapa
ngapain aja
ciat
awokawok
ewh
💕
💕📌 18+
hwhw
lu
cinta luna
B
A
N
T
E
T
n@3n@
ini nama nya pizang🍌
ga bisa buat judul:(
18++ ?
aduh yank
P
A
R
K
J
I
M
I
N
anzinc
T0sL0L
duh gatel
pantad gue
Hiatus ?
mau g sama om?
Iya Aqhu Maw Sama Om:(
Udah Cukup Aing Lelah
ena ena
hmmmmmmmm
ayok
hmm~
lonte kokopay
ujep jimin🙂
gtw nieh ddq
ku hanya dyam:)
So Delicate
setan
Buka🔞
You,
I'm Nothing
Sebagian
Punya Jimin
Kim?
Ta3
hYuNG
dispatch anjeng
blAcK bIRd
punya Q
kimi kiliir diliin
Iya ges
yupp
omamamay
Reflection
Dionysus
Set Me Free
Nama saya Al*ira
Dari Gugus Sembilan
Finally

Without

3.1K 185 26
By Kancutt_Suga

Vote duluuu~

"Jimin, kamu tau kan tanggal--",

"Bodo",

"Jimin, kamu harus--",

"O"

"Jimin, jangan jadi anak durhaka ya, suka ngebantah sama orang tua!."

"Ya gimana Jimin ga ngebantah? Ajaran Mami aja ga bener",

"Jimin! Mami ngelakuin ini cuman buat kamu!",

"Tapi kan ga gitu juga kali mi",

"Jim--"

"Jujur, Jimin lebih milih jadi gelandangan dari pada harus ngejatuhin orang demi diri sendiri",

Perkataan yang dilontarkan oleh Jimin sukses membuat wanita paruh baya di depannya ini terdiam.

Tok.. tok.. tok..

"Masuk", ucap Jimin.

Pintu besar berwarna cokelat tua itu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok laki-laki paruh baya dengan setelan jasnya.

"Mi, kuy pulang. Papi pusing",

Sedangkan Ibu Jimin mengangguk dengan senyum manis di bibirnya--mengambil tas berwarna cokelat muda yang terletak pada meja kerja Jimin.

Jemari Ibu Jimin bergerak mengusap rambut Jimin--mengacaknya seperti tidak ada masalah di antara keduanya.

Jimin sempat menghindar tapi- gajadi.

"Hwaiting anak mami yang beruntung beriman ganteng panjang umur calon CEO,"

Ucap Mami Jimin dengan penekanan pada bagian 'CEO'.

Setelah itu Mami Jimin melangkahkan tungkainya meunuju luar ruangan, meninggalkan Jimin yang tengah menatap laptop hitam kesayangannya.

Mood Jimin hancur lagi setelah mengingat kenyataan pahit bahwa ujung-ujungnya dia akan berpisah dengan Hana. Dengan cepat Jimin menggelengkan kepalanya dan mengambil persegi hitam di kantongnya--menekan tulisan 'telepon' pada layar ponselnya.

Jimin menatap ponselnya, yang kemudian terpampang jelas wajah bantal khas Hana. Sontak Jimin terkekeh.

"Slamat siang malaikat quu", sapa Jimin.

Hana menatap Jimin datar, dengan rambut acak pun selimut setinggi dada. Jika saja Jimin ada di sebelah Hana, sudah pasti kepalan tangan Hana mendarat mulus pada kepala Jimin.

"Udah mau malem bodoh:)".

Jimin menolehkan kepalanya ke arah jendela satu-satunya pada ruangan, gelap. Yaiyala udah malam,-

"Eh iya, udah malem hehe",

"Astaga, bodoh sekali swamiqu ini:)",

Menatap layar ponsel yang memperlihatkan Hana dengan leher pun dada[bukan tete] dan selimut, terlintas satu hal pada pikiran Jimin,

"Udah makan obat?",

Hana mengerutkan keningnya, kemudian menggaruk kepalanya yang mungkin tidak gatal.

