Hellenium•Kth✓

Od Vivi_Kim

158K 17.2K 3.2K

[ Complete Story ] Story About Kim Taehyung and V Kim. They are the twins brother. Story by, Vivi_Kim Cover... Více

Prologue
Ch1. Cold that Warm
Ch2. V!
Ch3. V is My Inhaler!
Ch4: Visit My Mother!
Ch5: There is Love in His Eyes
Ch6: Could I Love Her?
Ch7: Memoria
Ch8: Young Forever
Ch9: This is Not Fair!
Ch10: Singularity
Ch11: Miss The Past
Ch12: Selfishness
Ch13 : Fake Smile
Ch14 : Worried About Taehyung.
Ch15 : Date?
Ch16 : Stubborn
Ch17 : Hope of V!
Ch18 : We are Twins!
Ch19 : Bad Feeling!
Ch20 : Maintaining Relationship
Ch21 : Regret?
Ch22 : Faithfulness in the Love!
Ch23: Park Jimin!
Ch24 : Jung Yerin!
Ch25 : Jaehyun-ie!
Ch26 : Sick!
Ch27 : The Twins in Danger!
Ch28 : Kidnapped?
Ch30 : Sweet Dream of the Twins!
Ch31: Revenge?
Ch32 : Mission Success!
Ch33 : Dinner.
Ch34 : Winter Bear.
Ch35 : Simple Happiness!
Ch36 : I'm so Tired.
Ch37 : Where is Taehyung?
Ch38 : Welcome back, Tae!
Last Chapter, 39 : Give Up or Regret?

Ch29 : Survive!

2.8K 379 113
Od Vivi_Kim

Part ngebosenin!

Ada yang baru dong :v 👇🏻


Jam demi jam dilalui, dan V menunggunya dengan sabar. Menurut informasi, Jihyuk mulai meninggalkan tempat penyekapan sekitar pukul satu nanti, dan ia harus menunggu satu jam lagi.

"Eomma... Appa..."

V menoleh ke asal suara. Ia memandang miris saudara kembarnya yang masih demam tinggi. V menyentuh kening Taehyung, lalu meringis.

"Sabar ya, Tae. Setelah ini kita akan bebas," gumam V.

Nadanya terdengar sangat pasrah. Ia sendiri tak yakin bisa bebas atau tidak, kalau pun hanya salah satu dari mereka yang bisa lolos, V akan mengalah.

Ia lebih menyerahkan dirinya pada Jihyuk, daripada harus Taehyung.

Jihyuk benar-benar sangat keterlaluan, dari pagi mereka tidak diberi makan. Jangankan makan, setetes air minum pun tidak. Laki-laki itu memang niat sekali untuk membunuhnya.

Tidak tahukah kalau Taehyung benar-benar butuh makan dan minum sekarang?

Satu tarikan napas berat menyadarkan lamunan V, ia terkejut begitu mendapati saudara kembarnya kambuh. Buru-buru V mengubah posisi Taehyung agar menjadi setengah duduk, tentu saja V menahan punggung kembarannya.

"Bernapas, Tae. Kumohon, atur napasmu."

Taehyung mendengar. Ia berusaha mengikuti arahan saudaranya dengan menarik napas dengan perlahan dan tak terburu-buru.

Beruntung dadanya tidak ikut sakit, kalau itu sampai terjadi ia bisa mati karena obatnya tertinggal di loker sekolah.

"Kau bisa, Tae." V berbisik sambil terus mengusap dadanya, seraya menyemangati Taehyung yang kini mulai bernapas dengan normal.

Setelah napasnya benar-benar normal; walau masih menyisakan sedikit sesak, Taehyung membuka mata. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah saudara kembarnya yang juga terlihat pucat.

"Mau pakai inhaler?"

Taehyung menggeleng pelan, matanya terpejam saat rasa pusing menderanya lagi.

"Kita harus kabur, Tae."

"Aku tidak sanggup berjalan."

