Kumpulan Cerpen

By MarentinNiagara

102K 6.8K 1.9K

šŸ‘‹šŸ‘‹ Hi haii šŸ‘‹šŸ‘‹ berjumpah lagi kita šŸ’‹šŸ’‹ Bosen sama cerita panjang kek sinetron??? šŸ¤”šŸ¤” Lebih suka nonton f... More

šŸ’ Menantu Idaman Ummi ??
šŸ’ Aku Tikung Kau diSepertiga Malam
šŸ’ Perempuan disarang Penyamun
šŸ’ Cucu untuk Ibu
šŸ’ Semburat Bianglala di Puncak Rembangan
šŸ’ Cinta dan Setir Bundar
šŸ’ The Apple Of My Eyes
šŸ’ Istri Untuk Suamiku
šŸ’ Senja di Atas Kereta
šŸ’ Cintaku dan Duri Ikan
šŸ’ Boneka Cinta dari Arosbaya
šŸ’ Pembantu Baru Ibu
šŸ’ Keluarga Dokter
šŸ’ Bully
šŸ’ Jodoh Pasti Bertemu
šŸ’ Pasangan Sejiwa
šŸ’ Heal Your Heart
šŸ’ Surgaku, Dunia Akhirat
šŸ’ Pelabuhan Terakhir
šŸ’ Aku Cinta Ibu
šŸ’ Tiba-tiba, Kita?
šŸ’ I Long For You, Frian Ardiera
šŸ’ Bidadari Terakhir
šŸ’ Sein Kiri Belok Kanan
šŸ’ RESTU
šŸ’ Selamat Datang Cinta
šŸ’ Memantaskan Diri?
šŸ’ Balada Cinta Bangsawan Andi
šŸ’ Mantan TKW (1)
šŸ’ Bianglala Senja
šŸ’ Radio Amatir
šŸ’ Why never be Honest?
šŸ’ Mantan TKW (2)
šŸ’ Maaf, Aku tak Memilihmu
šŸ’ UTANG
Berdamai dengan Masa lalu (1)
Berdamai dengan Masa Lalu (2)
šŸ’ Ndanda, Aku kangen!

šŸ’ Rona Lima Warna

1.7K 118 4
By MarentinNiagara

a stories by kiresha29

✏️✏️

"Jadi...... Ada yang memenuhi target gak?". Delisa, gadis manis tapi tomboy yang tak pernah lepas dari topinya itu memandang ketiga sahabatnya yaitu Dewi, Maya dan Ana sedang Aya yang juga berdiri sambil bersedekap di sisinya ikut menunggu jawaban ketiga gadis yang duduk sambil menikmati snack masing-masing. 

"Gue cuma dapat 3.... Susah ngatur jadwalnya." Jawab Dewi sekenanya sambil senyum senyum tak jelas. 

"Gue sebenernya mau dapat dua tapi yang satu belum resmi, lu sih kebanyakan ngasih target lima...". Kali ini Maya yang memberikan jawaban. 

"Dan lu An, dapat semuanya?" 

"Nggak, cuma satu doang tapi gak tega kalau harus putus."

Delisa, Aya, Dewi dan Maya tanpa di komando langsung refleks mencondongkan wajah mereka mendekat pada Ana. 

"Apaan sih kalian, gue tau gue cantik tapi gak usah gitu juga kali lihatnya." 

Otomatis ke empat sahabat yang mendengar ucapan Ana berbalik dan membubarkan diri keluar kelas. 

"Eh tunggu, kita belum dapat yang menang nih gimana dong." Ana mengejar dan mendahului ke empatnya dan menggiring mereka duduk di tangga yang mengarah ke kelas di lantai atas. 

"Gak ada yang menang, ga ada yang memenuhi target. Lagian gue kok curiga target kalian ada yang sama ya?" Delisa menunjuk wajah satu per satu para sahabatnya dan seperti punya telepati dia mencari persetujuan dari Aya. 

"Daniel...". Aya dan Delisa kompak menyebut satu nama yang sama. Sesaat semua diam tapi kemudian tawa kelimanya pecah karena apa yang di tebak kedua orang itu memang tidak salah. Mereka akhirnya hanya menertawakan kekonyolan hasil taruhan yang di gagas oleh Dewi, Ana dan Maya. 

Dua minggu sebelumnya, kelima sahabat itu saat sedang berkumpul di rumah Dewi atau mereka lebih senang menyebutnya sebagai markas besar memang membuat sebuah taruhan konyol. 

Mereka bertiga bertaruh bisa mendapatkan lima pacar dalam seminggu. Tapi syarat yang jadi penentuan pemenang bukan siapa yang paling banyak pacarnya tapi siapa yang paling cepat bisa memutuskan kelima pacarnya sebelum waktu taruhan selesai. 

Konyol memang tapi kelima remaja itu seperti tak peduli dan menikmati kekonyolan yang mereka buat. Bukan sesuatu yang serius tapi tetap saja absurd dan apa jadinya jika para pria yang di jadikan target tahu tentang taruhan itu, entahlah. 

