"Maaf hati, Lagi-lagi kamu jatuh pada orang yang salah"
-Starla Amodra.
Malam ini, anggota Cranioxx menghabiskan waktunya di markas utama. Cranioxx itu nyaris tak punya musuh, karena geng motor lainnya sangat segan dan menghormati Cranioxx. Hanya orang-orang yang tidak sayang nyawa yang berani berurusan dengan Cranioxx terutama Rigel.
Malam ini sepertinya Rigel sedang ingin menghajar orang karena cowok itu sudah lama tidak berkelahi dan itu membuat hidupnya terasa hambar. Buktinya Rigel kali ini hanya memakai boxer dan bertelanjang dada kemudian tangannya sudah memakai sarung tinju alias fight gloves, berdiri gagah di ring tinju untuk menghabisi samsak bayarannya. Ya, Rigel selalu menyewa orang untuk menjadi samsaknya guna melampiaskan hasratnya dalam berkelahi.
Tinju dan boxing adalah cabang olahraga favorite Rigel.
Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
Rigel meninju lima orang bayarannya secara bertubi-tubi. Berkelahi dengan satu orang saja tidak ada apa-apanya bagi Rigel karena tenaga cowok itu sebanding dengan sepuluh orang sekaligus. Sebab itulah Rigel membayar lima orang sekaligus untuk menjadi samsaknya.
Rigel masih sibuk memberi pukulan, sementara anggota Cranioxx yang lain menonton dari bawah ring.
"Gila! Dia manusia apa raksasa sih!" Gumam Zidan.
"Dulu nyokapnya ngidam apa sih?" Gumam Daniel.
"Ngidam roti sobek kali, lo lihat aja perutnya tuh!" Sahut Daniel.
"Aduh... Ototnya cuy bikin meninggoy." Ucap Zidan yang langsung mendapat toyoran dari Agam.
"Inget kelamin!" Peringat Agam.
"AYO MAS RIGEL! DEDEK JIDAN MENDUKUNGMU." Sorak Zidan heboh.
"MAS RIGEL SEXY BANGET, GAKUAT AKU GAKUAT!" Soraknya lagi.
"ADUH DAMAGENYA!" Sorak Daniel tak mau kalah.
"RAHIMKU ANGET MAS!" Teriak Zidan.
"HALALIN DEDEK BANG!" Teriak Daniel tak mau kalah.
Agam dan Aksara hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah kedua sahabatnya itu.
"Mereka temen lo?" Tanya Agam dengan menunjuk Daniel dan Zidan menggunakan dagunya.
"Temen lo!" Singkat Aksara.
"Temen lo juga!" Sahut Agam.
"Bukan!"
Setelah kelima samsak bayarannya itu terkapar lemah diatas ring, Rigel langsung melepaskan sarung tinju dari tangannya. Kemudian turun dari ring dan meneguk sebotol air mineral, ngomong-ngomong soal sebotol air mineral Rigel jadi teringat akan sosok Starla.
Daniel dan Zidan tiba-tiba menghampiri Rigel, dengan lancangnya kedua cowok itu menyentuh perut kotak-kotak alias sixpack milik Rigel.
"Apaan sih!" Bentak Rigel dengan menepis tangan mereka.
"Gue cuma mau menyentuh nikmat Tuhan." Jawab Zidan.
"Mubazir kalo dianggurin." Timpal Daniel.
"Gila!"
Tolong jelaskan, mengapa Rigel bisa bersahabat dengan dua cowok absurd sejenis Daniel dan Zidan.
"Eits... Gak boleh kasar!" Peringat Zidan dengan menggoyangkan jari telunjuknya.
"BACOT!" Setelah mengatakan itu, Rigel meninggalkan kedua sahabatnya menuju kamar mandi yang berada di markas untuk membersihkan tubuhnya yang penuh dengan keringat.
Bahkan saat bercucur keringat sekalipun, Rigel tetep terlihat sexy and hot.
***
Kini Rigel sudah mengenakan kaos polos hitamnya serta celana jeans yang dibagian lututnya sobek tak lupa dengan jaket kulit hitam berlambang Cranioxx di bagian punggung.
