Hellenium•Kth✓

Da Vivi_Kim

158K 17.2K 3.2K

[ Complete Story ] Story About Kim Taehyung and V Kim. They are the twins brother. Story by, Vivi_Kim Cover... Altro

Prologue
Ch1. Cold that Warm
Ch2. V!
Ch3. V is My Inhaler!
Ch4: Visit My Mother!
Ch5: There is Love in His Eyes
Ch6: Could I Love Her?
Ch7: Memoria
Ch8: Young Forever
Ch9: This is Not Fair!
Ch10: Singularity
Ch11: Miss The Past
Ch12: Selfishness
Ch13 : Fake Smile
Ch14 : Worried About Taehyung.
Ch15 : Date?
Ch16 : Stubborn
Ch17 : Hope of V!
Ch19 : Bad Feeling!
Ch20 : Maintaining Relationship
Ch21 : Regret?
Ch22 : Faithfulness in the Love!
Ch23: Park Jimin!
Ch24 : Jung Yerin!
Ch25 : Jaehyun-ie!
Ch26 : Sick!
Ch27 : The Twins in Danger!
Ch28 : Kidnapped?
Ch29 : Survive!
Ch30 : Sweet Dream of the Twins!
Ch31: Revenge?
Ch32 : Mission Success!
Ch33 : Dinner.
Ch34 : Winter Bear.
Ch35 : Simple Happiness!
Ch36 : I'm so Tired.
Ch37 : Where is Taehyung?
Ch38 : Welcome back, Tae!
Last Chapter, 39 : Give Up or Regret?

Ch18 : We are Twins!

2.9K 415 75
Da Vivi_Kim

Jangan lupa vote dan komentarnya ya biar authornya nambah semangat buat ngelanjutin cerita ini :)

"Bagus Kim Taehyung, V Kim. Kalian bolos sekolah dan malah pergi ke rumah ibu kalian."

Taehyung menundukkan kepala, ia tak berani menatap sang ayah yang tengah duduk di sofa.

"Taehyung ke rumah Eomma karena semalam aku sakit." V menjawab.

"Omong kosong," cetusnya.

"Tidak, Appa. V semalam benar-benar sakit. Tubuhnya panas sekali. Dia tidak bohong."

Taesung menghela napas. Ia memijat pelipisnya yang mendadak pusing. "Oke. Untuk saat ini, kalian terbebas dari hukuman. Jika besok kalian ketahuan bolos lagi, sudah tidak ada ampun."

🖤

Remaja kembar itu menghempaskan tubuh lelahnya ke tempat tidur milik Taehyung. Salah satu dari mereka; yang lahir lebih dulu memejamkan mata. V melihatnya. Melihat bagaimana kerapuhan Taehyung. Melihat bagaimana kakak kembarnya ini berpura-pura kuat di depan orang lain.

Entah dapat bisikan dari mana, V memiringkan tubuhnya ke arah Taehyung dan memeluk saudara kembarnya.

Taehyung tersentak kecil begitu merasakan tangan V melingkar di atas perutnya.

"Jangan pernah merasa sendiri, Tae. Aku ada di sini. Di sampingmu."

Taehyung tersenyum kecil. "Kenapa tiba-tiba jadi kucing penurut begini, eoh?" Ia terkekeh. "Jangan khawatir, aku kuat menghadapi semua ini sendiri, V."

"Bullshit! Aku tahu kau tidak sekuat itu. Kalau kau butuh sesuatu, kau bisa datang padaku, Tae. Kita ini kembar, saling membutuhkan satu sama lain."

Perasaan Taehyung sedikit lega melihat perubahan V. Walau pun sifat juteknya suka kambuh, tapi setidaknya V sudah bisa menjadi pribadi yang hangat lagi; meski tidak terlalu kentara.

"V?"

"Hm?"

"Kalau sifat Appa tidak pernah berubah, bagaimana aku bisa memberitahu kesehatanku padanya," lirihnya.

V membuka kedua matanya, mengubah posisinya menjadi duduk.

"Kau tahu, V? Samchon bilang, jika penyakitku dibiarkan begitu saja, aku beresiko terkena penyakit jantung koroner atau kanker paru-paru."