Persahabatan yang terjalin saat masa sekolah memang menyenangkan,  meskipun bukan mustahil di antara mereka terjadi selisih pendapat,  dan emosi labil khas remaja menghiasi dan mewarnai perjalanan kelimanya. Namun interaksi hubungan yang sudah berjalan ditahun kedua itu terlalu kuat jika harus retak oleh emosi sesaat. 

Siang itu suasana sekolah menjelang jam istirahat mulai menunjukan keriuhannya. Delisa masih di kelas menyelesaikan tugas yang sebenarnya untuk PR tapi jika ada waktu bisa di kerjakan di sekolah kenapa harus dia menundanya,  saat tiba-tiba kegaduhan terjadi di luar. Terlihat para siswa laki-laki berlari berhamburan menuju halaman depan sekolah dan suara suara jeritan beberapa siswi saling bersautan. Selain itu terdengar juga seperti suara pecahan kaca yang terdera. 

Delisa segera memasukan buku-bukunya ke dalam tasnya dan bergegas keluar kelas melihat apa yang terjadi. 

Sekolah yang mayoritas penghuninya adalah remaja putri ternyata sedang di jadikan sasaran penyerangan oleh siswa sekolah lain, entah ada masalah apa yang membuat tawuran yang bukan pertama kali itu terjadi lagi. 

Suara teriakan saling memaki dan hujan batu menjadi pemandangan yang tidak sedap dan terjadi di sekitar jalan raya dan halaman sekolah. Suara dentangan besi pagar sekolah yang di pukul oleh siswa dari sekolah lain itu menjadikan suasana menjadi lebih mencekam. Delisa berlari mencari ke empat sahabatnya di kelas masing-masing karena mereka berlima memang beda kelas. 

Delisa lega saat menemukan Maya dan Ana ada di kelas, namun kepanikan melanda saat Aya dan Dewi tak terlihat di sekitar kelas dan taman depan kelas bahkan di sekitar koridor dan lapangan basket pun tak ada. 

"May, Dewi sama Aya kemana?" Delisa tak bisa menyembunyikan kepanikannya. 

"Gak tau, tadi katanya mau ke koperasi tapi dari tadi ga balik balik."

Tanpa bertanya lagi Delisa berlari menyusuri koridor sekolah kemudian berbelok ke lapangan basket dan menuju ke koperasi yang bangunannya berada paling ujung. 

Suasana masih riuh oleh bunyi bunyi benda keras dan teriakan yang entah siapa yang melakukannya. Pecahan kaca depan koperasi berserakan memenuhi ruangan, petugas yang biasa menunggu pun sudah tak terlihat disana. 

Dengan nafas yang masih terengah-engah setelah berlari lumayan jauh, Delisa memanggil kedua sahabatnya. 

"Aya...Dewi....Kalian dimana?", sunyi tak ada jawaban, tapi dia yakin kedua orang yang di cari ada disekitar koperasi. 

"Wi...Ini gue, please keluarlah, ga aman disini...". Delisa mengitari rak rak yang beberapa sudah ada yang berhamburan barangnya. 

"Del... ". Dewi dan Aya akhirnya menampakkan diri setelah keluar dari persembunyiannya di bawah meja kasir. 

"Astaghfirullah.... Syukurlah kalian gak apa-apa, buruan keluar dari sini." Raut kelegaan terlihat di wajah Delisa melihat orang yang di cari baik-baik saja. 

Delisa tanpa banyak tanya lagi menggandeng Dewi yang terlihat masih shock dengan kejadian yang masih berlangsung. Mereka bertiga menuju UKS yang lokasinya agak jauh dari lemparan lemparan batu yang masih saja berlangsung. 

Delisa memberikan segelas air mineral pada masing-masing sahabatnya yang memang selalu tersedia di UKS. Setelah terlihat tenang baru Delisa berbicara pada kedua orang di depannya. 

"Lu berdua itu bego atau bodoh sih sebenarnya, kenapa ga pergi dari sana bersama yang lain, udah pada sakti kalian berdua?" Tak ada emosi yang meluap dari ucapan Delisa tapi terdengar dengan jelas dia menahan kegeraman melihat reaksi sahabatnya saat terjadi situasi genting. 

"Kita panik, anak-anak lain juga panik saling berebut keluar, suasananya pokoknya kacau Del, dan saat kita juga mau keluar kaca depan pecah dan berhamburan kemana-mana,  batu pada masuk  Del...". 

"Gue sama Aya refleks sembunyi di bawah meja menghindari lemparan batu sambil nunggu semua aman."

Delisa menghembuskan nafas panjang, tak tahu harus bicara apa saat ini. Melihat kondisi sahabatnya yang belum stabil dia tak berani banyak bicara. 

"Gue cuma panik saat Maya bilang kalian berdua belum balik dari koperasi, sorry kalau gue bikin kalian tambah takut, tapi gue lega kalian baik-baik saja."

Mereka bertiga berpelukan melepaskan kekhawatiran dan ketegangan yang masih mereka rasakan. Karena setelah berpelukan dan saling menguatkan mereka merasa lebih baik daripada sebelumnya. 