"Kamu belum beliin obatnya cinta, aduh goblok",

Jimin membelalakkan matanya, kemudian bangkit dari duduknya dan membereskan semua barangnya.

"Akhir-akhir ini, Jimin jadi pelupa ya guys. Wajarin aja",

Jimin ngakak sambil berjalan keluar dari persegi kantornya. Langkah terburu-buru dengan tas jinjing yang berisikan map dan laptop pada tangannya, menambah kesan kayak Oppa-Oppa kuriyah.

"Ehem",

"Hoy", sahut Jimin setelah dirinya masuk ke dalam lift.

"Aku ngomong ga didengerin hehe",

"eh? Emang ngomong apa?",

"Aku tadi bilang--"

"Tunggu! Tahan lift nya!",

Secepat kilat Jimin meletakkan kakinya di tengah pintu lift yang hendak menutup itu, pintu lift kembali terbuka. Wanita cantik dengan dress ungu gelap selutut di tambah polesan make up pada wajahnya memasuki lift tersebut.

Jimin kenal dengan wanita itu, sekretaris pribadi Papahnya.

Nayra.

Wajah polos wanita itu memang enak dipandang, tetapi siapa yang tahu?

"Ih Jimin! Kamu ga dengerin aku lagi!",

Sontak Jimin menatap layar ponselnya, terdapat Hana yang tengah berjalan ke kamar mandi, mungkin. Wajah cemberut bin kucel Hana dapat dilihat Jimin.

Wajarin aja, dari ragunan soalnya -Jimin

Jimin memutar kameranya ke arah kaki, jadi di layar cuman ada kakinya si Jimin. Jimin seketika memelankan suara ponselnya karena mendengar Hana bilang "YUHUUU JIMIN AKU MAU MANDI NIEEEH, KIW CEPET PULAAANGGHH. Round 2 kane nih!,".

Jika tidak ada orang di sekitarnya, Jimin pasti sudah membalas teriakan Hana. "SEKUY, GAYA BARU LEH UGHA". Tapi tidak mungkin.

"Pacar bapak, ya?",

Jimin menolehkan kepalanya, menatap wanita di sebelahnya sambil mengangguk.

"Ouhh, berani banget ya buka-buka baju di depan bapak", Nayra rupanya masih ingat jabatan.

Jimin menaikkan salah satu alisnya, "Diam setan, pengang telinga gua denger lu ngebacot", Ucap Jimin sarkas.

Nayra menaikkan salah satu sudut bibirnya, "Jalang dari club mana, Jim?," tutur Nayra sambil tertawa remeh.

Jimin mengepalkan tangannya, kuku-kukunya memutih. Kalo tau begini gua biarin dia turun lewat tangga -pikir Jimin.

Jimin masih diam, hatinya sudah gretek-gretek mau meninju wanita di sebelahnya.

"Lobangnya masih sempit ga Jim?", sambung Nayra.

Cukup, Jimin mengeraskan rahangnya. Kemudian menatap Nayra tenang, walaupun matanya menunjukkan aura kemarahan yang sangat besar.

"Diem jalang, lu pikir gua gatau tentang kerja sampingan lu?,"

Nayra membeku, bagaimana bisa Jimin tahu tentang pekerjaan sampingnya?
Jimin melipat kedua tangannya rapi di depan dada, menumpu dagunya dan menatap Nayra seperti menilai sebuah karya.

"Udah berapa kali kontol Namjoon, Taehyung sama Jungkook keluar masuk di lubang lu?",

Nafas Nayra terhenti, jantungnya seakan berhenti memompa darah, hatinya seperti dihujani ribuan pedang halilintar punya boboiboy. Demi sempak setengah basah, Nayra ingin lift yang dinaikinya ini roboh seketika.

Tapi tidak mungkin,

Karena lift sudah berhenti di lantai dasar 2 detik yang lalu. Jimin melangkahkan tungkainya cepat menuju mobil.

Setelah memasuki mobil, Jimin teringat satu hal.

