Kumpulan Cerpen

By MarentinNiagara

102K 6.8K 1.9K

šŸ‘‹šŸ‘‹ Hi haii šŸ‘‹šŸ‘‹ berjumpah lagi kita šŸ’‹šŸ’‹ Bosen sama cerita panjang kek sinetron??? šŸ¤”šŸ¤” Lebih suka nonton f... More

šŸ’ Menantu Idaman Ummi ??
šŸ’ Aku Tikung Kau diSepertiga Malam
šŸ’ Perempuan disarang Penyamun
šŸ’ Cucu untuk Ibu
šŸ’ Semburat Bianglala di Puncak Rembangan
šŸ’ Cinta dan Setir Bundar
šŸ’ The Apple Of My Eyes
šŸ’ Istri Untuk Suamiku
šŸ’ Senja di Atas Kereta
šŸ’ Cintaku dan Duri Ikan
šŸ’ Boneka Cinta dari Arosbaya
šŸ’ Rona Lima Warna
šŸ’ Pembantu Baru Ibu
šŸ’ Keluarga Dokter
šŸ’ Jodoh Pasti Bertemu
šŸ’ Pasangan Sejiwa
šŸ’ Heal Your Heart
šŸ’ Surgaku, Dunia Akhirat
šŸ’ Pelabuhan Terakhir
šŸ’ Aku Cinta Ibu
šŸ’ Tiba-tiba, Kita?
šŸ’ I Long For You, Frian Ardiera
šŸ’ Bidadari Terakhir
šŸ’ Sein Kiri Belok Kanan
šŸ’ RESTU
šŸ’ Selamat Datang Cinta
šŸ’ Memantaskan Diri?
šŸ’ Balada Cinta Bangsawan Andi
šŸ’ Mantan TKW (1)
šŸ’ Bianglala Senja
šŸ’ Radio Amatir
šŸ’ Why never be Honest?
šŸ’ Mantan TKW (2)
šŸ’ Maaf, Aku tak Memilihmu
šŸ’ UTANG
Berdamai dengan Masa lalu (1)
Berdamai dengan Masa Lalu (2)
šŸ’ Ndanda, Aku kangen!

šŸ’ Bully

11.5K 190 35
By MarentinNiagara

a story by R_Andini

✏✏

Dialah Isfa Rani gadis kecil nan lugu serta pendiam merupakan ciri-ciri anak yang kemungkinan besar akan tumbuh menjadi anak yang introvert.

Lahir dari keluarga sederhana membuatnya mengerti akan kesusahan ekonomi keluarganya. Setelah bersusah payah keluarganya akhirnya mampu memberikannya rumah walaupun hanya berdinding bambu dan beralaskan tanah.

Setelah kepindahannya di rumah tersebut tak menjadikan Rani ceria. Hidup apa adanya dan banyak hal yang menjadikannya dewasa sebelum waktunya.

Bullying pada zaman itu merupakan suatu hal yang umum. Ibarat fenomena gunung es yang tersembunyi di bawah lautan. Akan tiba pada saatnya nanti sesuatu yang tersembunyi di bawah air itu muncul ke permukaan dan membawa malapetaka untuk sekitarnya dan Rani adalah salah satu orang yang harus mengalaminya.

Menjadi murid baru, pindahan dari luar kota membuatnya merasa dikucilkan oleh teman-temannya. Ingin mengadu tapi dia tidak ingin membuat orang tuanya kecewa. Namun dengan tidak bercerita itu akan membuat dirinya tertekan dibawah tekanan orang orang di sekitarnya.

Cerita ini bermula dari tekanan teman-teman yang menganggap Rani berbeda dengan mereka.

"Eh kamu, bukan anak sini ya?"

"Iya aku baru pindah, namamu siapa?" tanya Rani.

"Aku Kiky, kita temenan ya mulai sekarang, nanti main bareng ya?"

"Iya, aku Rani makasih ya mau main bareng aku." Jawab Rani antusias.

"Iya, eh kamu.."

"Heh anak baru aja sok kenalan sama temen kita, kamu siapa?" Sela Mega teman akrab Kiky.

"Mega jangan gitu, Rani ini juga temen kita."

"Berhubung dia anak baru dan kalau kamu mau jadi temenku, aku minta alat tulismu, ga mau tau pokoknya. Kalau aku ga bawa kamu harus kasih alat tulismu buatku." perintah Mega pada Rani.

"Iya, tapi mau jadi temenku kan? Tanya Rani dengan takut

"Iya, mana alat tulisnya!" Pinta Mega dengan angkuhnya.

Dan kejadian ini berulang kesekian kalinya, Mega dan Kiky memang menjadi teman bagi Rani namun hanya untuk dimanfaatkan oleh Mega. Bahkan dengan kejam Mega sering memerintah Rani membeli ini itu dengan uang jajan Rani, membawakan tas Mega saat pulang sekolah. Alat tulis Rani setiap hari terus di minta oleh Mega. Rani terlalu lugu dan tak berani melawan karena takut tak punya teman.