Sebenarnya V juga lemas. Ia juga belum makan seperti Taehyung, tapi ia tidak tahu lagi harus melakukan apa selain kabur dari sana. "Ada aku, Tae. Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian di sini—"

'Awasi dua bocah tengik itu jangan sampai mereka kabur.'

'Baik, Tuan.'

V tersenyum puas mendengar suara dari luar sana, walau suaranya samar-samar.

Ia menunggu beberapa saat, sampai akhirnya suara mobil terdengar, dan orang-orang yang berjaga di depan pintu sudah tidak terdengar lagi.

"Sebentar, Tae. Tetap duduk seperti ini, kalau tidak napasmu bisa sesak lagi."

Taehyung mengangguk. Ia tidak bisa melakukan apa pun selain memperhatikan adiknya yang tengah mencari jalan keluar.

Sesekali adiknya merutuk kesal karena tidak menemukan jalan keluar. Bahkan V sudah ke jendela, tapi tidak bisa dibuka karena dipasang teralis besi.

"Sialan mereka benar-benar niat sekali ingin membunuh kami. Tidak ada jalan keluar sama sekali," kesalnya.

V menghela napas, ia berkacak pinggang karena lelah.

"V?"

"Sebentar, Tae. Aku sedang berpikir."

"Di sana—"

"Taehyung, tolong diam sebentar aku tidak konsentrasi."

Taehyung menarik napas panjang. Kalau saja keadaannya sedang tidak sakit pasti Taehyung sudah meneriaki saudara kembarnya.

"Hei, V Kim!"

V tetap tidak menggubris, ia malah berusaha untuk konsentrasi mencari jalan keluar.

Karena kesal, ia memaksa tubuhnya untuk berdiri. Ia berjalan sambil berpegangan pada dinding menuju sebuah lemari usang.

Taehyung berusaha menggeser lemari tersebut sampai terdengar bunyi decitan.

Fokus V tertuju pada suara yang di dengarnya. Ia terkejut ketika melihat Taehyung yang sedang berusaha menggeser lemari.

"Taehyung! Apa yang kau lakukan!" pekiknya tertahan.

Ia menghentikan aksi Taehyung.

"Di balik lemari ini ada jendela, V. Aku melihat cahaya matahari dari celah."

🖤

Apakah kalian tahu? Ini pertama kalinya Yerin bolos sekolah. Ia bolos demi mencari tahu apakah benar Taehyung dan V berada di tempat yang temannya maksud, atau tidak. Kemarin saat pulang sekolah ia tidak jadi menyelidiki bersama Hoseok, karena laki-laki yang marganya sama dengannya itu mendadak ada urusan keluarga.

Tapi tenang, kali ini ia tidak sendiri. Ia bersama teman-temannya yang lain; yang lelaki. Perempuan di sana hanya Yerin saja.

Yerin tidak mengizinkan kelima temannya yang lain untuk ikut.

Awalnya Hoseok dan Yerin tidak ingin memberitahu dulu, tapi karena keadaan semakin mendesak mereka akhirnya menceritakan. Dan sepakat untuk bolos sekolah hari ini.

"Teman-teman!"

Hoseok menginterupsi teman-temannya yang sedang berkendara. Mereka berhenti.

"Kita parkir di sini saja."

Yang lain mengangguk. Kini enam anak muda itu; Yerin, Hoseok, Jimin, Jungkook, Yoongi dan Seokjin, sudah turun dari motor.

Di antara mereka, Yerin-lah yang paling khawatir, kentara dari gerak-gerik dan juga raut wajahnya.

"Yerin," panggil Seokjin. Ia memegang bahu Yerin. "Jangan khawatir, berdoa saja supaya Taehyung dan V benar-benar ada di sana."

Yerin memaksakan senyum, ia mengangguk.

"Ayo kita ke sana," ajak Jungkook.

Mereka mengangguk kompak, lalu mulai berjalan menuju tempat di mana si kembar disekap.