"Gue cabut dulu!" Pamit Rigel kepada para pasukannya.
"Baru juga jam sembilan," Sahut Agam.
"Iya, biasanya lo pulang pagi." Timpal Daniel.
"Oh gue tahu nih, pasti mau ngapelin Starla kan? Mentang-mentang punya pacar, gue dilupain sekarang. Sakit banget," Lebay Zidan.
"Serius lo mau apel?" Tanya Aksara.
"Nggak lah! Gila!" Sahut Rigel.
"Ah yang bener? Kalo mau apel juga gapapa kok nggak usah malu-malu gitu dong." Goda Zidan membuat Rigel benar-benar muak, rasanya Rigel ingin me- resign cowok itu dari panglima Cranioxx.
"Bacot! Gue ada urusan." Setelah mengatakan kalimat itu, Rigel bergegas keluar dari markas kemudian mengambil motor kebanggaannya dan segera melajukan motor itu meninggalkan area markas.
Sejujurnya, Rigel penggemar motor classic seperti harley dan vespa. Dirumahnya banyak sekali koleksi motor-motor dari yang paling jadul sampai yang keluaran paling terbaru. Karena Rigel dan Papa-nya sama-sama mencintai dunia permotoran, dulu Papa-nya juga merupakan geng motor. Dan dari Papa-nya lah Rigel mengenal motor serta ilmu permotoran lebih dalam.
Tapi menurut Rigel, motor sport lebih worth it dipakai sehari-hari.
Motor Rigel masih melaju dengan kecepatan normal, lalu kecepatannya berkurang ketika melihat gadis mungil tengah berjalan sendiri ditepi jalan, bahkan gadis itu masih memakai seragam yang sama persis seperti seragam sekolahnya. Merasa tak asing, motor Rigel langsung menghalangi jalan gadis itu.
Rigel membuka helm full-facenya "Mau kemana?" Tanya Rigel pada gadis itu.
Gadis itu tampak terkejut dan takut, akhirnya memilih untuk menunduk.
"Cari makan kak."
Jari telunjuk Rigel terulur mengangkat dagu gadis itu, "Kalo ngomong, tatap orangnya!" Titah Rigel.
"Maaf kak."
"Kenapa masih pake seragam?"
"Dari kerja kelompok, belum sempet pulang."
Rigel mengangguk "Naik!" Perintahnya.
"Hah?"
"Ck! Buruan naik ke motor gue!"
"Tap-"
"Naik Arana!" Perintah Rigel sedikit keras.
Karena takut, akhirnya mau tak mau Arana mengikuti perintah Rigel. Yap, gadis yang bersama Rigel sekarang adalah Arana. Sehabis pulang dari rumah Bintang gadis itu mampir ke kuburan orang tuanya dan toko buku terlebih dahulu.
Rigel segera melajukan motornya.
"Kak?" Panggil Arana pelan.
"Hm?"
"Kita mau kemana?"
"Cari makan kan?"
"Kak, aku bisa cari sendiri kok."
"Gue juga laper, jadi sekalian!"
Setelah itu motor Rigel berhenti tepat didepan cafe yang cukup booming di kota jakarta. Cafe bertema vintage itu terlihat sangat instagram-able tak heran jika banyak pengunjungnya.
Rigel hendak membuka helmnya, namun langsung dicegah oleh Arana.
"Kenapa?" Tanya Rigel.
"Pindah aja ya kak, jangan disini." Pinta Arana.
"Kenapa?" Tanya Rigel lagi.
"Emmm...nggak suka aja."
"Kenapa?" Tanya Rigel lagi.
"Mahal! Mending makan di tempat favorite aku aja."
Perlu kalian ketahui, Arana bukan type gadis yang cinta makanan dan suka ngemil. Arana paling anti membeli makanan mahal, karena prinsipnya murah, banyak dan enak. Dibanding untuk membeli makanan mahal, Arana lebih memilih untuk membeli barang-barang yang lebih berguna seperti buku.
"Oke!" Sahut Rigel.
Setelahnya, Rigel kembali melajukan motornya dengan pelan agar bisa lebih lama bersama Arana. Sesekali Rigel menatap Arana dari kaca spion. Dan kini, sampailah ditempat street food dengan arahan dari Arana.
