Kumpulan Cerpen

By MarentinNiagara

103K 6.8K 1.9K

πŸ‘‹πŸ‘‹ Hi haii πŸ‘‹πŸ‘‹ berjumpah lagi kita πŸ’‹πŸ’‹ Bosen sama cerita panjang kek sinetron??? πŸ€”πŸ€” Lebih suka nonton f... More

πŸ’ Menantu Idaman Ummi ??
πŸ’ Aku Tikung Kau diSepertiga Malam
πŸ’ Perempuan disarang Penyamun
πŸ’ Cucu untuk Ibu
πŸ’ Semburat Bianglala di Puncak Rembangan
πŸ’ Cinta dan Setir Bundar
πŸ’ The Apple Of My Eyes
πŸ’ Istri Untuk Suamiku
πŸ’ Senja di Atas Kereta
πŸ’ Cintaku dan Duri Ikan
πŸ’ Boneka Cinta dari Arosbaya
πŸ’ Rona Lima Warna
πŸ’ Pembantu Baru Ibu
πŸ’ Bully
πŸ’ Jodoh Pasti Bertemu
πŸ’ Pasangan Sejiwa
πŸ’ Heal Your Heart
πŸ’ Surgaku, Dunia Akhirat
πŸ’ Pelabuhan Terakhir
πŸ’ Aku Cinta Ibu
πŸ’ Tiba-tiba, Kita?
πŸ’ I Long For You, Frian Ardiera
πŸ’ Bidadari Terakhir
πŸ’ Sein Kiri Belok Kanan
πŸ’ RESTU
πŸ’ Selamat Datang Cinta
πŸ’ Memantaskan Diri?
πŸ’ Balada Cinta Bangsawan Andi
πŸ’ Mantan TKW (1)
πŸ’ Bianglala Senja
πŸ’ Radio Amatir
πŸ’ Why never be Honest?
πŸ’ Mantan TKW (2)
πŸ’ Maaf, Aku tak Memilihmu
πŸ’ UTANG
Berdamai dengan Masa lalu (1)
Berdamai dengan Masa Lalu (2)
πŸ’ Ndanda, Aku kangen!

πŸ’ Keluarga Dokter

2.7K 262 145
By MarentinNiagara

a stories by @MarentinNiagara

✏✏

Lahir di Cambridge namun besar di Indonesia. Inilah ceritaku, memiliki dua kakak kembar yang sangat usil tapi selalu membuatku kangen jika tidak bertemu dengannya. Mereka usil dan aku juga memposisikan diri untuk bisa selalu diusili.

Itu yang membuat pepo dan mimomku kadang harus menepuk dada untuk mengurus kami bertiga.

Mas Habeel dan Kak Hafsha memang dua orang kembar yang selalu aku rindukan untuk membuat hariku berwarna.

Hari ini baru saja kami mendarat dari perjalanan panjang. Pepoku baru saja menyelesaikan sekolah spesialis dokternya di Negeri Paman Sam. Itu sebabnya mengapa aku lahir di sana. Kerenkan? Bagaimana menurutmu tempat lahirku di luar negeri, bukankah itu yang selalu di bilang orang Indonesia keren. Padahal menurutku biasa saja.

Namun boleh dong aku berdoa semoga saat aku besar nanti bisa seperti pepo atau mimom yang bisa merasakan sekolah di luar negeri.

Lelah tentu dirasakan oleh pepo dan mimom. Karena sepanjang perjalanan harus menjagaku dan kedua kakakku yang tidak bisa diam sepanjang berada di dalam pesawat. Untunglah ada abi dan juga umi yang bersama kami untuk pulang ke Indonesia.

Ah keluargaku menjadi sangat besar ketika kami telah sampai di rumah kedy. Kalian tahu rasanya aku melihat pepo di masa yang akan datang saat berada di gendongan kedy, jangan berpikiran kedy yang menggendongku ini wanita cantik lincah dengan rok mininya yang suka membawa stik golf di lapangan ya. Kedy di sini yang aku maksudkan adalah kakekku, suami dari nebunku tercinta.

Memiliki profesi yang sama denga pepoku membuatnya terlihat sangat klop jika membahas tentang kesehatan kami. Tapi lagi-lagi mataku sudah tidak bisa diajak kompromi, aku akhirnya tertidur di gendongan super kakek yang masih luar biasa ini menurutku.