Ini membuat Ibu Rani bingung setiap hari alat tulis anaknya selalu hilang satu per satu. Pernah Ibu Rani bertanya mengapa alat tulismu selalu hilang, Rani tak berani menjawab. Lama kelamaan karena dipaksa akhirnya Rani mengaku bahwa alat tulisnya sering diminta oleh temannya. Karena kejadian berlanjut selama berbulan bulan Ayah Rani sampai harus ke sekolah untuk meminta bantuan guru terkait, namun bukan berhenti tingkah Mega makin menjadi.

"Heh udah untung di jadiin temen, eh malah bawa orang tua pake ngadu ke guru, ga tau diri kamu Ran." Mega berkata dengan kesalnya.

"Aku ga mau temenan sama kamu, anak lain juga ga akan mau berteman sama kamu sana jauh-jauh." Bentak Mega sambil mendorong tubuh Rani hingga terjatuh.

"Aku ga maksud begitu." Rani mulai meneteskan air matanya. "Kamu selalu minta alat tulisku, aku kan juga mau nulis Meg." Jawab Rani masih dengan isakannya.

"Halah alasan aja, udah sana jauh-jauh malas temenan sama anak cengeng macam kamu." Hardik Mega.

Kiky yang berada di dekat Mega pun tidak berani melakukan apa-apa karena takut tak punya teman, sedangkan murid yang lain hanya mampu melihat dengan iba. Namun ada juga yang semakin mengolok-olok Rani. Rani pulang dengan tangisan. Sejak hari itu Rani tak punya teman, pulang selalu terakhir karena takut di olok-olok teman yang lain. Rani tak berani cerita pada siapapun cukup ia pendam sendiri, Rani menjadi anak yang tertutup.

Tak terasa Rani sudah menginjak kelas 3, sekarang sudah ada yang mau berteman dengannya ia adalah Anggia. Anggia adalah salah satu korban dari Mega setelah Rani. Lama lama Anggia tak betah dan memilih berteman dengan Rani. Namun kisahnya tak berhenti di situ, Pagi itu Zee salah satu murid mengajak main bersama sepulang sekolah. Rani tak merasa curiga, sepulang sekolah Rani dan Anggia berganti baju dan bersama sama menuju rumah Zee untuk bermain

"Zee ayo, katanya mau main." Teriak Anggia di luar rumah Zee.

"Iya Ayo, main masak-masak yukkk." Ajak Zee.

"Ayo, aku lama ga mainan ini." Jawab Rani dengan semangatnya.

Mereka bertiga bermain dengan semangat, namun lama lama gelagat Zee semakin mencurigakan, saat Anggia izin untuk ke toilet, Zee dengan tiba tiba.

"Heh Rani kamu dulu dijadiin temen tapi ga tau terimakasih, malah lapor ke guru." Hardik Zee tiba tiba.

"Maksudmu apa Zee?" tanya Rani dengan bingung.

"Mega itu saudaraku, musuhnya Mega juga jadi musuhku, dan kamu musuhnya Mega, aku ga suka sama kamu tapi demi Mega aku pura pura mau jadi temen kamu!"

Rani kaget mendengar kata tersebut, dengan tiba tiba Zee mengambil dedaunan yang di tumbuk untuk mainan masak masak tersebut, mencengkram dagu Rani dan menjejalkan daun tersebut ke mulutnya, Rani meronta sampai terbatuk batuk, matanya memerah, rasa daun yang pahit menyeruak hingga ke hidung.

"Heh kamu apain temenku?" teriak Anggia sambil berlari menolong Rani.

"Uhukk,, uhukkk, huekk.." Rani memuntahkan daun tersebut, walau belum mencapai tenggorokannya namun tetap terasa sakit, Anggia membantu menepuk punggung Rani untuk memuntahkan dedaunan tersebut.

"Kamu kok jahat sih, salah Rani apa?" sentak Anggia dengan kesalnya.

"Salahnya kenapa ngaduin Mega ke guru, sampe bawa orang tua lagi, Mega itu saudara aku, jadi wajar aku bela dia, MUSUH Mega MUSUHKU juga!!"

"Udah pergi sana, setidaknya aku bisa balas dendam sama anak sok Lugu macam Dia." tunjuk Zee dengan angkuhnya kepada Rani.

Anggia dan Rani pun pulang, sepanjang jalan Rani menangis, salahkah dia mencoba membela diri, apa harus di tindas terus, lelah rasanya. Pernah suatu ketika saat Rani sendiri di rumah ia menulis di dinding kamar, "Apa salahku, berteman salah, membela diri pun salah, aku ingin mati saja, Aku capek rasanya gak adil."

Sang Ibu yang tak sengaja melihat tulisan tersebut menangis, ternyata anaknya mengalami beban yang begitu berat, sebelum tidur sang ibu tiba tiba memeluk Rani.

"Maafkan ibu sayang, Ibu tak tau kamu mendapat tekanan di sekokahmu, Ibu terlalu sibuk dengan adikmu, maafkan Ibu nak." tangis Ibu Rani.

"Tak apa Bu, aku sudah biasa menerima olokan dari teman teman, aku harus kuat Bu, aku mau belajar hingga lulus, jangan nangis Ibu, Rani anak yang kuat Bu." Ucap Rani sambil mencium pipi Ibunya dengan sayang.