Tubuh V menegang. Jantung koroner dan kanker paru-paru katanya?

Itu bukan penyakit yang sepele. Bahkan penyakit jantung masih menjadi pembunuh nomor satu di dunia. Ah, V ingat, dulu Taehyung juga pernah memberitahu hal ini.

"Apa yang harus aku lakukan untuk membantumu, Tae?"

Taehyung menggeleng. "Kau tidak perlu membantu apa pun. Karena cepat atau lambat, aku pasti akan mati juga."

"Kim Taehyung!" V membentak saudaranya. "Aku tidak suka kau bicara seperti itu, Tae. Kau bisa memulai hidup yang lebih sehat, aku bisa membantumu."

Taehyung tersenyum lebar. Ia ikut bangkit dan duduk di samping saudaranya, rambut lelaki itu sedikit berantakan pasca berbaring tadi.

"Terima kasih, V. Oh iya, kemarin saat di sekolah Irene Noona mencarimu." Taehyung mengalihkan pembicaraan, tak ingin membuat mood V langsung buruk karenanya.

"Seharusnya kemarin aku bisa mendengar pernyataannya. Pasti dia marah padaku karena tiba-tiba aku menghilang tanpa kabar."

Telapak tangan Taehyung mendarat di bahu kiri saudaranya. "Jangan cemas. Irene Noona tidak marah, ia justru mengkhawatirkanmu. Justru itu, besok masuk sekolah."

🖤

Malam harinya, setelah Taehyung terlelap; padahal jam baru menunjukkan pukul delapan malam, V mencari-cari informasi di google tentang perokok pasif melalui laptopnya.

Ia meng-klik salah satu dari sekian banyak artikel di google. Dan membaca isinya dengan serius.

"Buah apel bisa mengurangi asap di paru-paru perokok pasif?" tanyanya entah pada siapa. Selanjutnya ia menghela napas. Saudara kembarnya itu pemilih sekali. Tidak semua buah ia suka. "Tapi kan Taehyung tidak suka apel. Ah, Ya Tuhan aku bingung."

Ia mematikan laptopnya dan membaringkan tubuh. Kedua netra cokelatnya memandang langit-langit kamar.

"Taehyung-ah, kau harus bisa sembuh. Berjanjilah padaku, kita akan menyatukan kedua orang tua kita lagi, kan?"

🖤

"CHOCO!"

Taehyung baru saja duduk di kursi kelasnya, seorang gadis berteriak di pintu kelas dengan tiba-tiba.

"Jelly, ini masih pagi!"

Gadis itu tak peduli. Ia mengeser kursi agar bisa berdampingan dengan Taehyung. "Kemarin ke mana saja, sih? Kenapa nomormu tidak aktif? Aku chat juga tidak di balas. Saudara kembarmu juga sama saja." Yerin mendengus setelahnya.

Taehyung mengapit hidung Yerin dan menariknya.

"Hei!"

Laki-laki itu tertawa. "Cerewetnya kekasihku ini. Aku baru masuk harusnya kau menanyai kabarku, Jelly. Bukan memarahiku di pagi yang mendung ini."

Yerin mendengus; lagi. Ia mengusap hidungnya yang merah akibat ulah Taehyung.

"Kim Taehyung, Jung Yerin, kalau mau pacaran jangan di kelas." Salah satu teman Taehyung protes karena sedari tadi pasangan alien ini sangat berisik.

"Apa, sih? Jomblo iri saja," ketus Yerin.

Ia menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi.

"Kau sudah sarapan?" tanya Taehyung, jemarinya membenarkan poni Yerin yang sedikit berantakan.

"Sudah. Kalau kau?"

Taehyung mengangguk sok imut. "Nanti saat istirahat pertama kita makan bersama, ya?"

"Tidak mau."

"Kenapa?"

Yerin melirik sekitar, setelah di rasa aman, ia mendekatkan bibirnya ke telinga Taehyung. "Aku sedang diet."

"Hah? Untuk apa diet?"

Ia membekap mulut Taehyung. "Ssttt! Jangan keras-keras, Choco!"

Taehyung menjauhkan tangan Yerin yang menutupi mulutnya. "Jelly, tidak perlu diet. Aku tidak suka."