"Hana!",

Jimin melihat layar ponselnya, mati.

"Hufttt, semoga Hana ga denger semuanya",

S
E
K
I
P

Setelah mandi, Hana berjalan ke lemari. Mengambil sempak, trus dipake. Ngambil celana trus dipake. Ngambil beha, mau dipake tiba-tiba ada tangan yang ngebantuin Hana make tu beha.

"Jimin?",

"Ini bukan Jimin",

"Jikin?"

"Lah, Jikin siapa?",

"Sujikin?", Hana sudah menggunakan jurus andalannya, yaitu ngasal.

"Hah?",

"Ahn--n", manusia di belakang Hana melingkarkan tangannya di perut kemudian meletakkan dagunya pada pundak Hana.

"Hana",

"Ini bukan Hana",

"Yaudah, ini Jimin",

"Kok Jimin?",

"Trus siapa?"

"Kenapa ga Jaemin?", Hana berbalik dan betapa terkejut dirinya melihat sosok di belakangnya. "AAAAAAAAAAAA!!", jerit Hana.

Manusia dengan porsi tubuh seperti Jimin, bahkan pakaiannya sama seperti Jimin, tetapi wajahnya Ultraman!

Kaget ga tuh:")

Jimin membuka topeng Ultramannya. Kemudian menertawakan Hana.

"JIMIN SIALAAANN!!",

Buk!

Buk!

Buk!

Masih saja tertawa bahkan sampai berbaring sambil memegang perutnya, dasar Jimin babyk.

Jadi setelah Jimin membeli obat untuk Hana, tepat di sebelah mobilnya ada paman-paman yang jualan topeng-topeng gitu. Makanya Jimin beli, padahal pengennya beli yang topeng monyet, tapi ogah di bully Hana, jadi yaudah yang Ultraman aja.

Lanjot.

Sebenarnya Jimin tidak hanya menertawakan wajah kaget khasnya Hana, tetapi karena Hana nya yang sudah seperti artis majalah dewasa. Celana pendek, kemudian bra bermerk Dior warna hitam, dengan rambut setengah basah--apalagi leher dan dadanya yang terdapat tanda merah ungu kebiruan bekas Jimin tadi.

Dijamin laku dah tuh majalah.

:v

"Jimin! Kaget tau!", Hana mendaratkan kepalan tangannya ke kepala Jimin.

"Hahahaa, udah sana pake baju dulu. Atau ga usah pake baju nih? Lanjut ronde 2 kiw", goda Jimin sambil meremas bokong Hana.

Gatau nih, bawaannya pengen ngatain Jimin mulu:( .
Contohnya kayak, Jimin main masukin pensil ke dalam botol pas lomba Agustusan, bukan pensilnya yang masuk tapi Jiminnya yang masuk dalam botol (saking kecilnya) -Author

"Jimin kampret! Diem dulu bisa ga?",

Hana meraih kaus hitam lengan pendek miliknya kemudian mengenakan kaus tersebut dengan pelan, niatnya menggoda Jimin.

Tapi Jimin malah memegangi topeng Ultraman yang dia beli dan bergelut pada pikirannya sendiri.

"Jimin..",

"Hmm?", Jimin memandangi Hana.
Hana bergerak menaiki tubuh Jimin, duduk di pangkuan Jimin sambil mengalungkan tangannya di leher putih Jimin.

"Kenapa?", Jimin meletakkan topeng Ultramannya kemudian menatap Hana sambil melingkarkan tangannya pada pinggang Hana.

Hana menatap wajah Jimin, mata hitam, bibir tebal, kulit putih, sayangnya pendek. Memang sudah menjadi hobi Hana menatapi wajah Jimin seperti ini, Hana tidak hanya mengagumi tetapi juga memerhatikan setiap detail dari wajah suaminya.

Hana sampai tau kalau Jimin punya tanda lahir di bagian belakang kepalanya.

Hana menggerakkan tangannya, mengusap-usap tanda lahir Jimin sambil sesekali menatap bibir tebal Jimin.

