Streaming

idybooks द्वारा

601K 113K 38.2K

Bermula dari BJ mukbang yang memakai topeng Iron Man ketika siaran, rasa penasaran Jeon Jungkook tergugah. Ia... अधिक

[01]
[02]
[Trailer]
[03]
[04]
[05]
[06]
[07]
[08]
[09]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
[19]
[20]
[21]
[22]
[23]
[24]
[25]
[26]
[27]
[28]
[29]
[30]
[31]
[32]
[33]
[34]
[35]
[36]
[37]
[38]
[39]
[40]
[41]
[42]
[43]
[44]
[45]

[18]

15.6K 3K 1.4K
idybooks द्वारा

Menu yang dihidangkan pegawai kantor di ruangan Kim Seokjin adalah makanan laut dari restoran terkenal dan mahal di Seoul.

Yeji bahkan tidak mampu berkedip saking terkejutnya dan tidak yakin apakah masih bisa bersikap normal di depan kamera nanti.

Kalau bukan karena keperluan syuting, rasanya Yeji sanggup melahap habis semua masakan ini.

Dalam satu menit Yeji bahkan sudah menelan ludahnya lebih dari sepuluh kali.

Song Yeji, hari ini saja, jaga martabatmu dan tetaplah profesional. Yeji menanam kalimat itu dalam hati.

Sementara matanya tidak bisa berhenti terpana pada menu di meja. Terdapat beberapa kerang raksasa, sate cumi bakar pedas yang dilapisi bumbu berwarna merah keemasan, gurita yang tetap pada bentuknya (dipanggang dengan kematangan sempurna dan dilapisi semacam bumbu pekat lada beserta saus kacang kedelai, dan untuk pelengkapnya terdapat rebusan kepiting dalam mangkuk jumbo yang dimasak bersama sayuran dan potongan cabai hijau. Cukup melihat tampilan luarnya Yeji bisa menebak cangkang kepiting itu mudah dipecahkan dan sangat empuk, selain itu rasanya pasti sangat nikmat.

Wow! Ini gila.

Tanpa sadar tangannya terangkat menuntup mulutnya sendiri. Tunggu, berapa total biaya semua makanan ini?

Menebak harganya saja sudah membuatnya menelan ludah susah payah.

"Kenapa diam?" Seokjin bersuara mengacaukan jalan pikiran Yeji yang mulai bercabang. "Kau merasa tidak sanggup menghabiskan seluruh makanan ini?"

Yeji menggeleng-geleng. Sepertinya lelaki itu sudah salah membaca ekspresi wajahnya.

Tetapi seketika ia bergumam tidak sengaja. "Berapa total harganya?"

Sadar salah ucap, Yeji menekan bibirnya lebih rapat.

Namun, Seokjin malah tertawa. "Aku yang bayar. Jangan khawatir. Hari ini aku ingin mengetes seberapa tinggi nafsu makanmu."

"Tidak, tidak. Maksudku, ini terlalu banyak, Sunbae."

Seokjin mengernyit dan mensensor makanan yang dipesannya satu persatu. "Terlalu banyak?" tanyanya heran dengan nada bergumam.

Lalu kepalanya berpaling pada Yeji. "Kurasa tidak. Aku ingat pernah menontonmu makan seloyang besar ramen dan dua puluh butir telur."

Yeji menggigit bibirnya seraya menggosok lehernya ketika mengamati lagi semua makan yang tersedia. "Bukankah ini terlalu berlebihan untuk kolaborasi perdana kita?"

"Ah, begitukah? Kalau begitu biar kupanggil asistenku untuk menyingkirkan ini semua,"  sahutnya enteng.

Ketika lelaki itu hendak meraih ponselnya di ujung meja, Yeji buru-buru menahan lengan pria itu. "Sunbae, mau apa?"

"Tadi kau bilang ini terlalu berlebihan. Aku akan ganti makanan yang menurutmu sederhana."

"Bukan begitu. Baiklah, baiklah. Kita mulai saja siarannya."

Kemudian dengan seulas senyum puas, Seokjin mengambil kotak yang berada di kolong meja. "Kalau begitu bersiap-siaplah."