🖤

Jendela tanpa teralis sudah terlihat di depan mata si kembar. V tersenyum senang, sedangkan Taehyung hanya diam saja karena kepalanya mulai pusing.

V membuka jendela tersebut, agak susah juga mengingat ini bangunan tua.

"Astaga, kenapa susah sekali?" V terus mendorong jendela tersebut.

Tak mungkin kan ia memecahkan kaca itu?

Bisa-bisa rencananya gagal.

V menarik napas panjang saat jendela tak kunjung terbuka. Ia mendorongnya sekali lagi kali ini lebih kuat sampai urat-urat di tangannya tercetak jelas.

Sampai akhirnya, jendela tersebut terbuka dengan kencang hingga menimbulkan bunyi debuman yang membuat V maupun Taehyung tutup telinga.

V melihat ke pintu, khawatir jika anak buah Jihyuk mendengarnya.

"Hah, syukurlah mereka tidak dengar. Ayo cepat, Tae."

V menuntun Taehyung ke arah jendela, melihat kondisi Taehyung yang sudah sangat lemas sekali tak mungkin ia membiarkannya keluar jendela sendirian.

Taehyung sedikit kesulitan menaiki jendela mengingat tubuhnya yang lemas, ia hampir saja jatuh jika tidak ditahan oleh V.

"Kau pasti bisa."

Akhirnya Taehyung berhasil melompati jendela setinggi satu meter itu, kini giliran V yang melompat.

Tapi, belum sempat ia naik ke kusen, pintu terdobrak mengalihkan perhatian remaja tampan itu.

"Shit!" V berdesis.

Ia langsung melompat keluar kala anak buah Jihyuk berlari ke arahnya.

"V!" Taehyung memekik kaget saat saudaranya tiba-tiba melompat dan mendarat di depannya.

"Ayo cepat, Tae!" V melingkarkan tangan Taehyung ke pundaknya.

"Akh!" Taehyung meringis saat merasa rambutnya ditarik oleh seseorang dari dalam jendela.

V terkejut. "Berengsek!"

V meninju wajah laki-laki tersebut, tapi tidak melepaskan cengkeramannya di rambut Taehyung.

"BOCAH INI MENCOBA KABUR!" Ia berteriak sekencang mungkin tuk memanggil teman-temannya.

Siaga I bagi V. Ia benar-benar dalam bahaya. Sebisa mungkin ia membuat laki-laki tersebut melepaskan Taehyung.

"Akh!" Taehyung malah semakin kesakitan.

"V, tinggalkan aku saja. Cepat."

V menggeleng tak mau. "Tidak akan."

Satu bogeman keras berhasil mendarat di hidung laki-laki itu sampai Taehyung terbebas. Dengan segera, V memapah Taehyung untuk segera berlari dari sana.

Ia sempat melirik tempat kemarin ia memarkir motor, dan berdesis pelan saat motor mereka sudah tidak ada di tempat.

Sesekali V menoleh ke belakang, ia belum melihat anak buah Jihyuk mengejarnya.

Tapi ia belum bisa untuk santai, bisa saja mereka menyusun rencana jahat lainnya, kan? Yang dapat V lakukan hanyalah berlari menjauh dari kerumunan.

Dan sialnya ia melewati jalan yang kemarin tidak ia lewati. Lokasinya terlihat seperti hutan. Sepi dan banyak pepohonan tinggi.

Taehyung terjatuh membuat V yang memapahnya ikut terjatuh, kakinya sudah terasa lemas sekali. Ia menggeleng beberapa kali sambil menarik napasnya yang sesak.

"Kau kuat, Tae. Aku yakin kau pasti sanggup."

"K-Kau duluan saja, V. Jangan pikirkan aku," lirihnya.

V berdecak. Ia hendak berbicara lagi, tapi suara dari belakang menginterupsinya.

"Mau lari kemana lagi kalian?"

Anak buah Jihyuk yang berjumlah sembilan orang berlari mendekatinya.

"Cepat lari, V!" Taehyung mendorong-dorong tubuh V agar segera lari.

