Lentera Humaira ✔

By pengagum_pena

8.5M 618K 18.6K

(Romance-Spiritual) Tahap Revisi. "Disaat kau merasakan cinta yang benar-benar tulus karena Allah. Maka, bag... More

Prolog.
1) Semu Merah.
2) Memilih Bertahan.
3) Chandra vs Arman.
4) Sekedar Pengasuh!
5) Masa lalu Fanya.
6) Akankah dia Cinta?!
7) Lentera Jingga
8) Cahaya Temaram
9) Istana Kasih.
10) Mau Sampai Kapan?
11] Mulai Khawatir
12] Mencari Sang Pengasuh.
13] Sisi Lain Seorang Arman.
14] Cemburu.
15] Terperangkap Pesona Si Pengasuh
16] Kenyataan Pahit
17] Kekecewaan.
18] Calon Istri?
19) Orang Ketiga
20] Menetap Atau Pergi?
21) Rapuh
22) Bidadari Yang Disia-siakan.
23) Menyerah
24. Benar-benar Pergi.
25) penyesalan.
26) Frustasi.
27) Pertanda Buruk.
28) Pertemuan.
29) Debar.
30) Perasaan Yang Terpendam.
31) Cinta Tapi Gengsi
32) Terlambat.
33) Khitbah Kedua.
34) Berjuang Sekali Lagi.
35) Lamaran.
36) Harapan kecil
37) Senyum Yang Patah.
38) Peri Kecil Rapuh.
39) Mengikhlaskan.
40) Saling Diam, Dalam detak.
41) Aku Cemburu, Maira!
42) Menjelang Akad.
43) Penculikan.
45) Surat Untuk Humaira
45) Surat Untuk Maira 2
46) Siapa Suamiku?
47) Takdir Yang Tak Terduga.
48) Masih Dengan Trauma Yang Sama.
49. Egois.
50 Menetap Di masalalu
51. Beranjak Dari Masalalu.
52. Terulang lagi.
53. Malaikat kecil.
54) Akhir.
Epilog
Extra Part 1
Sequel Lentera Humaira

44) Misi Penyelamatan.

109K 9K 320
By pengagum_pena

~Happy Reading~

Cinta tidak selalu egois, fitrahnya akan mengajarkan kita bagaimana caranya berjuang, merelakan, dan mengikhlaskan.

_Lentera Humaira_

Terkadang, ada beberapa kesalahan tak mampu di terima hati, sebab rasa percaya telah ikut retak bersama hati yang rimpuh kemudian menyalahkan takdir atas ketidak adilan yang menimpa diri. Padahal sebenarnya Allah menyiapkan hikmah dari setiap cobaan, Allah memberikan jalan dari setiap kesulitan, dan Allah akan memberikan kemudahan untuk orang yang bertawakkal. Terbiasalah untuk selalu berbaik sangka pada-Nya.

"Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang bertaubat." (HR Tirmidzi 2499; Shahih At-targhib 3139) Maira begitu tahu hadist ini. Lalu? Kenapa masih bingung dengan Arman? Apa tidak boleh dia bertaubat? Apa yang salah jika dia berubah? Semua orang berhak punya kesempatan kedua bukan? Perempuan yang meringkuk di balik semak itu tengah berperang dengan hatinya.

Padahal di luar sana Arman tengah berusaha mati-matian untuk mengalahkan dua penjahat yang silih berganti melancarkan serangan. Maira menutup telinga. Namun seerat apapun ia menutupnya tetap saja ada rasa tidak tega membiarkan mantan suaminya itu berjuang seorang diri.

Maira coba mengintip dari balik dedaunan semak yang menyembunyikan tubuhnya. Dia gemetar serta ketakutan, sebab pertarungan mereka begitu sengit. Dia bernapas lega ketika Arman berhasil melumpuhkan satu lawannya, detik selanjutnya dia terkejut ketika orang yang sempat Arman jatuhkan tiba-tiba bangkit dengan sebilah pisau di tangannya.

Baiklah, jika memang harus terluka, biarlah mereka sama-sama terluka. Maira mulai keluar dari semak-semak, tapi dia harus berbuat apa? Kemudian ekor matanya menangkap sebuah batang pohon yang sudah sedikit mengering. Langkah gemetar membawanya meraih kayu tersebut, dengan cepat Maira berlari ke arah orang yang mencoba menyerang Arman dari belakang. Tanpa babibu Maira langsung menghantam punggung orang itu hingga terjatuh ke tanah.

Dalam satu hantaman Arman berhasil membuat penjahat satu lagi terkapar tak berdaya. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Arman menghampiri Maira, dia begitu khawatir dengan keadaan Maira.