Tidak berbeda jauh dengan Jimin, dirinya tengah mengagumi ciptaan Tuhan. Menatap mata cokelat Hana membuat dirinya semakin yakin bahwa Hana lah titik dari segala koma di hidupnya. Caranya memandangi Jimin seperti memberitahu kepada Jimin bahwa dia jujur, tulus akan cintanya pada Jimin.

Perlahan Hana mengikis jarak di antara mereka, dan meletakkan dagunya pada pundak Jimin--menghirup aroma vanilla bercampur keringat khas Jimin membuat Hana nge-fly. Jimin hanya membalas pelukan Hana dan sesekali menempelkan bibirnya pada pundak atau leher Hana.

Modus dikit gapapa kali, ehe -Jm

Gapapa, emang gapapa.

"Oh iya, nih", Jimin mengeluarkan se--aduh apa itu namanya--obat:)
Dan memberikannya ke Hana.

"Ini obatnya?",

"Hmm",

"Yaudah, mau makan obat dulu. Sana minggir," Hana mendorong jidat Jimin menggunakan jari telunjuknya dan teparlah pria itu dengan segala ke-alay-annya.

Baru saja Hana melangkahkan tungkainya, Jimin sudah membuka suara. "Cepetan, balik sini lagi,"

"Siap! Laksanakan,"

__

"Udah?", tanya Jimin ketika Hana duduk di sebelah dirinya yang tengah berbaring.

"Hm,"

"Sini baring," Jimin menepuk lengan berototnya, membiarkan lengannya menjadi bantalan kepala Hana. Dengan senang hati Hana berbaring di sebelah Jimin, menjadikan dirinya sebagai guling sang suami.

"Kalo udah lulus, kamu ngapain?", tanya Jimin seketika.

"Ngampus atau kerja kali, belum kepikiran," jawab Hana asal.

Jimin merespon dengan sebuah anggukan, rambut hitamnya menggelitik leher Hana. Tetapi suasana persegi kamar itu tetap sepi, seperti tidak ada penghuni. Keduanya larut dengan pikiran masing-masing.

Hanya dalam 5 menit, Jimin seperti ikan mati. Tidak bergerak ataupun menggesekkan ujung hidungnya ke leher Hana. Untung masih bernafas.

Hana yang menyadari hal itu langsung membuka suara. "Jim, bau ketek!", sontak Jimin membuka matanya dan menatap Hana sendu, seperti masa hibernasinya telah terganggu.

"Mandi sana ih! Bau!," Hana menutup hidungnya sambil menjauh dari Jimin. Lebay.

Jimin menarik Hana agar tetap di sampingnya, melilit tubuh mungil itu menggunakan kaki dan tangannya. "Nih, nih, nih. Cium nih ketek," Jimin mengapin wajah Hana dengan keteknya.

"HEH KURANG AJAR!!", Hana menyubit perut Jimin, membuatnya meringus kesakitan dan meminta dilepas.

"Iya-iya-iya, ini mau mandi,"

Hana melepas cubitannya kemudian merubah posisinya menjadi duduk. Menatap Jimin tajam.

"Sana mandi!"

Bukannya beranjak untuk pergi ke kamar mandi, pria berbadan pendek itu malah memeluk Hana.

"Baru niat, ehe,"

"JIMIINN!!"

Ting tong

Keduanya terdiam, memastikan jika pendengaran mereka sedang tidak bermasalah.

Ting tong

"Ck, ada aja yang ganggu,"

Jimin beranjak dari kasur dan lalu melangkahkan tungkainya menuju pintu, tentu saja diikuti Hana yang juga penasaran siapa yang bertamu.

Ting tong! Ting tong! Ting tong!

"IYA-IYA SABAR DONG JUMIDI," kesal Jimin sambil membuka pintunya.

Clekk..