Tapi apa yang V lakukan?

Ia justru berjongkok di depan Taehyung, memaksa Taehyung untuk naik ke punggungnya. Setelah tubuh saudaranya sudah di punggung, V berlari berusaha menghindar dari kejaran mereka.

"Sialan! Bocah ingusan itu menambah pekerjaan saja. Kita berpencar!"

🖤

Yerin dan kelima teman laki-lakinya sudah sampai tempat tujuan. Mereka sudah mengelilingi rumah tersebut dengan hati-hati agar tidak ketahuan. Tidak ada Taehyung di sana.

Motor Taehyung pun sudah tidak ada.

Mereka menghela napas lelah, sejenak mengistirahatkan diri di depan sebuah jendela yang terbuka lebar, menampakkan sebuah gudang di dalamnya.

"Taehyung dan V tidak ada di sini," kata Seokjin.

"Ya. Mungkin temanmu hanya salah lihat, Yerin," tambah Jungkook.

"Tidak! Aku yakin mereka tidak bohong. Hatiku mengatakan kalau mereka ada di sini, hiks."

Yerin menangis lagi, sebagai teman yang baik mereka pun menenangkan satu-satunya gadis yang berada bersamanya.

Salah satu dari mereka; Min Yoongi, menundukkan kepala, menatap rerumputan yang ia pijak. Dahinya berkerut saat menemukan sebuah benda, lantas ia memungutnya.

"Teman-teman, aku rasa mereka benar-benar ada di sini," katanya.

Yoongi menunjukkan gelang tali yang ia temukan pada mereka. "Ini milik Taehyung, kan?"

Mereka terkejut, Yerin merebut gelang tersebut. Benar, itu gelang yang biasa dipakai Taehyung. Apa itu artinya mereka benar-benar di sini?

Yerin berbalik badan menghadap jendela yang terbuka lebar, ia menyembulkan kepalanya ke dalam.

Lagi-lagi matanya membulat begitu melihat tas Taehyung dan V tergeletak di lantai.

"Itu tas mereka!"

Mereka mengerubungi jendela.

"Benar! Aku yakin mereka pasti sudah melarikan diri dari sini," tebak Jimin.

"Jangan sok tahu kau, Jim!" ujar Jungkook.

"Aku tidak sok tahu, kalau memang mereka dibawa pergi oleh orang itu, bisa lewat pintu depan, kan? Kenapa juga jendela ini terbuka?"

"Ayo kita cari!"

🖤

"Mau ke mana kau, hah?"

Langkah V terhenti. Ia sudah di kepung oleh anak buah Jihyuk. Ia mengamati satu per satu orang itu dengan was-was.

Saudara kembarnya; Kim Taehyung, sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Kepalanya terkulai di bahu sang adik, napasnya sudah semakin lemah.

"Hahaha! Lihatlah, sepertinya sebentar lagi dia akan mati," kata salah satu dari mereka sambil menunjuk Taehyung.

V menggeram marah. "Sudah kubilang, tidak akan ada yang mati kecuali kalian, berengsek!"

"M-Mereka benar, V. A-Aku aku... sudah tidak kuat."

Pertahanan V runtuh mendengar lirihan Taehyung di telinganya.

Ia menghela napas, V mencari-cari celah untuk kabur.

"Kau tidak akan bisa kabur."

V menyeringai.

"Tangkap!"

Mereka yang mengepung V berlari ke arahnya, tapi saat orang yang di depannya ingin menangkap, dengan gesit V membungkukkan tubuh dan akhirnya ia bebas dari kepungan itu.

"Yes! Pegangan lebih erat, Tae!"

V melaju dengan cepat, tak memedulikan lututnya yang terasa ingin lepas. Yang penting mereka bisa selamat, atau Taehyung yang selamat.

Ia berharap bisa menemukan seseorang untuk dimintai bantuan.

"V, awas!"

Tubuh V terdorong ke samping setelah ada yang berteriak. Saking fokusnya berlari ia sampai tidak menyadari sekeliling.

