Ia memasuki rumah keluarganya. Ini adalah kali pertamanya pulang selama enam bulan terakhir ini. Rumah yang tak pernah terasa seperti rumah
"KAMU TAK BISA SEENAKNYA MEMBAWA ANAK HARAM KAMU DENGAN WANITA ITU KE RUMAH INI" suara teriakan Amanda sang ibu, menyambut kehadiran Raisa
" Sudahlah man, aku sedang tak ingin ribut saat ini" bantah Irfan. Ia masih sibuk dengan gadget nya tanpa mempedulikan Amanda yang berdiri didekatnya dengan wajah memerah menahan amarah.
Tak jauh dari mereka, dekat mulut tangga menuju lantai dua sepasang remaja saling berpelukan. Keduanya memiliki iras wajah yang serupa, namun memiliki ekspresi yang berbeda. Yang perempuan terlihat ketakutan dengan wajah bersimbah air mata sedangkan yang laki-laki terlihat tenang. Ia mendekap kepala si perempuan di dadanya dan berusaha menutup telinga agar remaja perempuan tersebut tak mendengar teriakan kata-kata kasar dari Amanda
"Assalamualaikum" sapa Raisa tenang. Ada rasa menyesal kenapa ia salah waktu untuk ke rumah ini. Namun ada rasa sakit, juga terluka melihat raut wajah sepasang remaja kembar yang merupakan adik tirinya itu
" Raisa?" Ujar sang papa kaget. Hampir berbulan-bulan lalu ia tak bertemu dengan putri sulungnya itu, dan melihat penampilan Putri nya saat ini jelas sebuah kejutan baginya
" Rai cuma mau ambil surat kontrak brand pakaian yang tertinggal dikamar" Raisa tak menghiraukan panggilan papa dan mamanya
" Maaf, bolehkan kak Rai lewat?" Tanya Raisa pada sepasang remaja yang saling melindungi. Mereka tak berani memandang wajah Raisa, takut dengan kemarahan yang terpampang. Namun, mendengar suara lembut tersebut keduanya dengan otomatis menaikkan pandangnya. Tak ada raut kemarahan, hanya wajah datar tanpa ekspresi yang terlihat. Dan itu tentu lebih menakutkan. Seperti ditatap oleh patung.
Raisa telah terbiasa menggunakan topeng dalam hidupnya. Sejak kecil, ia telah diajarkan untuk selalu diam dan tak mempedulikan keadaan sekelilingnya. Yang penting ia harus selalu sopan dan tak menunjukkan perasaan pada orang lain. Agar tak ada yang memandang remeh, merendahkan ataupun lemah. Dia adalah wanita yang kuat seperti nenek, seperti ibu.
"KENAPA KAMU MEMINTA MAAF PADA MEREKA, SEHARUSNYA KAMU MENGUSIR MEREKA DARI RUMAH INI. KARENA MEREKA LAH KELUARGA KITA JADI HANCUR" teriak amanda emosi mendengar ucapan Raisa
" Udah lah ma, jangan semua dijadikan masalah" bujuk Irfan. Sebenarnya ia merasa bersalah dan juga ada rasa malu saat melihat wajah datar Raisa
" Mbak Rai, tumben pulang!" Seru Rasya dari lantai atas. Ia berlari menuruni tangga menyambut sang kakak kesayangan "permisi ya adik-adik" sapanya ramah pada adik tirinya dan tentu saja itu membuat emosi Amanda semakin meradang.
" KENAPA SIH KALIAH TERLALU BAIK PADA ANAK HARAM ITU?" bentak Amanda
"Apa bedanya Rai dengan mereka ma?" Tanya Raisa pelan. Namun tetap menusuk. Ia tak suka dengan kata-kata itu
" Tentu saja beda. Kau anak mama dan papa dan kami terlibat pernikahan sedangkan mereka? " Amanda menatap kedua remaja itu dengan pandangan meremehkan
" KALIAN MENIKAH KARENA MAMA TELAH HAMIL RAISA. DAN STATUS RAISA TETAP SAMA SEPERTI MEREKA, SAMA-SAMA ANAK HARAM" teriak Raisa. Tangisnya pecah saat mengatakan anak haram, mengakui jika dia anak haram dan perasaannya hancur sehancur-hancur yang mengingat dia bukti dosa yang telah diperbuat oleh kedua orangtuanya
" Mbak Rai" Rasya memeluk tubuh kakaknya yang bergetar. " PUAS KALIAN? PUAS KALIAN SEKARANG?" hardik Rasya pada kedua orang tuanya. Ia tak peduli dengan wajah memucat mamanya, ia juga tak peduli papanya yang memandang hancur pada ke empat darah dagingnya. Tak menyangka jika kesenangan dunia yang dilakukannya mengakibatkan kehancuran pada anak-anak nya
"Rai, maafkan mama sayang" Amanda mendekati Raisa yang masih tertutup di dada sang adik. Raisa mendengar nada lemah pada suara mamanya mencoba untuk menguatkan hati. Semua harus diselesaikan Sekarang juga. Tak ada waktu untuk menyia-nyiakan masalah
" Mari kita bicara" Raisa menegakkan tubuhnya, ekspresi datar kembali terlihat di wajahnya. Ia berjalan dengan badan tegap menuju sofa santai di ruang keluarga
Suasana hening menyelimuti keluaran itu. Sebelum memulai untuk bicara, Raisa menarik nafas kasar
"Rai ingin mama dan papa bercerai" ujar Raisa mantap
"Papa tak bisa" ucap Irfan mantap
