Hellenium•Kth✓

By Vivi_Kim

159K 17.2K 3.2K

[ Complete Story ] Story About Kim Taehyung and V Kim. They are the twins brother. Story by, Vivi_Kim Cover... More

Prologue
Ch1. Cold that Warm
Ch2. V!
Ch3. V is My Inhaler!
Ch4: Visit My Mother!
Ch5: There is Love in His Eyes
Ch6: Could I Love Her?
Ch7: Memoria
Ch8: Young Forever
Ch9: This is Not Fair!
Ch10: Singularity
Ch11: Miss The Past
Ch12: Selfishness
Ch13 : Fake Smile
Ch14 : Worried About Taehyung.
Ch15 : Date?
Ch16 : Stubborn
Ch17 : Hope of V!
Ch18 : We are Twins!
Ch19 : Bad Feeling!
Ch20 : Maintaining Relationship
Ch21 : Regret?
Ch22 : Faithfulness in the Love!
Ch23: Park Jimin!
Ch25 : Jaehyun-ie!
Ch26 : Sick!
Ch27 : The Twins in Danger!
Ch28 : Kidnapped?
Ch29 : Survive!
Ch30 : Sweet Dream of the Twins!
Ch31: Revenge?
Ch32 : Mission Success!
Ch33 : Dinner.
Ch34 : Winter Bear.
Ch35 : Simple Happiness!
Ch36 : I'm so Tired.
Ch37 : Where is Taehyung?
Ch38 : Welcome back, Tae!
Last Chapter, 39 : Give Up or Regret?

Ch24 : Jung Yerin!

2.8K 396 47
By Vivi_Kim

Ciee apdet cepet 😚
Hayo-hayo jangan jadi siders mau bulan puasa nanti kalian dosa loh :v

Taehyung tahu banyak informasi tentang Jimin itu dari Jungkook.

Mulai dari kegiatan sekolahnya di SMP dulu. Jadi ketua osis yang dibanggakan murid-murid juga guru. Dan jangan lupakan ia selalu menjadi juara kelas.

Jadi, menyerahkan jabatan ketua osisnya pada Jimin ia rasa bukan kesalahan besar, kan?

Jungkook bilang, Jimin itu tidak seperti anak-anak lain. Orang tuanya gila kerja, tapi selalu menuntut Jimin untuk menjadi yang nomor satu. Itulah kenapa Jimin sangat membenci Taehyung kemarin.

Ia merasa Taehyung merebut semua kebahagiaan yang seharusnya Jimin dapatkan. Jimin mendapat makian di rumahnya karena tak bisa menjadi ketua osis, oleh karena itu ia melampiaskan rasa bencinya pada Taehyung.

Miris.

Dan, karena semua masalah sudah selesai, Jimin resmi menjadi sahabat Taehyung dan yang lainnya.

🖤

Taehyung mengetuk ruang kerja sang ayah yang berada di rumahnya sambil membawa nampan berisi makan malam.

Setelah mendapat intruksi dari dalam, Taehyung membuka pintu tersebut. Terlihatlah sang ayah tengah berkutat di depan laptop dan berkas-berkas penting perusahaan.

"Appa."

"Hm?" gumamnya, mata berlapis kacamata minus itu tidak lepas dari layar laptop.

"Makan malam dulu. Tadi Appa tidak makan bersama kami."

"Iya, letakkan di situ saja. Nanti Appa makan."

Taehyung meletakkan nampan itu di meja yang tak jauh dari meja kerja sang ayah.

"Appa."

"Iya, Tae?"

"Terima kasih Appa sudah mengizinkan aku untuk berhenti jadi ketua osis."

Taesung melepas pandangan dari laptopnya. Ia menatap sang anak yang tengah tersenyum padanya.

Memang saat Taesung mengizinkan putranya tuk berhenti jadi ketua osis Taehyung belum sempat mengucapkan terima kasih; karena ia buru-buru ke kantor ada urusan mendadak sampai hari ini. Ia pun baru pulang kerja satu jam yang lalu.

"Iya, sama-sama. Selama Appa tidak pulang, apa dadamu masih sering sakit?"

Taehyung menggeleng. "Aku tidak melakukan aktivitas yang berlebihan seperti dulu saat masih jadi ketua osis."

Taesung tersenyum tipis. "Baguslah. Sana masuk ke kamarmu, jangan lupa belajar. Oh iya, sekalian panggil saudara kembarmu dan suruh dia ke sini, Tae."

"Baik, Appa."

🖤

Malam yang buruk untuk Jung Yerin.