Ia dan Taehyung yang berada di punggungnya hampir saja jatuh, beruntung ada yang menahannya.

Siapa?

Dia Jeon Jungkook dan Jung Yerin.

V tersenyum pada teman-temannya yang menolong tepat waktu.

Kini orang yang mendorongnya; Park Jimin, tengah baku hantam dengan anak buah Jihyuk yang hendak melayangkan pisau ke arahnya tadi.

Bukan hanya Jimin. Yoongi, Seokjin dan Hoseok pun ikut melawan mereka yang jumlahnya lebih banyak.

Sementara itu, Jungkook dan Yerin memapah V ke sebuah pohon besar. Sebelum duduk, V menurunkan Taehyung lebih dulu. Mereka duduk bersandar pada batang pohon yang besar tersebut.

V menyeka keringat yang membanjiri wajahnya, tak dapat di bohongi kalau tenggorokannya benar-benar kering saat ini.

"Yerin, kau ada air putih?" Seakan mengerti temannya butuh air, Jungkook bertanya pada Yerin.

"Ada." Gadis cantik itu mengeluarkan botol minum dari tasnya. "Ini." Ia menyerahkan pada Jungkook.

Remaja Jeon itu menerimanya dan membuka tutupnya dengan terburu, lalu menyodorkan ke mulut V, kemudian Taehyung.

Jungkook itu orangnya peka, dari raut wajah saja ia bisa menebak apa yang terjadi pada orang itu.

"Mau minum lagi?"

Taehyung dan V menggeleng.

"Apa Taehyung bawa inhaler? Dia kambuh," kata Jungkook.

"Aku membawanya."

V merogoh saku celana sekolahnya, saat Inhaler berhasil dikeluarkan, Yerin langsung merebutnya. Sesegera mungkin ia membantu Taehyung agar bisa bernapas normal.

"Choco, lakukan seperti biasa, ya?"

Gadis cantik tersebut menempatkan inhaler itu di depan mulut Taehyung, lalu menyemprotkan seperti biasa saat Taehyung kamhuh.

Di sisi lain, V harap-harap cemas. Pasalnya obat Taehyung sudah hampir habis.

"J-Jelly."

"Sekali lagi, ya? Masih ada isinya, kok."

Taehyung hanya mengangguk. Ia memejamkan mata, merasakan oksigen mengalir ke paru-parunya dengan lancar.

"Choco?"

"Taehyung?"

Mata remaja tampan berambut cokelat terbuka, ia tersenyum pada tiga orang di dekatnya. "Aku sudah baik-baik saja. Terima kasih."

Jungkook dan V menghela napas lega. "Syukurlah. Aku mau membantu mereka dulu, ya. Kalian berdua istirahatlah, Yerin tolong jaga mereka."

Setelah Yerin mengangguk, Jungkook berlalu dari sana dan mulai menyerang anak buah Jihyuk yang hendak memukul Seokjin.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Yerin, disertai dengan air mata.

"Kami tidak apa-apa, hanya sedikit lapar, hehe."

Sedang dalam situasi begini masih bisa-bisanya kau menyengir, Choco?

Yerin memeluk tubuh Taehyung. "Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini. Hiks, aku merindukanmu, Choco. Aku sangat takut kau kenapa-kenapa."

Laki-laki yang dipeluk tersenyum gemas, ia mengusap kepala belakang kekasihnya. "Hei, aku kan kuat. Pastinya aku tidak apa-apa. Apalagi V, dia seperti Thor!"

V merotasikan bola matanya malas.

"Teman-teman mengkhawatirkan kalian."

"Tapi, bagaimana kalian tahu kalau kami berada di sekitar sini? Dan kalian membolos?" tanya V.

Yerin melepas pelukan. Ia menatap V, mengangguk. "Aku tahu dari Sohee teman sekelas kita, V. Dia bilang melihat motor kalian di depan rumah bercat abu-abu." Si kembar menganggukkan kepala. "Oh iya, V. Irene Eonni sempat menanyaimu. Dia juga sama khawatirnya."