"Kau tidak lihat ini?" Yerin mencubit pipinya, "Pipiku berlemak, pahaku juga, lenganku juga. Tubuhku sudah ditimbun lemak jahat itu, Choco," remgeknya.

Sungguh, Yerin lucu sekali. Terlebih saat ia mencubit pipi, paha, dan juga lengan; ingin menunjukkan lemak-lemak yang bersarang di anggota tubuhnya.

"Aku lebih suka yang begini, Jelly-ku Sayang."

"Tapi aku tidak suka."

"Hei, kau tidak gemuk. Kau itu montok. Lihat Eunha, dia percaya diri saja dengan tubuhnya yang begitu. Pipinya besar. Aku suka perempuan berpipi besar. Kalau pipimu tirus, jangan salahkan aku kalau aku lebih memilih mencubit pipi Eunha, ya?"

"Choco Kim..." Yerin merengek dengan nada manja.

"Apa Jelly Jung?"

"Aku tidak mau kau mencubit pipi Eunha."

Taehyung tertawa pelan. Ia mengusak surai hitam Jelly-nya.

"Kim Taehyung, kenapa baru masuk?"

Seketika suasana kelas menjadi mencekam saat Yoongi datang. Yang di ajak bicara meneguk ludahnya susah payah, matanya memberanikan diri menatap Yoongi yang berjalan ke mejanya.

"Bisa-bisanya kau bolos saat tugas osis sedang menumpuk. Menambah pekerjaanku saja." Setelah berbicara begitu, Yoongi menatap Yerin. "Kau sedang apa di sini?"

"Kau lihatnya aku sedang apa?"

"Aish, pusing kepalaku. Satu alien saja sudah membuatku kesal, ditambah satu alien lagi. Apa planet  Mars sedang mengadakan pengurangan penduduk?"

"HEI, MIN YOONGI!"

"BERISIK, JUNG YERIN!"

"HEI, KALIAN BERDUA BERISIK!"

"KIM TAEHYUNG, MIN YOONGI, JUNG YERIN! KALIAN SEMUA BERISIK, SIALAN!"

"DIAM!"

Dan akhirnya, murid yang tadi protes langsung bungkam begitu diserang tiga makhluk ciptaan Tuhan.

🖤

Di kelas 2-4, pelajaran Bahasa Inggris sedang berlangsung. Guru di depan sana; Bae Irene, sedang menerangkan. Sebagian murid ada yang memperhatikan, sebagian lagi mengantuk.

Padahal, jika disandingkan dengan Matematika, pelajara Bahasa Inggris jauh lebih mudah.

"Oke. Tugas kalian adalah menghafal cerita fabel yang bisa kalian cari di google, lalu ceritakan kembali di depan kelas menggunakan bahasa inggris. Mengerti? Hari Jumat saya—"

"Saem, tidak mungkin kami menghafal cerita dalam waktu dua hari. Bagaimana dengan hari Rabu? Ku mohon."

Irene terkekeh mendengar permohonan muridnya. "Baiklah. Tapi, yang sudah hafal boleh mulai praktik di hari Jumat, ya."

Bel istirahat pertama berbunyi. Para murid langsung bersorak girang dan berhamburan keluar kelas. Menyisakan Yerin yang sedang memasukkan buku ke dalam tas, Hoseok yang ingin tidur dan V yang memainkan ponsel.

"Noona?" V memanggil Irene begitu gadis itu hendak keluar kelas.

"Iya?"

"Bisa kita bicara berdua?"

Irene mengangguk. "Tunggu di rooftop, aku akan meletakkan buku-buku dulu di meja guru."

V masih bingung. Sebenarnya gadis itu marah atau tidak padanya karena masalah kemarin? Ia mengembuskan napas, dan langsung bergegas menuju rooftop tanpa berpamitan pada Hoseok.

Berpamitan pun percuma, remaja yang dijuluki kuda laut oleh V itu sudah tertidur. Lihat saja air liurnya yang sedikit keluar dari sudut bibir.

🖤

Setelah meletakkan semua buku-buku yang dipakai untuk mengajar, Irene bergegas menghampiri V di rooftop.

Sejujurnya ia masih kesal pada remaja itu. Kenapa menghilang selama dua hari? Bukankah mereka sudah berjanji untuk merontokkan kelopak mawar merah di hari Senin?

Irene menghela napas. Kakinya yang ramping melangkah masuk ke dalam lift, ia menekan angka empat di tombol itu.

Setelah sampai di lantai empat, barulah ia menaiki tangga yang menghubungkan dengan atap sekolah. Ia membuka pintu kayu dengan pelan, sontak membuat remaja yang berdiri di dekat pembatas besi menoleh.

Irene memberikan senyum untuk V. Senyum yang baru ia perlihatkan sekarang; karena saat mengajar tadi Irene benar-benar memasang wajah jutek saat melihat V.

"Noona, kau marah padaku?" tanya V.

"Tidak."

"Lalu kenapa dari tadi wajah Noona asam sekali saat menatapku?"

"Aku hanya kesal. Dua hari menghilang, di telepon tidak bisa. Aku khawatir, V! Aku takut kau kenapa-napa seperti waktu itu." Mata Irene berkaca-kaca.

Ingatkan kalau Irene dan Yerin itu berbeda. Hati Irene terlampau lembut dan sifat wanitanya terpampang jelas sekali. Berbeda dengan Yerin yang sedikit tomboy namun kalau sudah menangis akan terlihat seperti bocah tk.

"Aku minta maaf, Noona." V menyesal.

Irene mengusap matanya yang sudah basah. "Tidak apa-apa."

Melihat Irene masih saja menangis, V berinisiatif menghapus air mata Irene dengan ibu jarinya. "Jangan menangis, Noona. Kau membuatku semakin merasa bersalah," lirih V.

V merogoh saku celananya, mengambil permen coklat dan memberikannya pada Irene. "Kata ibuku, jika wanita sedang menangis berilah cokelat. Yah, karena aku tidak punya cokelat, jadi aku memberikanmu ini. Tidak apa, kan? Ini juga cokelat, kok."

Gadis itu mengambil permen dari tangan V. "Terima kasih," cicitnya.

V mengangguk. Sembari menunggu Irene membuka bungkus permen dan memakannya, V menyingkirkan helaian rambut yang menempel di pipi basah Irene.

Walau pun V lebih muda tiga tahun, sifatnya dewasa sekali dibandingkan Irene. Itulah yang Irene sukai dari remaja itu. V memang dingin, bermulut pedas, dan kejam; itu kata murid lain.

"Noona, kau membawa bunga mawar yang kuberikan?"

Sambil mengulum permen, ia menggeleng. "Sudah kubuang," jawabnya singkat.

"Apa itu artinya... Noona menolakku?"

"Tidak juga."

"Lalu?" Oh, ayolah. V tidak suka dibuat penasaran begini.

"Itu bukan bunga plastik, jadi bisa layu. Dan karena bunganya layu jadi aku buang saja. Lagi pula aku bisa menentukan jawaban tanpa bunga." Mata sipit gadis itu bertemu dengan mata elang milik lelaki di depannya. "Aku mau menjadi kekasihmu," ujarnya pelan.

Mata V membelalak. Ia memegang kedua bahu Irene dan sedikit menggerakkannya. "Noona serius, kan?"

Irene mengangguk sambil mengerjapkan matanya lucu.

"Terima kasih, Noona. Terima kasih, aku menyayangimu. Aku mencintaimu."

🖤

Bel istirahat selesai, Taehyung tidak langsung kembali ke kelas. Ia ke toilet dulu tuk menuntaskan panggilan alam. Hari ini ia senang sekali. Melihat Yewon dan Yerin makan banyak di kantin menjadi sumber kebahagiaan sendiri bagi Kim Taehyung.

Yerin memutuskan untuk diet, Taehyung tidak suka itu. Ia lebih suka tubuh Yerin yang berisi dibandingkan kurus seperti murid-murid lainnya. Oleh karena itu Taehyung bertekad untuk membelikan Yerin makanan yang banyak.

"Taehyung?"

Langkah pemuda Kim itu terhenti saat ada yang memanggilnya begitu keluar dari toilet.

"Oh, Jungkook. Kenapa? Kau ke mana saja? Sudah seminggu lebih aku tidak melihatmu dan Jimin," kata Taehyung.

Jeon Jungkook mengernyit bingung. "Kau tidak tahu kalau kami di skors karena sudah membuatmu masuk rumah sakit?"

Taehyung menggeleng. "Kenapa bisa? Aku tidak pernah membeberkan pada orang-orang siapa yang sudah membuatku masuk rumah sakit."

Jungkook tersenyum tipis. Sambil berjalan santai menuju kelas, mereka mengobrol. "V tahu sendiri, Tae. Dia menghajarku habis-habisan. Tapi sungguh, aku tidak berniat—"

"Tidak apa-apa, Jung. Anggap saja itu kecelakaan."

"Kau tidak dendam padaku?"

Taehyung tertawa renyah. "Dendam? Hei, kita sudah SMA. Sudah bisa berpikir dewasa, kan? Tidak mungkin aku dendam karena masalah itu," ujarnya. Taehyung menepuk-nepuk bahu Jungkook dua kali, "kau temanku, mana mungkin aku menyimpan dendam. Eum... soal kau dihajar V, aku mewakili anak itu untuk meminta maaf, ya?"

Detik ini juga Jungkook berpikir keras tentang sifat Taehyung yang dewasa. Taehyung masih menganggapnya teman, padahal ia sudah membuat Taehyung hampir kehilangan nyawa.

Jungkook merasa jadi manusia paling jahat sedunia karena sudah menurut apa kata Jimin. Hanya karena Jimin kalah saat pemilihan ketua osis, ia dendam pada Taehyung.

"Tae, boleh aku menjadi temanmu?"

🖤

"Hyung."

"Hmm."

"Hyung..."

"Apa, Tae?"

Tak ada sahutan lagi dari sahabatnya. Yoongi mendongak, menatap Taehyung yang kini terdiam.

"Ada apa?"

"Saat kembali dari toilet, aku bertemu Jungkook."

"Iya, lalu?"

"Dia meminta maaf atas perbuatannya selama ini padaku, Hyung. Dia juga ingin berteman denganku. Teman kita bertambah satu, Hyung."

Pemuda pucat itu menghela napas, ia meletakkan pulpennya di atas buku yang terbuka. "Jangan mudah percaya, Taehyung. Bisa jadi itu hanya akal-akalan Jungkook dan Jimin saja agar mereka bisa lebih leluasa menyakitimu," ujarnya.

Taehyung bungkam. Benar juga apa kata sahabatnya, bisa jadi Jungkook hanya pura-pura, kan? Ah, tapi Taehyung tidak ingin berburuk sangka dulu.

Ia lebih suka mengetahui kebenaran secara langsung, bukan dari mulut orang lain. Itulah Kim Taehyung.

🖤

Jam pelajaran keenam, Jimin bolos. Ia menuju tempat sepi untuk menenangkan otak dan hatinya yang panas karena Jungkook.

Ya, Jungkook.

Tadi, remaja Jeon itu menyuruh Jimin tuk menyudahi dendamnya dan meminta maaf pada Taehyung. Jelas Jimin tidak mau, karena menurutnya ini bukanlah masalah sepele.

"Sialan kau, Kim Taehyung. Kau sudah mengambil sahabatku dan mencuci otaknya," geram Jimin. Ia menyulut rokok kuat-kuat dan mengembuskan asapnya ke udara. "Aku tak akan tinggal diam. Kau harus menerima kejutan dariku, Tae."


Apdet cepet kan? Hiya hiya hiya :v

Btw, besok vivi udah mulai uji kompetensi gaes.. Minta doanya, semoga lancar sampe selesai 🙏🏻

Vivi up lagi kalo uji kompetensi udah kelar hehehe..

Btw, udah ketebak siapa yang bakalan tersiksa di chapter selanjutnya? 🌚


Taehyung : Jangan jadi siders ya, Sayang. Karena buat ff itu ga main asal ketik aja loh..

All reader : Siap, Tae Sayang! /Hormat

See you in the next chapter 😘😘

Minggu, 07 April 2019

Continua a leggere

Ti piacerà anche

250K 36.9K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
492K 49.4K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
99.9K 9.7K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
72.3K 6.5K 49
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...