Seokjin menyodorkan kotak putihnya kepada Yeji.

"Ini apa?" tanya Yeji ragu.

"Bukalah. Kau tidak perlu mengenakan topengmu hari ini, karena semua sudah kupersiapkan matang-matang." Seokjin mengacungkan jempolnya. "Selain itu, karena ini penampilan kolaborasi perdanaku. Aku ingin partnerku tampil menarik."

Yeji membuka penutup kotak itu setelah melihat bagaimana senyum Seokjin yang tampak meyakinkan. Ia ragu-ragu ketika menarik kunci kotak di bagian depan. Napasnya sempat tertahan begitu penutupnya terangkat.

Jemarinya yang gemetaran membelai topeng berbahan metal berhiaskan permata kecil di tiap sudutnya. Uniknya, pada bagian mata sebelah kiri didesain tanpa metal yang mengelilingi. Sehingga mata kirinya akan terlihat lebih jelas.

"Indah sekali," ucapnya berbisik. "Tapi aku tidak bisa memakainya kalau tidak ingin penonton melihat wajahku lebih banyak."

"Justru itulah tujuanku. Aku berharap seperti yang kulihat secara langsung, penonton juga bisa menangkap dengan jelas pancaran tulus matamu saat menikmati makanan."

Tatapan Yeji langsung melembut, merasa luluh. "Sunbae...."

Baru kali ini ada seseorang yang menyinggung tentang ketulusannya ketika makan. Itu merupakan kata-kata paling indah.

"Bukan saatnya kau tersentuh. Sekarang biar kubantu memasangkannya." Lelaki itu berjalan ke belakang punggung Yeji, menguntai tali topeng melingkari kepala gadis itu dan mengikatnya.

"Sudah pas?" Seokjin bertanya.

Yeji mengangguk. "Terima kasih."

"Kau tampak sangat cantik dengan ini," puji Seokjin penuh ketulusan usai kembali ke kursinya.

Dengan perasaan campur aduk dan pipi yang panas, Yeji hanya bisa diam. Baru kali ini dan pertama kali di hidupnya, Song Yeji merasa lemah ditatap pria.

Ah, jantungku.

Senyum sialan itu benar-benar menguji hatiku, Ya Tuhan.

Sebelum kamera menyala, Seokjin mendorong kursi beroda Yeji ke samping hingga wajah gadis itu menghilang dari layar.

Tidak paham maksudnya, Yeji mengerutkan alis. Bukankah mereka akan melakukan siaran bersama?

Ketika kamera menyala, Seokjin menunggu sekitar beberapa detik lalu mulai melakukan opening dengan wajah gembira.

"Semuanya, kalian pasti takkan percaya siapa yang kubawa hari ini."

Penonton bermunculan. Sudah ada belasan komentar yang masuk. Dalam hitungan singkat komentar itu mulai penuh bersama dengan beberapa icon balon atau bintang.

"Yaaaa, kalian pasti telah menantikan lama dengan siapa aku makan atau melakukan kolaborasi?" katanya dengan ekspresi wajah berlebihan sambil tertawa. Suara tawanya terlalu energik sampai terdengar seperti kaca yang sedang dibersihkan.

Oke, Yeji sudah mengerti dan paham jika lelaki itu terlihat ceria, baik on-camera ataupun off-camera. Ekspresinya memang tidak dibuat-buat.

Satu poin tambahan kenapa Seokjin banyak dicintai dan memiliki penggemar dalam jumlah fantastis meski bukan idol.

Kemudian selesai mengucapkan sepatah kata tambahan, Seokjin menarik kursi Yeji tanpa aba-aba hingga tampaklah wajah mereka bedua di layar.

Beberapa orang yang mengenal gadis itu langsung mengirimkan komentar.

(Hans_M): Yline, kan?

(ShukiRed): Siapa? Sepertinya pernah lihat.

(supergirl): HAHA Lol. EatJin & Yline is canceled. I'm out 🐍

(Moon.a): Aku cemburu, Oppa.