V menghela napas. "Aku merindukan Irene."

Taehyung memegang bahu saudara kembarnya. "Setelah ini kau bisa menemuinya."

V mengangguk. Mereka mengamati teman-temannya yang masih melakukan aksi baku hantam. Wajah mereka sudah dipenuhi luka lebam, dua anak buah Jihyuk sudah berhasil di lumpuhkan. Dan tak berselang lama, Yoongi tumbang akibat terkena pukulan balok kayu.

"Yoongi Hyung!" pekik Taehyung.

Ia hendak berdiri tapi di tahan oleh V. "Biar aku saja."

V bangkit, ia mengambil balok kayu yang tergeletak di tanah; balok yang digunakan tuk memukul Yoongi. Tanpa berkata-kata, V langsung melayangkan balok tersebut pada anak buah Jihyuk.

Tak memberikan kesempatan tuk bernapas, V terus memukul satu per satu dari mereka. Yoongi, Hoseok, Seokjin, Jimin dan Jungkook sampai terdiam, mereka memandang aksi V yang sangat luar biasa.

Raut wajahnya menunjukkan kemarahan.

"Kau! Yang paling sering memukul saudaraku!"

Satu pukulan kencang mendarat di kepala belakang laki-laki yang sering memukul Taehyung sampai tak sadarkan diri.

Semua musuh sudah tumbang, hanya dengan sebuah balok kayu yang di pakai oleh satu orang.

Teman-temannya mendekati V. "Kau hebat, kawan," ujar Hoseok sambil menepuk-nepuk bahu V.

Tapi V tidak merespon, ia masih menatap delapan anak buah Jihyuk yang sudah tidak berdaya.

Eh? Delapan?

Ke mana yang satu lagi?

"Yerin!"

Pekikan Taehyung. membuat remaja itu menoleh. Mata mereka membulat sempurna. Yerin, satu-satunya gadis yang di sana dalam bahaya.

Orang itu mengarahkan pisau ke leher Yerin, bergerak sedikit saja mungkin lehernya sudah tergores.

"Hei, lepaskan," pinta Taehyung.

Dia menyeringai. "Kalian jangan main-main dengan kami."

"Kita serius di sini, tidak ada yang main-main!"

Yoongi menginjak kaki Hoseok dengan kejam. "Diam, bodoh!"

"Hiks." Isakan Yerin mulai terdengar.

Mereka tidak ada yang berani maju, Taehyung pun sama. Ia ingin sekali menolong kekasihnya, tapi ia juga tidak ingin bertindak gegabah yang bisa membuat Yerin celaka.

"AAA!" Yerin berteriak tiba-tiba, membuat teman-temannya kaget, termasuk laki-laki yang tengah menjadikannya sandera.

Merasa orang jahat itu sedang lengah, Yerin memegang tangan laki-laki itu dan menggigitnya dengan kuat.

"AKH!"

Yerin terus menggigit sampai tangan laki-laki itu berdarah. Melihat ada kesempatan, Taehyung meninju wajah orang tersebut sampai tersungkur.

Langsung saja ia menarik Yerin, mengeceknya untuk melihat apakah ada luka atau tidak.

Dan, tanpa mereka sadari salah satu orang jahat yang berada di belakang keenam remaja tampan itu bangkit.

Ia menodongkan pisau dan mengendap-endap ke arah remaja berambut biru.

Di sisi lain, Taehyung menoleh ke arah teman-temannya yang lain. Ia tersenyum, merasa kalau mereka sudah berhasil mengalahkan anak buah Jihyuk.

Tapi senyumannya luntur saat melihat orang berjalan di belakang V.

"V, AWAS!"

V berbalik badan. Namun naas, belum berhasil menahan, pisau itu sudah menusuk bagian pinggang kirinya.

Orang itu bukan hanya menusuk satu kali, melainkan dua kali. Darah mengucur deras, merembes keluar dan mengotori seragam sekolah yang ia pakai beberapa hari yang lalu.