"Iya, gak papa. Mas sendiri tidak apa-apa? Apa Mas terluka?" tanya Maira balik. Jujur, dia juga sangat cemas dan khawatir.

Arman tidak menjawab, dia justru menyunggingkan senyum melihat kekhawatiran di mata Maira. "Apa kau takut aku terluka, Maira?"

"Hah? T-tidak, Mai cuma gak mau Mas terluka gara-gara nolongin aku." perempuan itu gelagapan, di saat seperti sekarang kenapa Maira harus sesalting ini?

Dalam hati keduanya banyak rasa yang tertunda untuk terlontar, banyak pertanyaan yang tak mampu di utarakan, banyak ungkapan yang tak mampu terlisankan. Lantas bagaimana jika dua insan saling diam memendam rasa?

Memang, ada perasaan yang jika tersampaikan akan saling menyakitkan. Pun ada rasa yang saling diam justru Allah satukan. Semesta tidak pernah bercerita tentang rahasia-rahasia di balik takdir-Nya, semua penuh kejutan, semua penuh rahasia. Seperti kisah sayyidina Ali dan sayyidatina fatimah yang terbungkus rapi dalam diam, tapi riuh doanya mampu menggetarkan Arash.

"Kamu tahu Maira? Ternyata dokter itu benar tentang cinta karena Allah. Disaat kita benar-benar mencintai karena-Nya, yang aku harapkan hanya kebahagiaanmu, sekalipun bahagiamu bukan aku."

Oh Allah, jangan lagi engkau ciptakan debar dalam kalbu jika tidak lagi ada jalan untuk kami bersatu. Bisik hati nurani Maira. "Kenapa Mas bisa di sini? Kenapa bisa tahu aku di cu-" alih pembicaraan Maira terpotong.

"Karena ini." Arman menyerahkan secarik kertas, "tadinya cuma mau ngasi itu sama kamu, tapi aku telat. Di persimpangan menuju rumahmu aku melihat mobil pengantin, jadi aku berniat menghadang mobilnya dan menyerahkan itu sebelum kamu sampai di pelaminan. Dan ternyata, mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi dan hampir aku kehilangan jejak, aku curiga, kenapa mobil itu malah membawamu kesini," ujar Arman menjelaskan panjang lebar.

Maira menerima surat dari Arman.
Disaat keduanya sibuk menyelami perasaan masing-masing, sebuah kilatan pisau tertangkap mata elang Arman-mencoba menyerang Maira dari belakang.

"Maira awas." lelaki itu memutar posisi menggantikan Maira, kaki kanannya menerjang perut sang penjahat, tapi sial, sebelum terpental dan terjatuh mata pisaunya menggores lengan Arman. Sampai kemeja biru muda yang dia kenakan memerah karena darah segar terus mengalir.

"Astaghfirullah, Mas."

Door!!

Mendadak satu tembakan menggema dalam kesunyian, Maira dan Arman membelalak kaget, namun serentak bernapas lega. Dava beserta tim berhasil melacak keberadaan Arman yang memang belum terlalu jauh dari lokasi perangkat sinyal handphone yang Bosnya gunakan. Setelah meringkus dua penculik tersebut barulah Dava dan Chandra menghampiri Maira.

"Bro! Lo gak papa kan? Apa lo terluka?" Dava membolak balik tubuh Arman padahal sudah jelas luka di lengannya masih basah. "Untunglah lukanya tidak lebih parah dari hati lo, jadi seenggaknya ini tidak terasa, kan?" Dava sedikit menekan luka sahabatnya.

"Ish!" Arman meringis.

"Dava, kamu bagaimana sih? Sudah jelas luka Mas Arman parah begini kamu masih sempat-sempatnya bercanda." Maira seperti tidak terima dengan perlakuan Dava pada Arman.

"Subhaanallah ... kamu makin cantik ya, Maira." bukannya menanggapi, lelaki itu justru memuji perubahan Maira.

Bug!

Kali ini suara itu berasal dari pukulan Chandra di pundak Dava. Dokter itu saja ikut gemas dengan ucapan lelaki rada tengil ini.

"Oh, iya. Mai sebaiknya kamu kembali duluan, semua orang khawatir menunggu kamu pulang," kata Chandra.

"Iya, Maira. Kamu kembali saja dengan Dokter ini." sambung Arman.

"Saya rasa kamu juga perlu ikut untuk membersihkan nama baikmu, Arman."

"Kenapa?"

"Karena secara tidak langsung kecurigaan semua orang Pasti tertuju padamu. Apalagi keluarga Maira."

"Begini saja, kalian bertiga pergilah. Gue harus usut tuntas dalang di balik semua ini." ucap Dava.