(JiHyang66): Tolong jangan terlalu dekat.

(missB): She is make me want to throw up my guts 🤢🤢🤮

(richoppa_): kalian serasi. Akan kukirim banyak balon walau agak cemburu.

(normalpeople): Everyone can be a danger to society. I bet this is intimidation stunts and while all of you hating Yline because you are jealousy. So stop guys!

(Jnero): Brengsek!
(Jnero): Makan saja dengan benar. Jangan hiraukan komentarnya.

Sesaat kondisi hati Yeji membaik. Entah kenapa hanya membaca komentar terakhir yang sempat tertangkap mata membuat hatinya merasa nyaman.

Lalu mereka mulai menangkap komentar baru yang dipelopori oleh salah seorang penonton.

KeilaV : #JINY kalian cocok.
KeilaV : #JINY
KeilaV : #JINY

Tagar yang awalnya hanya tiga berubah menjadi sangat banyak.

Namun, baik Seokjin maupun Yeji hanya akan fokus menyelesaikan siaran kolaborasi perdana mereka.

***

Mata kuliah terakhir hari ini telah selesai. Yeji baru saja mengakhiri sesi perkuliahan tepat pukul dua siang dan ia belum punya rencana ke mana harus pergi.

Yeji melesakkan jurnal ke dalam tas kanvas, ketika itu juga Mina mendatangi mejanya.

"Yeji-ya."

"Hm?" Tanpa mengangkat kepalanya Yeji bergumam dan baru menatap gadis itu ketika semua barang sudah selesai dimasukkan.

"Hari ini ayo kita pergi."

"Pergi?" Sudut alis Yeji menekuk. "Ke mana?"

Merasa tidak ada tanda-tanda penolakan, Mina tersenyum lebar. "Bagaimana kalau karaoke?"

Yeji mengulas senyum tipis. "Hm, oke. Bora ikut?"

"Bora harus menghadiri pesta ulang tahun temannya. Lagi pula aku sudah bilang akan pergi berdua denganmu."

Mereka berjalan menyusuri koridor menuju bagian luar gedung ketika ponsel Yeji berdenting menandakan pesan masuk.

Yeji mengeluarkan ponselnya dari tas dan memeriksanya.

Jnero: Aku menonton siaranmu sampai selesai.
Jnero: Yline-ku benar-benar manis tadi malam. Aku lega kau tidak terpengaruh oleh komentar-komentar sialan.

Yeji terkekeh pelan dan membalas; Kau membuatku percaya diri. Thanks.

"Siapa?" Mina mencoba mengintip ke dalam layar ponsel.

Yeji menoleh spontan. "Penontonku."

Raut wajah Mina berubah tak senang. "Ahhh, Jnero?"

Yeji mengangguk. Sayangnya ia tidak cukup menyadari perubahan ekspresi gadis di sampingnya.

Cepat-cepat Yeji kembali menghadap layar ketika satu lagi pesan masuk.

Jnero: Sedekat itu?

Yeji mencerna baik-baik pesan singkat itu.

Yline: Apanya?

Cukup lama, barulah Yeji mendapat balasan.

Jnero: Partner kolaborasi

Senyum Yeji tersungging.

Yline: Cemburu?

Jnero: Ya.
Jnero: Sedikit.

Yeji meringis dan membiarkan pesan itu dibalas nanti. Selagi berjalan melewati area kampus yang ditumbuhi pohon hijau berjajar, Yeji masih berpikir harus memberikan jawaban apa kepada lelaki itu sampai kemudian sosok Jungkook datang ke arahnya.

"Akhirnya aku menemukanmu. Bantu aku."

Yeji memutar bola matanya. "Apa lagi?"

"Dia akan melakukan pernebangan ke—" Jungkook mendadak terdiam ketika menyadari kehadiran orang lain di antara mereka. "Bisa kita bicara empat mata?" tanyanya menurunkan intonasi.

"Aku punya acara dengan temanku." Yeji menyentak sedikit kepalanya ke arah Mina.

"Sebentar."