Karena malam ini sang ayah datang dan meminta menginap di rumahnya; lebih tepatnya rumah neneknya.

Tentu saja Yerin jadi kesal sendiri. Saat ayahnya datang pun ia sama sekali tidak memberikan senyum.

Terkesan kurang ajar memang, tapi mau bagaimana lagi? Yerin sangat membenci ayahnya sejak kejadian 'itu'.

"Yennie, makan malam bersama, yuk, Sayang," ajak sang nenek.

Yerin yang sedang telungkup di atas tempat tidur pun menggeleng tak mau.

"Ayolah, Sayang. Kasihan ayahmu sudah datang jauh-jauh. Dia ingin makan malam bersama kita."

Yerin tetap menggeleng. Sang nenek menghela napas dalam. "Kalau tidak mau makan bersama, Halmoni akan telepon Taehyung sekarang juga karena kekasihnya ini nakal."

Yerin langsung mengubah posisinya menjadi duduk, ia menatap neneknya dengan mata yang membulat lucu. "Kenapa jadi bawa-bawa Taehyung?"

"Memangnya kenapa? Kalau tidak mau, Halmoni akan menelepon Tae—"

"Baiklah aku mau!"

Dengan wajah cemberut, gadis itu pun bangkit dari tempat tidurnya. Ia berjalan menuju meja makan dengan malas-malasan, begitu sampai di sana ia melihat ayahnya tengah duduk sambil bermain ponsel; Yerin yakin laki-laki itu membalas pesan-pesan dari klien-nya.

"Oh, selamat malam, Yerin-ie!" sambut sang ayah; Jung Yeonho.

Yerin berdeham pelan, ia duduk di kursi yang berhadapan dengan sang ayah seraya menatap makanan yang berjejer rapi di depannya.

Pasti ini semua Appa yang beli.

"Ayo, di makan."

Dengan malas, gadis itu menyendok nasi dan mengambil semangkuk sup hangat. Memakannya dengan sangat terpaksa.

"Kau hanya makan nasi dan sup saja?" tanya sang ayah.

Yerin mengangguk. "Aku sedang diet," sahutnya sedikit ketus.

"Eyy! Anak Appa sudah cantik tanpa harus diet. Ayo, di makan ayam dan ikannya."

Karena Yerin tak kunjung mengambil ikan atau ayam, Yeonho pun meraih satu paha ayam; favorit putrinya, dan diletakkan di piring Yerin.

"Appa dengar, kau sudah punya kekasih, ya?"

Gerakan mengunyah Yerin terhenti, ia menatap sang ayah. "Kenapa?"

"Tidak apa-apa, kok. Appa hanya tidak menyangka putri Appa yang cantik sudah dewasa. Kau berpacaran dengan laki-laki yang baik, Yennie."

Di sisi lain, wanita tua yang menjadi nenek Yerin itu tersenyum tipis melihat Yeonho yang begitu sabar menghadapi sifat Yerin.

Sifatnya sangat berbeda dari yang dulu. Sekarang laki-laki itu sudah bisa mengontrol emosinya, tidak lagi egois seperti saat itu.

Yerin-ie, semoga kau bisa menerima ayahmu lagi ya, Sayang.

🖤

"Hei!"

Yerin terkejut begitu meja di hadapannya di gebrak secara tiba-tiba. Ia mendelik kesal ke arah Hoseok; selaku orang yang menggebrak meja.

"Kau ini kenapa dari tadi melamun terus, sih?" tanya Eunha.

Yerin menggeleng. Ia memberikan senyuman yang amat berbeda dari biasanya.

Di sampingnya, ada Taehyung yang juga tengah menatapnya bingung. "Kenapa, Jelly? Bisa ceritakan padaku? Kau sakit, hm?" Punggung tangan Taehyung menyentuh dahi kekasihnya, namun ditepis halus.

"Aku tidak apa-apa, Choco," lirihnya.

Sojung dan keempat teman perempuannya yang lain mengernyit heran, tidak biasanya Yerin begini.

Hoseok, Yoongi, V, Jimin dan Jungkook pun sama bingungnya. "Kalau ada masalah, coba ceritakan. Siapa tahu kami bisa bantu atau memberikan solusi, kan?" kata Yoongi, diangguki oleh semuanya.

Karena mood-nya benar-benar memburuk, Yerin langsung meninggalkan meja kantin juga makanan yang dipesannya.

"YERIN!" panggil mereka serempak.

Tak ingin terjadi sesuatu pada gadis itu, Taehyung pun berniat menyusul.

"Kalau sudah begini, aku yakin alien couple akan bolos pelajaran," tebak Yoongi.