🍃🍃🍃🍃


Pukul 14,47 WIB

Plak!

Satu tamparan keras berhasil mencetak rona merah di pipi kiri Arman, baru saja dia menginjakkan kakinya di anak tangga teras rumah Maira. Tangan kokoh Ayah Maira sudah lebih dulu menyambutnya. Duda beranak satu itu tidak menjawab apalagi melawan, sebab jika ini terjadi pada Zhira mungkin dia akan melakukan hal yang lebih parah lagi.

Tidak puas dengan tamparan, Toni menghajar Arman secara membabi buta, Arman sendiri bingung bagaimana menjelaskannya, tapi untung di tahan oleh Chandra yang tadi sudah terlebih dulu masuk ke rumah Maira. "Tunggu, Paman. Biar kami jelaskan dulu kejadian yang sebenarnya."

Chandra membawa Toni duduk di ruang tamu beserta Arman dan juga Bunda lira. Sedang Maira segera di poles berhubung acara akad nikah masih akan di lakukan pukul tiga sore ini. Dan juga, kabar kembalinya Maira sudah sampai ke sana.
Penjelasan padat dari Chandra akhirnya membuat keluarga Maira percaya bahwa Arman benar-benar tidak bersalah.

"Terima kasih sudah menyelamatkan putri kami," kata Lira. "Tapi, maaf. Maira tetap akan kami nikahkan dengan Gus ilham. Maaf juga perlakuan suami saya."

"Saya sudah ikhlas jika memang bukan jodoh terbaik untuk Maira. Saya paham tidak semua kisah di satukan-Nya dalam sebuah ikatan. Tapi saya bersyukur mengenal Maira, terima kasih sudah menghadirkan perempuan seperti Maira ke dunia ini, Bunda."

Perkataan Arman sedikit membuat hati Lira terenyuh. Haruskah sepelik ini kisah putrinya? Dia tahu sirat perasaan Maira yang tak terlisankan. Naluri ke ibuan membuatnya paham betul yang putrinya rasakan. Namun nasi sudah menjadi bubur, tidak mungkin dia tega mengorbankan kebaikan lelaki bernama Ilham.

"Kalau begitu saya ...." Arman bangkit dari duduknya hendak pergi.

"Papa," panggilan itu serentak menarik semua pandangan untuk tertuju pada gadis kecil yang berdiri di ambang pintu. Rautnya bagai sembilu, membuat setiap tatap mengharu biru. Seperti ada senyuman yang patah. Langkah gontai kini membawa kaki kecilnya berdiri tepat di depan Sang Papa. "Pa, Papa tidak apa-apa?"

Mata Arman langsung berkaca-kaca, sesak sekali rasanya melihat wajah malaikat kecilnya seperti rapuh. Setelah tersenyum ia mengangguk. "Papa baik. Zhira sama siapa ke sini?"

"Mang Ujang," jawabnya cepat. "Pa."

"Hmm?"

"Bolehkah kita tinggal sampai acaranya selesai?"

Bagaimana ini Ya Rabb? Bertahan di tempat ini saja sulit, apalagi harus menjadi saksi pernikahan Maira? "Kita pulang saja ya, Peri Cantik." Arman mencoba setegar mungkin.

Nazhira mantap menggeleng. Membuat Arman berpikir, sadarkah Zhira acara apa ini? Pahamkah Zhira bahwa dia benar-benar akan kehilangan hak atas Maira setelah acara ini? Lelaki itu mengedarkan pandangannya, mencari persetujuan boleh atau tidak dia tinggal?

"Kau boleh mengikuti acara ini sampai selesai, dan buktikan jika kau benar-benar ikhlas." jelas Toni.

Bersambung....

Makasih buat kalian yang masih mau bertahan dengan cerita receh ini...

Jangan lupa komen, vote dan bantu tandain typo ya gaes. 😅

Syukron...
Jazakumullahu khairan katsir...

Wassalamu'alaikum...

Continue Reading

You'll Also Like

75.3K 3.8K 24
Ayana tidak tahu tentang lelaki yang menikahinya. Saat khitbah dan akad terjadi, dirinya sedang mempersiapkan program pemberdayaan masyarakat di seki...
6.9M 489K 60
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
2.6M 406K 44
Gimana sih rasanya dijodohin sama cowok ganteng, paham agama, lemah lembut, cintanya tulus banget, tapi tunanetra?! *** "Kenapa Dek Qia mau nikah sam...
4.9M 152K 12
Marriage life. Afrah menolak untuk di jodohkan dengan tetangganya yang bernama Ibra. Padahal, dari segi apapun, dari segi manapun, Ibra itu sosok su...