"Ibu beruntung memilikimu, kamu harus dewasa sebelum waktunya sayang."

Rani hanya tersenyum dan memeluk ibunya dengan sayang. Hari berlanjut setiap hari dilauinya dengan olokan, cacian dan hinaan dari Mega, Zee dan Kiky. Bahkan Ibu Kiky saat tak sengaja Rani dan Anggia melalui jalan depan rumah tersebut, Ibu Kiky berkata.

"Huh dasar anak miskin, baju lusuh jelek gitu, kok berani main sama anakku, jauh jauh sana, gak pernah dapat ranking aja, nanti nilai Kiky jelek kalo bergaul sama anak macam kamu." Ucap Ibu Kiky dengan keras, Anggia dan Rani yang sedang di depan rumah Kiky hanya mampu menunduk, mereka sakit hari atas pernyataan Ibu Kiky tersebut.

"Ga usah di pikir lah omongan Ibunya Kiky, kita sabar aja ya." Ucap Rani membesarkan hati Anggia walaupun dirinya juga merasa sakit hati.

"Iya Ran, lihat nanti waktu Ujian kelulusan, kita harus buktiin kalau kita lebih baik dari mereka." Tekad Anggia.

Mereka berdua semakin hari sering bermain bersama, belajar bersama, Saat kenaikan kelas mereka bertambah sahabat Nanda dan Indri yang sama sama memahami watak dari Mega dan kawan-kawannya dan pernah menjadi korban kejahilan Mega. Mereka berempat sering belajar bersama, saling menguatkan walau harus di caci maki oleh Mega dan kawannya, karena sudah tak bisa melakukan tindakan pada Rani, mereka menyudutkan Rani dengan ucapan, Nanda, Indri dan Anggia mencoba membesarkan hati Rani, karena takut tekanan dari Mega dan kawan kawannya akan membuat Rani semakin stress.

Hari itu menjelang ujian kelulusan Rani sakit parah, hampir sebulan ia tak masuk sekolah namun tak menyurutkan semangatnya untuk belajar, saat ujian tiba walaupun flu menyerang ia mengerjakan soal dengan lancar, saat hari pengumuman tiba dia deg-degan, khawatir nilainya tak memuaskan. Namun Allah mengabulkan doa gadis lugu ini, dengan nilai rata rata 8 hampir sembilan ia masuk dalam 5 besar peraih nilai tertinggi di sekolahnya, Rani sujud syukur menahan tangis saat mengetahui nilai tersebut.

"Ran nilaimu berapa?" tanya Kiky tiba tiba

"Alhamdulillah rata rataku hampir 9." jawab Rani.

"Ih kok bagus, tukar nilai donk!"

"Ya gak bisa lah, ini hasil usahaku selama ini, kok main tukar tukar aja." Jawab Rani dengan kesal.

Rani mendapat selamat dari teman temannya, Nanda, Anggia dan Indri bersyukur Rani mendapat nilai yang memuaskan, dengan gembira ia menunjukkan nilai tersebut pada orang tuanya pelukan sayang dan bangga dia dapatkan dari orang tuanya. Sejak saat itu Mega, Zee, Kiky maupun Ibu Kiky merasa sungkan dan hingga kini mereka tak lagi mencaci maki Rani lagi. Pengalaman bullying ini menjadi bekal Rani untuk menjadi gadis yang tegar dan dewasa di masa depan, walaupun rasa sakit saat mengalami perilaku tersebut dari kawan kawannya masih membekas dalam ingatan.

Tuhan tidak pernah tidur, di setiap kesulitan ada kemudahan, seperti halnya pepatah adanya pelangi setelah hujan reda.

✏ -- the end -- ✏

R_Andini seorang calon perawat yang memposting titipan cerpen di lapak ini. Semangat untuk menulis ya say 😘😘😘

Read this story, yeaaahhhh I feel a bit different and  I was comback in my elementary or junior high School when I didn't know what love is meant. Friends are friends that we can only invite them to play together without any heart language. 😊😊😊 so I feel so younger than__

But anyway, thanks for this short story... 👏👏👏👏 ditunggu yang lainnya lagi ya....


Tertantang untuk bergabung??????
Yuuukkk ramaikan melalui karyamu di sini...

email marentin_niagara@yahoo.com

Caaaaoooooo 💋💋
Blitar, 20 September 2019


Continue Reading

You'll Also Like

34.3K 2K 22
"Hari ini, saya menutup pintu ke masa lalu saya... Membuka pintu ke masa depan, ambil napas dalam-dalam dan melangkah untuk memulai bab berikutnya da...
458K 16.8K 30
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI šŸš«] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
58.1K 7.5K 60
Spin off from #Defabian and Seducing Mr. Julien. Joanna Tan, seorang wanita pebisnis berusia 55 tahun yang tidak pernah memiliki keinginan untuk men...
996K 3.4K 22
Ingin cerita lebih lengkapnya lagi, Silahkan klik Link di profil saya... šŸ™šŸ™šŸ˜Š