Hoseok mengangguk. "Ya sudah kalau begitu demi menyelamatkannya dari guru-guru, aku dan V akan bilang kalau Yerin sedang tidak enak badan. Kau juga harus lakukan hal yang sama ya, Yoon."

"Oke."

🖤

Di koridor Taehyung terus memanggil nama Yerin, tapi tak digubris. Yerin malah berlari kecil menaiki tangga.

Taehyung tahu tujuan gadis itu. Kenapa tidak naik lift saja, sih? Kenapa harus tangga manual yang pastinya sangat melelahkan?

"Jelly, tunggu!"

Taehyung masih terus mengejar, sampai di tangga yang menghubungkan lantai empat dan rooftop, langkah remaja Kim itu terhenti.

"Akh!" Ia memegang dadanya yang terasa sakit. Kepalanya mendongak, matanya menangkap siluet tubuh Yerin yang sudah hampir sampai anak tangga terakhir.

"Hei, Jung Yerin! Bisakah kau berhenti? Dadaku sakit!"

Yerin menghentikan langkah, ia berbalik dan membulatkan mata begitu melihat Taehyung sudah berhenti dan berpegangan pada sisi tangga.

"Ya ampun, Choco!"

Ia turun lagi, cepat-cepat menahan tubuh Taehyung agar tidak jatuh dari tangga.

"Kenapa kau mengejarku, hah? Sekarang lihat! Kau jadi begini lagi!" bentaknya, diselingi air mata.

Taehyung tersenyum. Keyakinan kalau Yerin akan menghampirinya sudah terbukti. Sekarang gadis itu mengkhawatirkannya.

"Aku tidak akan membiarkanmu sendirian saat suasana hatimu sedang buruk," kata Taehyung pelan.

Yerin memapah tubuh Taehyung hingga sampai ke rooftop. Ia membantu Taehyung duduk di lantai, membiarkan punggung itu bersandar pada tangki air.

"Kau bawa obat?"

Taehyung mengeluarkan sebotol obat yang diberikan pamannya. Membuka tutupnya lalu mengambil sebutir obat berwarna putih tersebut.

"A-Aku akan meminta air minum dulu. Kau tunggu di sini, ya. Jangan pingsan, Choco."

Taehyung mengangguk samar. Ia menatap kepergian Yerin, setelah gadis itu sudah tidak terlihat lagi Taehyung tersenyum.

Sebenarnya ia hanya berakting saja. Tidak sepenuhnya, sih. Dadanya memang sakit, tapi tidak separah biasanya. Mungkin efek kelelahan karena berlari atau seperti memberi tanda kalau jantungnya sudah tidak kuat jika harus berlari lagi. Yerin saja yang terlalu khawatir.

Tapi tetap ia harus meminum obatnya. Agar rasa sakitnya tidak semakin parah.

Tak berselang lama Yerin sudah kembali dengan sebotol air minum di tangannya. Taehyung memasang wajah bingung, kenapa dia cepat sekali?

Yerin duduk di hadapan Taehyung sambil mengatur napas. "Ini di minum dulu," ujarnya.

"Terima kasih, Jelly."

Gadis itu hanya mengamati kekasihnya yang tengah menenggak obat sampai air minumnya habis setengah botol.

"Choco-ya, lain kali jangan begini, ya? Aku khawatir tahu."

Taehyung tersenyum lembut, ia menyimpan botol obatnya lagi di saku almamater sekolahnya lalu mengusap keringat di dahi Yerin dengan tangan kosong; mengingat ia tidak bawa sapu tangan.

"Kau mengkhawatirkanku? Aku juga mengkhawatirkanmu, Sayang. Sejak tadi kau selalu melamun. Ada masalah apa, hm?" Taehyung bertanya dengan suara rendahnya, membuat bulu kuduk Yerin merinding.

"Ini soal Appa," lirihnya. Ia menundukkan kepala, tak ingin menunjukkan wajah sedihnya.

"Kenapa dengan Jung Ahjussi?"

"Dia... dia memintaku untuk tinggal bersamanya lagi. Dia memintaku untuk pindah ke Gangnam. Aku tidak mau, Choco." Air mata gadis itu menetes.

"Kenapa tidak mau? Kan lebih dekat dengan sekolah dan juga aku," sahutnya.

"Aku masih membenci Appa. Karena dia, ibuku meninggal, hiks. Dia orang yang kasar, Choco. Dia egois. Aku tidak mau—"

"Hei!" Taehyung menangkup pipi Yerin yang sudah basah. "Dengarkan aku. Seburuk apa pun perlakuan orang tua kita, dia tetap berjasa bagi kita, Jelly. Ayahmu sangat menyayangimu. Kau putrinya, putri satu-satunya Jung Ahjussi."