"DDUUAARRR MEMEQ", pria bertubuh sebelas-dua belas dengan Jimin memasuki persegi apartemen sambil merentangkan kedua tangannya--menyingkirkan sekaligus menggeplak pipi Jimin hingga menabrak dinding.

"WAH MANA PENDUDUKNYA NIH? KOK GA KELIATAN?",

"ABANG!!"

Hana berlari kemudian memeluk Abangnya, Yoongi a.k.a. Suga Tokope*dia. Suga membalas pelukan Hana tidak kalah kencang, melepas rindu selama berbulan-bulan.

"Ehm--", Jimin melipat kedua tangannya rapi di depan dada, menatap Yoongi tidak suka.

"Abang ga nongol-nongol, Gua nyariin!", Hana menggesekkan wajahnya ke dada bidang kakaknya.

"Utututu.. Adik kesayangan Yungi kangen ya? Mana cini cium duyu," Suga menyodorkan pipi chubby-nya ke Hana dan lalu mendapatkan kecupan hangat dari Hana dengan suara 'mwahh' dibuat-buat.

"Woi! Gua hasbennya!" Seru Jimin tidak terima karena adegan cium-mencium ala kakak beradik di depannya.

Tiba-tiba masuk dua manusia yang tidak kalah tololnya dengan Suga, Taehyung dan Jungkook.

Taehyung menarik lengan Jimin--menggandengnya kuat seperti Jimin adalah tahanan yang terlibat masalah pembunuhan. Sedangkan Jungkook berdiri di depan Jimin dan mengatakan,

"Aduh, mukanya jangan cembeyut gitu dong. Kalo mau minta cium juga bilang aja," Jungkook membuka kantong plastik di tangannya kemudian menjejalkan potongan roti kemulut Jimin hingga penuh, kemudian ikut menggandeng lengan Jimin yang satunya.

"Iya, Jim. Gausah malu-malu, bilang iya aja susah amat si".

"MMHHH!! MMMHHH! EMH! EMH!!",
[TOLOOONGG!! LEPASIN GUAA!! BANGSAD! ANJENG!]

"Oh gua tau tuh artinya," Suga menengahi, membuat semuanya terdiam dan menunggu kalimat selanjutnya.

"Itu maksudnya, 'cium aja, dia kangen kalian'."

Jungkook dan Taehyung semakin kuat menahan lengan Jimin--kemudian mereka saling menatap dan tersenyum lebar.

"Jimin, liet Hana!!" Seru Taehyung.

Sontak Jimin berhenti memberontak dan menatap ke arah Hana, Hana tidak kenapa-kenapa, hanya tertawa melihat dirinya.

"mwahh"
"mwahh"

Jungkook dan Taehyung mengecup pipi Jimin dengan suara 'mwahh' dibuat-buat pun seimut mungkin.

Sedangkan Jimin hanya memperlihatkan raut wajahnya yang terlihat menangis.

"Btw, ngapain nih kesini?", tanya Hana.

"Y gpp si, pngen nengok aja", Suga kembali seperti sebelumnya.

"KAMI BAWAIN PIZZAAA HEHEHEHE,"

TBC

Hai sumanya, apa kabar.
Apakah kalian senang? Aku update?

Diriqu menulis cerita ini di hari minggu pagi, hingga sore, kemudian dilanjutkan malam ini. Dan malam ini juga aku mempublikasinya.

Sumpah deh, minggu kemaren itu sibuk banget. Setiap pulsek pasti ada aja kegiatan, entah itu kerja kelompok, les atau pr, banyak lagi.

Jadi gue minta satu aja nih, vote aja deh tolong. Gapapa readers-nya dikit, asalkan votenya lumayan.
Yang ngebaca 200 orang lebih, tapi yang ngevote ga sampe setengah dari 200 orang itu.

Please, yang cuman baca doang. Komen sini. Ngumpul kalian semua.
Gua bakar satu-persatu.

Sekian.

-Shi 

Continue Reading

You'll Also Like

82.1K 7.8K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
81.1K 5.6K 25
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
63.5K 12.6K 14
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
198K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...