Arana segera turun, kemudian menatap jajaran pedagang kaki lima di tepi jalan dengan berbinar persis seperti anak kecil yang diberi permen.
"Yakin mau makan disini?" Tanya Rigel tiba-tiba sambil melepaskan helm-nya.
Arana mengangguk dengan cepat "Kak Rigel nggak biasa makan di tempat kayak gini ya?" Tanyanya.
Tidak! Rigel malah suka makan ditempat sederhana seperti ini. Buktinya, Rigel dan teman-temannya sering makan di warkop, warteg, warpat dan angkringan daripada cafe dan restoran.
Yang Rigel herankan adalah kenapa Arana lebih memilih makan di street food daripada cafe tadi? Bukankah cewek-cewek lebih suka makan di cafe? Dan tempat elite lainnya?
"Ayok!" Ajak Rigel.
"Yuk!" Sahut Arana.
Rigel dan Arana beriringan berjalan mengelilingi street food sampai pada akhirnya berhenti di warung bertenda biru yang menjual nasi goreng. Keduanya langsung menduduki salah satu bangku dengan posisi berhadapan.
"Mang, nasi goreng spesial nya dua ya!" Ucap Arana memesan makanan.
"Siap! Minumnya apa neng?" Sahut pedagang nasi goreng.
Arana menatap Rigel, Rigel yang peka pun langsung menjawab "Air mineral!"
"Air mineral satu sama es teh, mang."
"Siap neng!"
Arana mencuri pandang ke arah Rigel, cowok itu kini tampak sibuk dengan ponselnya. Arana baru tahu, Rigel itu tidak sejahat dan semenyeramkan apa yang ia pikirkan. Cowok itu bahkan sangat baik kepadanya.
"Makasih kak." Ucap Arana tiba-tiba.
Rigel menatap Arana, dalam beberapa detik pandangan mereka bertemu namun Arana segera mengalihkan pandangannya.
"Untuk?" Tanya Rigel.
"Malam ini."
Rigel mengangguk.
Tak lama kemudian pesanan mereka datang.
"Mari silahkan dinikmati." Ucap Mang pedagang nasi goreng dengan menyajikan pesanan diatas meja.
"Makasih Mang." Ucap Arana.
"Sama-sama, kalo gitu Mamang lanjut bikin pesenan yang lain ya?"
"Siap!" Setelah itu, pria paruh baya itu berlalu.
Arana langsung menyantap nasi gorengnya dengan khidmat sementara Rigel malah sibuk menatap segelas air mineral di hadapannya. Entah mengapa saat melihat air mineral, Rigel jadi teringat sosok Starla. Gadis yang selalu memberinya air mineral dan coklat, entah apa maksud dari gadis itu.
"Kenapa nggak dimakan?" Tanya Arana.
Rigel langsung sadar dari lamunannya kemudian segera memakan nasi gorengnya dengan menatap Arana, gadis sederhana yang lagi-lagi membuatnya terkagum.
"Enak kan?" Tanya Arana.
Rigel mengangguk.
Setelah selesai, Rigel langsung membayar nasi goreng miliknya dan milik Arana. Tadinya, Arana ingin membayar sendiri tapi Rigel langsung mencegahnya. Dan Rigel langsung mengantarkan Arana pulang karena sudah larut malam apa lagi Arana masih mengenakan seragam sekolah.
"Sekali lagi makasih, kak!" Ucap Arana sesampainya mereka didepan kontrakan gadis itu.
Rigel mengangguk.
"Besok aku ganti uangnya."
"Nggak usah!"
"Tapi kak-"
"Nggak usah Arana!"
"Makasih ya."
Rigel mengangguk.
"Kalau gitu, gue cabut dulu." Pamit Rigel.
"Hati-hati."
Rigel mengangguk kemudian menjalankan motornya meninggalkan pekarangan kontrakan Arana.
Tbc.
So? Kalian tim Starla apa Arana?
Terimakasih dan maaf kalau masih banyak typo pertebaran.
1376 kata (8 April 2021)
@nillamaulida_