Orang jahat itu tersenyum puas, lalu menyuruh kawanannya untuk kabur. Bersamaan dengan itu pula tubuh V tumbang.

🖤

Getaran ponsel mengalihkan pandangan mata Taesung. Ia menghentikan aktivitas mengetiknya, matanya melirik nama yang terpampang di layar.

Yewon?

Dengan segera ia mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?"

"Hiks. Appa."

Tubuh Taesung menegang mendengar putrinya menangis.

"Hei, kau kenapa?"

"Datanglah ke rumah sakit yang biasa. Hiks. Tae Oppa dan V Oppa berada di sini. C-Cepatlah datang."

Taesung memutuskan panggilan secara sepihak. Ia langsung berlari keluar, tanpa memedulikan komputernya yang masih menyala.

🖤

"Jadi sebenarnya kalian sudah tahu di mana Taehyung berada?"

Semua teman dekat Taehyung di sekolah; termasuk anaknya, Yewon, menunduk takut saat diinterogasi oleh Taesung.

"Maafkan kami, Ahjussi," kata Yoongi.

Taesung menghela napas. "KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBERITAHUKU? KALIAN MENGHADAPI MEREKA TANPA PENGAWASAN ORANG DEWASA DAN ITU SANGAT BERBAHAYA!"

Apakah rasa peduli Taesung sudah mulai muncul?

Tubuh mereka bergetar takut melihat kemarahan laki-laki di depannya ini. Yang bisa mereka lakukan hanyalah duduk di kursi ruang tunggu rumah sakit, sambil menanti kabar dari dokter yang menangani si kembar.

Bukan hanya V saja yang masuk rumah sakit. Taehyung juga. Saat perjalanan tadi, Taehyung mengeluh dadanya sangat sakit dan berakhir pingsan.

"Samchon..."

Seokjin berusaha meredam amarah pamannya. Ia menuntun pria itu untuk duduk.

"Kalian tahu ini bukan hal yang sepele, harusnya kalian menghubungiku, jangan diam saja!"

Taesung masih membentak, namun tidak separah tadi. Ia mencoba tuk menenangkan dirinya.

"Dan kau Kim Yewon." Tubuh putri bungsunya bergetar takut. "Kau..."

Perkataan Taesung terhenti saat pintu ruang emergency terbuka. Keluarlah satu orang dokter yang menangani V. Sontak saja mereka langsung berdiri.

"Donghyuk-ah, bagaimana keadaan putraku?" tanya Taesung.

Dokter bernama Lee Donghyuk itu menghela napas. "Ada luka dalam yang dialami oleh putramu. Beberapa organ dalamnya terkena pisau, jadi tim medis harus segera mengoperasinya."

Taesung menunduk, air matanya menetes. Yewon memandang ayahnya sendu. Selama ia tinggal bersama sang ayah, ia tidak pernah melihat Taesung menangis dan rapuh seperti ini.

"Lakukan yang terbaik untuknya."

Donghyuk mengangguk. "Kami akan berusaha. Berdoalah untuk mereka. Dan... anakmu Kim Taehyung masih di tangani oleh Jisung."

Teman-teman Taehyung dan V menangis dalam diam. Jantungnya sedari tadi tak bisa di kontrol dengan benar.

Mereka berdoa, semoga si kembar bisa selamat.














































































Next Chapter :

"V? Kita di mana?"

"Aku tak tahu. Tapi di sini indah sekali."

"Apa kita di surga?"

Jeng jeng jeng jeng! *Musik di Masha and the bear* 😂

Menjelang tamat euy.

Ayo sini komen, menurut kalian siapa yang bakalan meninggal? Kasih alesan terlengkapnya juga yaa biar vivi pertimbangin lagi siapa yang meninggal di ff ini 😬


Selasa, 16 Juli 2019

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

56.2K 7.3K 47
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
74.8K 6.8K 50
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
194K 16.3K 27
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
200K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...