Yerin masih menangis. Saat bel istirahat kedua sudah habis pun mereka tak memedulikan.

"Jelly, percayalah padaku. Dia sangat menyayangimu. Dia ingin yang terbaik untuk putrinya. Sekarang aku tanya, saat dia memintamu untuk ikut, apa dia memaksa?"

Yerin menggeleng.

"Lalu, saat ibumu meninggal apa dia datang?"

Yerin mengangguk. Kilasan masa lalu saat ibunya meninggal karena sakit keras kembali berputar di kepalanya. Terlebih saat itu sang ayah datang dengan wajah penuh penyesalan.

"Dan, sejak kau ditinggal ibumu, apa ayahmu melepaskan tanggung jawab? Apa dia membiarkanmu dan nenekmu kelaparan?"

Gadis itu menggeleng. Selama ini ayahnya selalu mengirimkan uang untuk Yerin. Mulai dari uang sekolah, uang jajan, bahkan tanpa Yerin minta pun beliau selalu mengirim uang. Kadang pula setiap minggu ia datang dan memberi uang untuk neneknya.

"Yerin-ie, semua orang punya hati. Dan semua orang bisa berubah karena rasa penyesalannya di masa lalu. Jadi, sebaiknya kau mulai menerima ayahmu lagi. Kasihan dia. Jangan kau ingat keegoisannya. Yang harus kau ingat adalah kasih sayang dan kebaikan yang pernah ia lakukan untukmu dulu. Pasti rasa bencimu perlahan akan luntur. Walau pun saat itu kita masih kecil, tapi aku ingat dengan jelas kau pernah naik ke bahu ayahmu saat dia baru saja pulang kerja."

Yerin memejamkan mata, bersamaan juga dengan air mata yang turun lagi. Menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan. Memorinya berjalan mundur, tepatnya saat ia berusia enam tahun. Ia begitu manja pada orang tuanya, bahkan saat ayahnya baru pulang kerja ia selalu minta digendong atau naik ke bahu tegap sang kepala keluarga hanya karena ingin menjadi pesawat terbang. Padahal ia tahu jelas kalau ayahnya lelah.

Mengingat semua itu membuat tangis Yerin pecah. Ia tidak bisa menahannya lagi. Yerin benar-benar menangis sampai menutupi wajahnya.

Tangisnya yang seperti anak kecil. Biasanya Taehyung akan tertawa jika Yerin sudah menangis seperti ini, tapi tidak untuk sekarang. Kekasihnya benar-benar sangat sedih.

Taehyung mencondongkan tubuhnya, memeluk tubuh gadis itu dan mengusap punggungnya lembut. Yerin membalas pelukan Taehyung erat.

"Tumpahkan saja semuanya jika itu bisa membuat hatimu lega, hm?" bisiknya.

Yerin mengangguk. Selama gadis itu menangis, Taehyung hanya bisa memberinya kehangatan.

Setelah tenang, Yerin melepaskan pelukannya. "Hiks. Hiks. A-Aku ha-rus bagaimana?" tanyanya dengan napas tersendat.

Taehyung mengusap sisa air mata yang masih membasahi pipi tembam kekasihnya. "Kau harus meminta maaf pada ayahmu. Katakan kalau kau juga sangat menyayanginya. Aku percaya kau gadis yang baik, Jelly."

Yerin mengangguk. Ia mengembuskan napas panjang tuk meredakan rasa sesak di dada karena terlalu banyak menangis. Ia melihat Taehyung yang tengah melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Bel sudah berbunyi hampir setengah jam yang lalu, mau kembali ke kelas?"

Yerin menggeleng. "Aku ingin membolos saja sampai pulang."

Taehyung terkekeh, ia menyubit pipi Yerin. "Nakal, ya? Ya sudah aku temani. Sini berbaring, sepertinya kau lelah, Sayang."

Taehyung menepuk-nepuk pahanya. Yerin langsung berbaring dan menjadikan paha Taehyung sebagai bantalnya, ia memosisikan dirinya membelakangi Taehyung. Keduanya tidak saling bicara, Taehyung mengerti jika saat ini kekasihnya lelah. Ia hanya memberikan usapan di kepala berharap Yerin bisa tidur.

Melihat paha Yerin terekspos begitu, Taehyung berinisiatif melepas almamater dan menutupi bagian bawah tubuh kekasihnya. Walaupun Yerin memakai celana pendek, tetap saja pahanya terlihat, kan?