Yeji tidak tahu kenapa suara Jungkook terdengar sedih ketika mengatakan hal itu. Sebersit kegelisahan juga berkelebatan di wajah Jungkook.

"Aku janji ini akan jadi yang terakhir," kata Jungkook memastikan.

Yeji mendadak ragu dan menoleh pada Mina.

Akhirnya Yeji meyakinkan diri menarik napas dan berujar rendah pada Mina. "Bisa kita pergi lain kali?"

Jawaban tadi membuat Mina melemparkan tatapan tak percaya. "Yeji-ah...?"

"Maaf. Kuganti di lain waktu, ya?"

"Kita kan sudah janji pergi bersama."

"Aku janji akan membayar waktumu dua kali lipat."

Namun, sebelum Yeji pergi Mina menahan tangannya membuat gadis itu berhenti. Bukan hanya Yeji tetapi Jungkook pun ikut berhenti dan menoleh.

"Kau serius akan pergi dengannya daripada denganku?" Wajah iba turut ditunjukkan Mina dengan sangat jelas.

Yeji menoleh pada Jungkook sesaat dan mengangguk ke arah Mina.

"Tapi kau sudah janji denganku lebih dulu."

"Maaf. Sungguh. Aku harus membantunya." Yeji melepaskan cengkeraman tangan Mina di pergelangan tangannya dengan sangat lembut, lalu berjalan cepat mensejajarkan diri dengan Jungkook.

"Dia kelihatan posesif," kata Jungkook meledek.

Yeji berdesis kecil. "Kau berhutang padaku."

Jungkook tertawa. "Aku tahu."

Sesaat, Yeji tertegun. Bukan jawaban Jungkook yang membuat Yeji tertegun. Melainkan tawa Jungkook yang terkesan tulus dan tidak dibuat-buat.

Kapan dia pernah tertawa begitu?

Hm, dia manis kalau tertawa seperti itu.

***

Ketika mobil Jungkook tiba di depan sebuah bangunan gedung apartemen yang pernah mereka datangi, Yeji segera turun disusul Jungkook.

Di dalam mobil tadi Jungkook membicarakan keberangkatan Siyeon sore ini ke luar negeri dan kemungkinan kembali akan sangat lama. Jadi, Jungkook tidak mau lagi menunda untuk menyatakan perasaannya.

Yeji menepuk bahu Jungkook sambil tersenyum. "Yang terpenting kumpulkan seluruh keberanianmu. Jangan pikirkan apa pun. Ingat baik-baik pelajaran yang baru kusampaikan tadi. Kau paham?"

Jungkook mengangguk mantap. Namun, hanya dalam hitungan detik keraguan itu kembali menguasai.

"Bagaimana kalau dia menolakku?"

"Itu urusan nanti."

"Aku takut," bisik Jungkook kalut.

"Aku lebih takut karena kau selalu melibatkanku dalam kisah cintamu. Sekarang cepatlah masuk."

Jungkook mengangguk kaku.

Baru beberapa langkah, Jungkook berbalik cemas. "Bagaimana penampilanku?"

Yeji menyorot tubuh Jungkook dari atas hingga kaki dan kembali lagi ke kepala, lalu membuat tanda lingkaran dengan telunjuk dan jempol. "Perfecto."

"Kau serius?"

"Tidak akan ada yang menolakmu." Kecuali aku.

"Aku mulai tidak yakin," ucap Jungkook lirih.

Yeji mendengus. "Jeon, sesuatu yang diajarkan pengalaman adalah ketika kau mencobanya. Besok, bulan depan, atau tahun-tahun berikutnya, jika kau hanya diam di tempatmu, kau tidak akan pernah tahu dengan siapa dia hidup."

Jungkook membuka mulutnya untuk menjawab, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar.

Ponsel Jungkook berdenting saat masih berupaya menormalkan degup jantungnya. Pesan singkat itu berasal dari Siyeon yang memberitahu jika wanita itu akan segera turun ke bawah.

"Oh! Dia akan datang," ujar Jungkook panik bukan main. "Kau tetaplah di sini. Jangan hilang dari pandanganku."

"Kenapa harus?"