Aku masih harus menyesuaikan dengan kebiasaanku di Cambridge, kalian tahu kan kalau selisih waktu antara Blitar dan Cambridge itu 11 jam. Itu yang membuat pola tidurku menjadi agak semrawut. Malam hari aku terjaga sedangkan pepo dan mimomku masih tertidur dengan lelapnya. Sebenarnya kasihan juga, tapi aku butuh teman yang bisa mengajakku bicara meski sesungguhnya aku juga belum bisa bicara seperti mereka.

Tangisanku akhirnya membangunkan mimomku. Sesaat meraihku untuk memberiku susu. Ah bermain dengan sesuatu yang membuat duniaku indah. Namun saat aku tahu pepo juga terbangun untuk mengajakku bercanda itu yang membuatku akan sangat marah. Apalagi kalau pepo memintaku untuk cepat tidur karena akan bicara-bicara dengan mimomku.

"Awas ya pepo, ini milikku dua. Jangan pernah diambil. Ketahuan aku nanti pepo yang ambil aku bakal nangis 7 hari 7 malam nggak diam diam!" enak aja si pepo nyuruh aku tidur sementara mau bicara-bicara sama mimomku. Mimpi dulu sana pepo. Aku masih mau nyusu mimom dulu.

Pagi harinya aku sudah terbangun namun tidak lagi bersama pepo dan mimom. Sudah ada jadduma dan nebun yang secara bergantian mengajakku bicara dan bermain. Ah kemana dua orang yang harusnya ada saat aku membuka mata. Pepo benar-benar ya. Awas saja aku akan serius menjalankan aksiku. Nangis 7 hari 7 malam!

Jangan sebut namaku kalau aku tidak bisa melakukan ini. Oh iya, kalau kalian belum kenal namaku, akulah Hazwan Abidzar. Aku memiliki pepo bernama Hanif Asy Syafiq dan mimom yang bernama Azzalea Mufazzal. Kalian pasti mengenalnya dengan baik karena keluargaku cukup famous ternyata di Indonesia.

Sampai tukang sayur di pasar tahu semua tentang kisah ngidam kedyku dulu. Sayangnya menurut cerita nebun, Bu Odah yang dulu pernah digantiin kedy waktu nebun hamil aunty twin kini sudah tidak lagi berjualan karena faktor usia.

Ah memang kelakuan orang orang dewasa itu membuatku semakin pusing. Aku pengen nangis sekarang. Aku mau ada pepo dan mimom. Rumah nebun ini sungguh terasa asing dan sangat berisik. Apalagi udara di Blitar sangat jauh berbeda dengan udara di Cambridge.

"Aduh cucu nebun kenapa menangis? Haus ya, mik cucu? Mimom sama pepo sedang keluar sebentar katanya mau nengokin rumahnya Adek Hazwan nanti ya. Jadi sekarang adek di rumah sama nebun, sama jadduma juga di sini loh. Ya, Jadduma sampai cuti nggak masuk kerja. Cup-cup sayang." Suara nebun Qiyyara yang menenangkan tangisanku dengan menimangku penuh sayang. Satu botol susu akhirnya membuatku mau tak mau harus meminumnya. Aku memang haus, kalian kan tahu aku masih belum terbiasa makan apa pun kecuali susu.

Bisa kalian bayangkan keluarga pepoku yang cukup banyak berkumpul di rumah nebun hanya ingin menggodaku dan berkenalan denganku. Aku yang biasanya hidup tenang dan hanya mendengar teriakan kedua kakak kembarku mungkin harus membiasakan diri untuk selalu ramai dan hangat seperti ini.

Hingga hampir 3 jam aku terlupa akan kedua orang tuaku karena asyiknya bermain bersama dua nenekku, tiba-tiba keduanya datang dengan wajah bahagia yang tidak bisa aku gambarkan dengan kata-kata.

Apa karena rumah kami baru ya?

Ah, rasanya bukan. Aku sering melihat mata mimom mengerling manja seperti itu kepada pepo hampir di setiap pagi setelah mereka bangun tidur. Entah apa yang mereka bicarakan, otakku masih belum bisa mencerna sampai sejauh itu. Atau aku harus meminta kepada Tuhan supaya memberikan otak secemerlang Einstein kepadaku supaya bisa segera mengerti apa yang mereka bicarakan dan akhirnya membuat keduanya tersipu malu, kadang saling mencubit atau justru berciuman mesra di depan mataku.