Perlahan suasana di sekolah berangsur membaik dan tenang kembali. Siswa dan siswi belum di ijinkan meninggalkan sekolah karena di khawatirkan penyerang belum sepenuhnya meninggalkan lokasi walaupun sudah di bubarkan oleh polisi. 

Delisa, Aya, Maya, Dewi dan Ana duduk di sekitar taman depan kelas. Wajah-wajah yang biasanya ceria di selingi candaan tak berfaedah terlihat kehilangan semangatnya. 

"Hi... Kalian gak apa-apa, Ana bilang kalian berdua terjebak di koperasi." Daniel sang mantan target taruhan,  ikut bergabung dengan kelima gadis itu. 

"Kita gak apa-apa kok, gimana di depan?"

"Udah aman, paling bentar lagi sudah boleh pulang, kamu pulang sama aku ya, An?"

Mendengar ajakan pulang Daniel pada Ana yang terdengar manis, ke empat gadis lainnya kompak melihat ke arahnya. 

"Kenapa? Ada yang salah dari ucapan gue?". Daniel memasang tampang polos tak berdosanya menanggapi sikap para gadis itu. 

"Lu berdua... Jangan bilang kalau masih...". Daniel dan Ana kompak meringis menampilkan deretan giginya. 

"Lu curang An, ga jadi putus sama dia...". Dewi mulai mengkonfrontasi Ana, sedang yang di ajak bicara malah ketawa seperti merayakan kemenangan. 

"Eaaa... Sang mantan cemburu." Delisa menambah bumbu keriangan yang mulai terasa lagi di antara mereka. 

"Daniel...Lu tega banget jadian sama sahabat gue, sakit hati gue Dan... Potek hati adek bang."

Delisa dan Aya adalah pihak yang paling terhibur melihat drama lebay ketiga sahabat mereka dengan seorang mantan gebetan yang pernah jadi bahan taruhan. Setidaknya situasi ini mengalihkan perhatian dan perasaan mereka setelah melewati hari yang menegangkan. Semoga kejadian yang memalukan dalam dunia pendidikan itu tidak terjadi lagi di masa mendatang. 

Beberapa tahun kemudian.... 

Suasana meriah terlihat di sebuah gedung serba guna. Sebuah pemandangan indah tersaji di atas pelaminan. Sepasang pengantin menguarkan ekspresi rona bahagia yang menular pada seluruh tamu undangan yang mulai mengular antri menunggu giliran memberi ucapan selamat pada mereka dan kedua keluarga yang sedang berbahagia. 

Di salah satu sudut terdapat meja bundar lengkap dengan lima kursinya. Di meja masih terlihat piring piring kotor dan sisa-sisa makanan,  hasil kinerja kelima orang yang duduk di sana. Musik dan nyanyian yang menghentak dalam ruangan itu seperti tak berpengaruh pada mereka berlima. 

"Gue gak nyangka kalau Daniel mendahului kita melepas masa lajang loh."

"Gue lebih gak nyangka lagi ternyata teman kita bertiga ini adalah mantan bodyguard cinta dia di sekolah." Mereka berlima tertawa menanggapi ucapan Delisa. 

"Untung gue sama Maya cuma seminggu jagain hatinya Daniel." 

"Iyes... Nih nona Ana tersayang yang setia banget dua tahun jagain jodoh orang."

"Dan ternyata jodoh Daniel dekat banget ya cuma anak kelas sebelah aja." 

Tak ada emosi apalagi sakit hati, hanya tawa bahagia yang terdengar indah. Semua cerita masa sekolah memang terasa menyenangkan saat di kisahkan kembali dengan sahabat dekat. Dan derai tawa selalu menghiasi pertemuan kelima sahabat itu. 

Masa-masa dimana era kejayaan remaja mencari dan menemukan jati diri telah terlewati, masing masing telah memilih jalan masa depan sendiri. Berbeda namun indah, tak sama bukan berarti tak bisa bersama. Bumbu-bumbu kehidupan telah mereka racik dengan selera masing-masing. Begitu pula dengan warna warni penghiasnya, perpaduan perbedaan itu menghasilkan rona baru yang selalu memikat untuk di pandang. Rona lima warna, begitu mereka menyebut perbedaan yang berhasil menyatukan semuanya menjadi lebih indah. 

Ya, mereka adalah sahabat yang tak lekang oleh waktu. 

✏️ -- the end -- ✏️


Thanks udah bergabung dilapak ini 👏👏👏

Yang lain mana ini tulisannya...tetep yaaa aku tunggu di email

marentin_niagara@yahoo.com

Caaaooooo 💋💋
Blitar, 22 Agustus 2019

Continue Reading

You'll Also Like

303K 39.1K 53
Prisha nyaris menghabiskan dua windu hidupnya untuk mencintai seorang saja pria. Terjabak friendzone sedari remaja, Prisha tidak pernah menyangka jik...
338K 12.6K 29
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI šŸš«] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
LION By jeremy

General Fiction

526K 23.7K 66
aish, perempuan yang kini berusia 15 tahun harus hidup terpisah dari abangnya, bara. karena abangnya hendak menempuh pendidikan di luar negeri. akhi...
STRANGER By yanjah

General Fiction

176K 20.3K 30
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...