"Kalau melihatmu aku langsung ingat potongan kalimat yang kupelajari semalam."

Sadar bukan saatnya Yeji tertawa, ia memendam baik-baik kegeliannya sendiri, lalu mengangguk. "Baiklah. Cepat selesaikan urusanmu."

"Jeon!"

Kepala Jungkook berputar kilat ke pintu masuk gedung. Siyeon tersenyum sambil melambai. Di tangan kanannya menggeret koper yang lumayan besar. Teji buru-buru menyingkir dan mengabil jarak yang cukup jauh.

"Katanya ada yang ingin kau sampaikan? Apa?" tanya Siyeon dengan wajah tenang.

"Itu...."

Deru napas Jungkook menjadi tidak terkendali dan pasang surut.

"Itu?" Siyeon menunggu sambil mengangkat alis.

"Noona, pergi hari ini?"

"Tentu saja. Sudah kukatakan padamu," katanya, kemudian mendnegus sebal. "Hah, seharus aku mentraktir anggota klub sebelum pergi mendadak begini. Tapi mau bagaimana lagi. Sekarang apa yang mau kau katakan? Katanya penting."

Sebanyak apa pun meneguk ludah, Jungkook tetap tidak bisa tenang. Cukup lama ia tidak bicara. Wanita di hadapannya terus memandanginya dengan cemas.

Ketika tatapan mereka bertemu, dunia seolah-olah berhenti berputar. Pikirannya mendadak kosong.

Namun, bukan hanya itu. Ada sebuah nama yang cukup menganggu. Kenapa di saat seperti ini justru nama Yeji yang terus berputar di kepalanya.

Apakah di belakang sana Yeji pergi meninggalkannya?

Apakah gadis itu masih ada di sana?

Membayangkan Yeji tidak ada di balik punggungnya sudah cukup menguras energinya.

Bahkan untuk menggerakkan kepala memastikan Yeji ada pun rasanya menjadi begitu sulit.

"Hei, Jeon Jungkook, kau oke?" Siyeon menggoyang-goyangkan telapak tangannya di depan wajah pemuda itu.

Sementara itu, di sisi lain, karena berpikir Jungkook sudah bisa menangani kecemasannya sendiri, Yeji mengutuskan keluar mencari udara segar.

"Aku menyukaimu," sahut Jungkook cepat dan tanpa sadar meninggikan tekanan suaranya karena gugup.

Pengakuan Jungkook itu membuat Yeji tersenyum. Tanpa menoleh menoleh sedikit pun, ia tetap melangkah.

Syukurlah, ternyata dia bisa mempraktikannya dengan benar.

Namun hal yang tidak disangka-sangka terjadi.

Jungkook berteriak lebih kencang dengan napas memburu, "Aku menyukaimu, Song Yeji. Ayo berkencan."

Suara itu membuat langkah Yeji langsung berhenti.

***

Jungkook gak santai :(

Part depan lebih gak santai.

Kalian harus banget nunggu sih. Aku gemes sendiri sama jungkook di part depan.

Bantu aku naikin mood dan semangat update dongg. Aku seneng banget baca komen kalian kemarin. Aku harap sih kalian bisa sesemangat itu penuhin kolom komen.

But overall gapapa lah ya. Nanti aku tetep up kok. Aku berusaha up secepat mungkin.

Makasih ya kalian yg sering support, terus masih nunggu cerita ini dan masih mau ngertiin aku yg jarang update. Tapi aku bakal selesain sampai akhir kok 😉💜

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

19.1K 2.6K 10
"Katanya, perasaan nggak ada yang bisa mengontrol, kan? Jadi, kalo gue masih sayang sama lo, gapapa, kan?"
86.8K 9.8K 41
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
MALOGIC ( BTS V FF ) V.G द्वारा

सामान्य साहित्य

196K 18K 35
Katanya tidak suka, tapi pemerhati Katanya tidak peduli, tapi pemikir Katanya tidak masalah, tapi khawatir Katanya biasa saja, tapi berdegup Tae-hyun...
Choose Family Lily द्वारा

फैनफिक्शन

1M 82.5K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...