Cerita nebun, pepoku itu salah satu dari dokter paling dingin di rumah sakit. Dingin itu masuk dalam kategori apa? Tidak bisa tertawa, tidak bisa bicara ataukah tidak bisa membaca?

Ah entahlah, tapi pepo itu adalah super heroku. Selalu memberikan kehangatan kepada kami. Memberikan kenyamanan kepada mimom meski sungguh kami tahu bahwa pepo pun sebenarnya sangat letih setelah pulang dari bekerja. Namun selalu dan selalu mengajak kami bermain saat kami sama masih saling terjaga.

Pepo yang mengajariku tersenyum meski kadang sangat menjengkelkan jika kami harus berbagi mimom. Dia justru kelihatan seperti adikku yang nggak mau mengalah sedikit pun. Memintaku untuk segera tidur! Padahal kalian tahu kan aku juga ingin bermain dengan mereka berdua. Uhhhhh, syebell.

Sore ini tiba-tiba Pepo meraihku dan mencium kedua pipiku secara bergantian. Rasanya sudah seperti orang yang menang lotre.

"Kapan kalian akan pindah?" tanya nebun kepada pepo dan mimom. Jadi benar kedua orang tuaku telah membeli sebuah rumah untuk kami di Indonesia?

"Secepatnya Bunda, rasanya Azza masih belum percaya kalau Mas Hanif, daddy, bunda, umma dan baba telah menyiapkan semua ini untuk kami." Kata mimom tercantikku. Sepertinya beliau masih sangat shock mengetahui bahwa kami memiliki rumah baru. Yeaaaayyy, itu artinya rumah kami sendiri bukan aku bisa pakai bermain nanti dengan kedua kakakku yang usilnya tidak ketulungan.

Ngomong-ngomong tentang keduanya, kok seharian ini aku belum bertemu dengan mereka ya. Ah kan, jadi baper karena kangen.

"Habeel dan Hafsha kemana Umma?" Belum selesai otakku berpikir tentang mereka tiba-tiba mimom menanyakan juga kepada Jadduma.

"Tadi ikut Uncle Hafizh. Sepertinya si kembar sedang asyik kenalan dengan aunty dan saudara sepupunya. Makanya memilih untuk ikut mereka." Jawab Jadduma

Ow, ternyata kedua kakakku sedang main bersama uncle Hafizh yang kata pepo membuat heboh dunia persilatan ketika mereka menikah dulu.

Bener kan, orang-orang dewasa semakin membuatku pusing dengan masalah masalah yang mereka buat sendiri.

"Ikut ke Malang Bunda?"

"Enggak, ke rumah Akung."

Dan begitulah cerita kami akhirnya mengalir begitu saja. Sampai pada akhirnya Pepo benar-benar mengadakan tasyakuran untuk menempati rumah baru kami. Banyak orang yang diundang. Keluarga kami saja sudah banyak ditambah dengan teman-teman pepo dan mimom.

Kalian tentu tahu, teman-teman pepo pasti juga teman kedy, teman jadduma, teman kakek Uncle, temannya neli auntyku keduanya. Ya mereka sama-sama dokter. Dan ketika semuanya berkumpul seolah rumah sakit itu berpindah ke rumahku.

Sebagian besar dari mereka selalu mencubit atau mengelus pipiku. Aku ini manusia loh, hallo, aku bukan mainan atau boneka. Jadi jangan pegang-pegang pipiku. Nanti dua bakpao di situ akan kempes kalau sering-sering kalian pegang.

"Termasuk produktif juga ya dokter Hanif hasilnya terbukti. Ini si kecil produk Amerika tulen ya? Kalau yang kembar kan produksi Indonesia tapi lahir di sana?" Semuanya tertawa. Apanya yang lucu coba? Kata-kata mereka membuatku pusing. Produksi-produksi, memang bedanya apa antara aku dan kakak kembarku mengapa mereka menyebutku dengan produk Amerika tulen?

"Coba lebih lama lagi pasti akan ada adiknya Hazwan."

Lagi-lagi semuanya ikut tertawa mendengar kelakar salah seorang dari teman-temannya pepo. Kalau kalian bertanya pepoku bekerja dimana. Ternyata pepo kembali bekerja di rumah sakit milik papanya umi dan juga klinik bersama milik neli aunty Devi.

Dan ternyata aku baru tahu bagaimana pepoku yang sebenarnya saat bertemu dengan teman-temannya. Pepo Hanifku tercinta menjadi irit bicara dan sedikit tersenyum. Sangat berbeda jika beliau sedang mengajakku bermain. Pepo selalu banyak bicara bahkan tertawa secara lepas apalagi saat mimom juga bisa bermain bersama. Ini biasa terjadi saat kami sedang melakukan acara piknik keluarga. Mimom suka sekali memasak makanan untuk kami dan menikmati bersama di taman kota hampir di setiap akhir pekan.

Tapi semenjak di sini sepertinya acara seperti itu masih belum pernah kami lakukan. Nanti akan kuusulkan kepada mereka supaya kami bisa piknik lagi seperti yang kami lakukan dulu di Cambridge.

"Hazwan kamu aja yuk ikut uncle ke Malang. Lusa uncle balikin lagi ke sini." Ajak uncle Hafizh yang tiba-tiba mengulurkan kedua tangannya kepadaku tapi suara Kabsya melengking menolak pappunya yang berminat untuk menggendongku.

"Sembarangan, dia masih ASI." Tolak pepo dengan cepat.

"Mammu Kabsya juga punya ASI." Jawab uncle Hafizh yang kini sedang menggendong sepupuku.

"Jangan ah, sudah terkontaminasi olehmu." Jawab pepoku sambil tersenyum dan menggoda uncleku

"Sembarangan! Emang situ? Enggak yah." Uncle Hafizh langsung menjawab setengah oktaf di atas suara Pepo.

"Ya kalau aku jelas iya, adanya Habeel, Hafsha dan Hazwan kan karena aku begitu dulu. Naif kalau kamu bilang enggak." Nah kan kata-kata pepo ini yang membuat ambigu buatku. Aku semakin pusing kalau mendengar percakapan orang dewasa seperti ini. Mereka selalu berbicara dengan kode-kode yang aku harus bisa memecahkan ilustrasi mereka seperti detektif

Sepertinya aku memang harus benar-benar belajar kepada Detektif Conan.

"Gila ya kamu Mas, itu mah nggak usah dibilang semua orang juga tahu. Kamu ini bener-bener, kulkas cuma luarnya doang, aslinya lebih parah daripada aku. Sayang ayo pulang, kakakku sudah sedikit gila yang membuatku ingin segera mengajakmu bermain-main berdua___" dengan keras uncle Hafizh mengajak aunty cantikku untuk pulang. Namun baru saja aunty cantik mendekat masih ada kata lirih yang dibisikkan uncle Hafizhku di sebelah telinga aunty cantik "___di kamar."

Hallo, bermain-main bersama di kamar. Kalian ini sudah dewasa, mengapa suka sekali suka bermain main bersama di kamar. Rasanya aku memang harus percaya bahwa uncleku ini memang sungguh saudaranya pepo. Karena pepo dan mimom juga sering mengucapkan itu kalau aku sedang mengantuk.

Malam hari, suka bermain-main di kamar. Ah kalian orang orang dewasa sungguh membuatku tambah pusing.

Adakah yang bisa membantuku memecahkan misteri ini?

Kepalaku bertambah pusing. 😊😂🤣

✏ -- the end -- ✏

Blitar, 19 September 2019

Mana yang nulis, yang nulissss inihhhh mana???? 😂😂😂😂

Silakan kirim ke email author ke
marentin_niagara@yahoo.com

Akan saia publish tentunya melalui proses editing typo tanpa mengurangi isi cerita.

Berminat untuk gabung?
Ayo...ayooo...ayoooooo 😍😍😍

Continue Reading

You'll Also Like

265K 11.5K 41
Menguatkan Cinta dengan Bersama Melupakan Cinta karna Takdir sang pencipta. (Muhammad Faizan Zayyan Al-Gifari)
64.1K 9.9K 34
hanya fiksi! baca aja!
1.9M 43.4K 51
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
Family By xwayyyy

General Fiction

115K 5.4K 22
hanya fiksi.