" Sebelum kamu menikah kami tak akan bercerai, tak akan ada keluarga yang mau menerima menantu yang keluarganya hancur" lanjut Amanda
" Tak akan ada pernikahan sebelum kalian bercerai" tegas Raisa
" Jangan gila kamu" bentak papa
" Tolong jangan egois sekarang Rai, selama ini mama dan papa Bertahan hanya untuk kamu" alasan Amanda
" Untuk Rai? Coba mama dan papa pikirkan kembali alasan kalian bertahan dalam neraka pernikahan ini. Mungkin benar jika kalian menikah karena Rai, tapi Rai tak yakin. Kalian bertahan hanya untuk Rai. Rai rasa kehadiran Rai seperti tumbal yang tak pernah dipikirkan keadaannya asalkan keberadaannya diketahui" ujar Raisa datar. Ia mencoba sekuat tenaga untuk menahan hatinya
" Maafkan papa Rai" bisik Irfan. Ia mendekat dan memeluk tubuh mungil Raisa, rasa sesalnya semakin membuncah saat melihat Raisa yang tak meresponnya
" Udah lah pa, semua sudah terjadi. Selama ini Rai hanya ingin ketenangan dalam keluarga kita, Rai hanya ingin perhatian dari mama dan papa. Baik Rai maupun Rasya dan juga sikembar hanya menginginkan kasih sayang dari kalian. Kami tak pernah ingin melihat pertengkaran di rumah. Kami ingin rumah yang seperti rumah keluarga lainnya, penuh canda tawa dan kehangatan. Jadi lebih baik kalian berpisah dan menghancurkan neraka ini" ucap Raisa tenang. Ia menatap wajah kedua orangtuanya yang sembraut, wajah datar Rasya dan sepasang remaja yang walaupun Raisa tahu jika mereka adalah adik tirinya namun Raisa tak tahu apapun tentang mereka bahkan nama sekalipun. Dan lagi Saat ini bukanlah saat yang tepat untuk kenalan, yang diinginkan nya saat ini hanyalah menjauh dari semua ini
" Mbak Rai, mau kemana?" Tanya remaja laki-laki itu, walau suaranya pelan dan cuek namun Raisa bisa merasakan ketenangan disana. Anak-anak yang dipaksa dewasa sebelum waktunya, Sama seperti dia " Jika mbak tak nyaman kami disini, kami bisa pergi. Kami bisa kembali tinggal bersama nenek" lanjut pria muda itu. Fix remaja pria ini sangat mirip dengannya
" Siapa namamu?" Tanya Raisa
"Rayyan, Arrayan Saputra dan adikku Arumi Saputri" jawab rayyan tegas. Jika diperhatikan rayyan lebih mirip Raisa daripada Rasya yang satu ibu dengannya
"Status kita sama. Jadi jangan pernah sungkan untuk apapun,asal kalian mengikuti aturan yang dibuat oleh mas Rasya " ujar Raisa. Ia berdiri diikuti Rasya yang ikut bersamanya
" Rai, dengarkan mama dulu" tahan amanda. Banyak yang ingin diungkapkan Amanda pada Raisa, namun sepertinya suaranya tercekat tak bisa keluar
" Rai tak sanggup lagi ma, sebaiknya mama dan papa pikiran apa yang akan kalian lakukan selanjutnya. Jangan menyiksa diri lagi " ucap Raisa datar. Ia beranjak dari hadapan mama dan papa yang duduk di sofa nya tadi.
Sebelum keluar rumah, Raisa sempat mengusap kepala rayyan. Ia menatap mata kecil yang menyiratkan luka terselubung ketenangan itu. Ia seperti bercermin dalam sosok lelaki remaja itu " mbak pergi dulu, nanti mbak akan menemui kamu lagi"
🍇🍇🍇
Dari jarak tiga meter, Rasya hanya melihat sang kakak tersayang menangis. Tanpa sadar, iapun ikut menitikkan air mata. Bukan karena menyesali kejadian dalam keluarganya, namun lebih kepada rasa yang timbul karena melihat sang kakak yang terlihat hancur. Namun Raisa tak akan pernah mau mencurahkan rasa hatinya pada orang lain.
Anggap saja ia mengalami sister complexs. Ia akan melakukan apapun yang akan membuat Raisa tertawa bahagia. Karena itulah ia merasa hancur saat orang yang paling disayanginya melebihi apapun menangis seorang diri tanpa mau melibatkan dirinya disana.
🍑🍑🍑
Raisa is back...
Maaf jika kisah Raisa lumayan berat dengan background keluarga yang seperti ini. Sebenarnya akupun enggak mau membuatnya seperti ini, hanya saja kalau aku buat langsung ada manis2nya rasanya agak aneh aja...
Disini aku jelasin sedikit ya, Raisa dan Hanan sebenarnya udah saling tahu. Hanya saja mereka enggak saling mengenal. Rai yang sering keluar masuk kantor fakhry pasti pernah bertemu dengan Hanan yang merupakan pegawai disana. Sedangkan hanan mengira jika Raisa itu istri fakhry...
Makasih buat dukungannya semua...
Maaf dengan segala salah ku,
membuat part Raisa lebih berat daripada menahan rasa saat melihat es teh manis disiang hari yang panasnya enak buat piknik di pantai
Syukur dan sabar adalah amalan hati yang membawa kesurga
24 Mei 2019