Beruntung Taehyung bukan tipe lelaki mesum yang berpacaran demi kepuasan nafsu. Baginya, lelaki sejati itu yang bisa menjaga kekasihnya.

Menjaga luar dan dalam.

Bukan merusak lalu ditinggalkan begitu saja.

Taehyung pernah diceramahi ibunya soal itu.

Dan, ia berjanji akan selalu setia pada pasangan hidupnya.

🖤

Getaran singkat di ponsel milik Yoongi membuat sang empunya berdecak. Ia melirik guru di depan, setelah aman; barulah ia meraih ponselnya dari saku celana.

Taehyung Kim
Today

Hyung, aku bolos sampai jam pulang sekolah bersama Yerin. Kami berada di atap. Jika bel sudah berbunyi, kalian langsung pulang saja, biarkan tas kami di kelas. Karena Yerin tidak ingin turun sebelum sekolah benar-benar kosong.
2.50 PM.

Baiklah. Jaga dirimu baik-baik, Tae. Jangan sampai kelelahan.
Send, 2.52 PM
Read, 3.00 PM

Yoongi menunggu balasan Taehyung hampir lima menit, tapi alien hangus itu tidak kunjung membalas.

Aish, setiap diceramahi tentang kesehatannya dia selalu begitu.

"Yoongi-ya!"

"Ya?"

Mata Yoongi membulat kala guru di depan sana memperhatikannya entah sejak kapan. Apa dia melihatku bermain ponsel?

"Kerjakan soal nomor empat di papan!"

Yoongi mendesah lega sambil mengelus dadanya. Berhubung Yoongi sudah pernah belajar materi ini tahun lalu, tentulah ia tidak kesulitan. Dengan lihai, ia menulis rumus-rumus sulit tersebut di papan.

"Bagus, Yoongi. Saya kira kau lupa dengan rumus-rumus ini," kata guru itu setengah mengejek.

Yoongi merotasikan bola matanya malas. "Aku tidak sebodoh itu, Saem."

🖤

"Eomma pulang!"

Bocah laki-laki yang tengah bermain di ruang santai bersama dengan robot pun menoleh, ia langsung berdiri dan berlari menuju sang ibu yang baru saja pulang dengan dua kantung belanjaan di tangannya.

"Eomma kenapa lama sekali? Jaehyun-ie ingin bermain bersama Eomma," katanya manja.

"Iya maaf, Sayang. Tadi kasirnya ramai sekali, jadi Eomma harus mengantri, deh."

Orang itu; Hyunra, mengajak Jaehyun duduk di karpet yang terdapat banyak mainan. Ia menaruh belanjaannya di sana.

"Oh iya, Eomma punya cheesecake. Kau mau?"

Anak itu mengangguk mantap. Hyunra menyerahkan sepotong cheesecake yang ia beli di supermarket ke Jaehyun beserta sendoknya.

"Jaehyun-ie, sebentar lagi kau ulang tahun yang kelima, mau hadiah apa, hm?"

Jaehyun berhenti mengunyah. Ia menatap sang ibu sendu. "Aku ingin Eomma, Appa, Won-ie Noona, Tae Hyung dan juga V Hyung berkumpul bersama Jaehyun-ie. Kita akan piknik keluarga seperti yang tadi kulihat di film. Lalu kita akan membakar daging dan juga sosis bersama. Bisa, Eomma?"

Senyum Hyunra luntur. Ini permintaan Jaehyun yang mutlak. Permintaan yang sederhana, tapi apakah ia bisa mengabulkannya?

Untuk Taehyung, V, dan Yewon pasti mereka mau datang. Tapi Taesung?

"Eomma?" Melihat perubahan wajah sang ibu, Jaehyun menegur.

"Eomma kenapa?"

Hyunra menggeleng sambil menebarkan senyum lagi. "Ya sudah, Jaehyun-ie tenang saja, ya? Eomma akan usahakan mengundang mereka dan memaksa mereka untuk datang ke sini." Ia mencium kening Jaehyun.

Semoga Eomma bisa membawa ayahmu ke sini, Sayang.


Taehyung Jimin udah akur.

Taesung Hyunra kapan akur? 🙄

Jangan lupa vote dan komentarnya ya gaes 💜

Yodah gosah pada baper, orang chapter ini kaga sedih kok :v

Sabtu, 4 Mei 2019.

Continue Reading

You'll Also Like

147K 14.5K 26
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
87.6K 8.2K 32
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
811K 59.4K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
YES, DADDY! By

Fanfiction

312K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar