Lentera Humaira ✔

By pengagum_pena

8.5M 618K 18.6K

(Romance-Spiritual) Tahap Revisi. "Disaat kau merasakan cinta yang benar-benar tulus karena Allah. Maka, bag... More

Prolog.
1) Semu Merah.
2) Memilih Bertahan.
3) Chandra vs Arman.
4) Sekedar Pengasuh!
5) Masa lalu Fanya.
6) Akankah dia Cinta?!
7) Lentera Jingga
8) Cahaya Temaram
9) Istana Kasih.
10) Mau Sampai Kapan?
11] Mulai Khawatir
12] Mencari Sang Pengasuh.
13] Sisi Lain Seorang Arman.
14] Cemburu.
15] Terperangkap Pesona Si Pengasuh
16] Kenyataan Pahit
17] Kekecewaan.
18] Calon Istri?
19) Orang Ketiga
20] Menetap Atau Pergi?
21) Rapuh
22) Bidadari Yang Disia-siakan.
23) Menyerah
24. Benar-benar Pergi.
25) penyesalan.
26) Frustasi.
27) Pertanda Buruk.
28) Pertemuan.
29) Debar.
30) Perasaan Yang Terpendam.
31) Cinta Tapi Gengsi
32) Terlambat.
33) Khitbah Kedua.
34) Berjuang Sekali Lagi.
35) Lamaran.
36) Harapan kecil
37) Senyum Yang Patah.
38) Peri Kecil Rapuh.
39) Mengikhlaskan.
40) Saling Diam, Dalam detak.
41) Aku Cemburu, Maira!
42) Menjelang Akad.
44) Misi Penyelamatan.
45) Surat Untuk Humaira
45) Surat Untuk Maira 2
46) Siapa Suamiku?
47) Takdir Yang Tak Terduga.
48) Masih Dengan Trauma Yang Sama.
49. Egois.
50 Menetap Di masalalu
51. Beranjak Dari Masalalu.
52. Terulang lagi.
53. Malaikat kecil.
54) Akhir.
Epilog
Extra Part 1
Sequel Lentera Humaira

43) Penculikan.

108K 8.4K 243
By pengagum_pena

Cinta itu seenaknya ya, dia egois, dia datang sesuka hati tanpa perlu di minta. Tapi, dia selalu menolak untuk pergi ketika kita berusaha mengusirnya.

_Lentera Humaira_

Mata sendunya mengerjap beberapa kali, semua terasa gelap, beberapa saat yang lalu Maira berusaha kabur dari mobil yang ternyata bukan milik keluarga calon suaminya. Maira baru tersadar ketika mobil itu tidak menuju tempat akad melainkan ketempat asing yang tidak Maira ketahui. Dan sekarang perempuan itu terkurung di sebuah ruangan dengan tangan terikat kebelakang.

"Tolong!! Siapapun, tolong lepaskan saya!" teriak Maira sambil berusaha membuka ikatannya. "Tolong!!"

Brak!!

Seseorang memukul pintu dengan keras, Maira sampai terperanjat kaget.

"Diam!!" bentaknya.

Maira ingin menangis, siapa sebenarnya penculik ini? Untuk apa menyandera Maira? Atas dasar apa? Apa dia orang suruhan Arman? Atau Chandra? Apa modus di balik penculikan ini? Semua persepsi seakan berdatangan dalam benak Maira. Drama apalagi ini? Sedramatis ininkah, hidupnya?

"Ya Allah ... hamba mohon bantu hamba lepas dari tempat ini, bukan karena hamba takut ini akhir dari hidup hamba, karena sejatinya setiap napas dalam semesta akan terhenti bersebab kuasa-Mu. Hamba hanya tidak mau mempermalukan keluarga besar calon suami hamba dan juga keluarga hamba. Lindungi hamba, kehormatan hamba dan juga iman hamba. Aamiin.." lirihnya getir.

Maira bangkit dari tempat ia duduk, pergelangan tangannya terasa sangat perih, mungkin saat ini sudah memerah akibat percobaan buka paksa yang dilakukannya sejak tadi.

"Bos bagaimana dengan tawanannya? Kami sudah berhasil menculiknya sesuai yang Bos minta." lapor seseorang dari balik pintu.

Maira semakin mendekat ke pintu untuk mendengarkan percakapan mereka.

"Terserah, mau kalian apakan perempuan ini. Saya hanya ingin lelaki sok kuasa itu, menderita! Mau kalian bunuh sekalipun saya tidak peduli." sarkasnya.

Tubuh Maira menegang, jujur dia tidak siap menghadap Allah dalam keadaan seperti ini. semua muslim di dunia bercita-cita syahid, ketika berpulang dalam keadaan husnul khotimah. "Haruskah dalam keadaan seperti ini, Ya Allah?" lirihnya lagi.

Maira mengedarkan pandangannya mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk membuka ikatan ini. Jika memang dalam keadaan seperti ini hidupnya berakhir, setidaknya dia masih berusaha untuk lepas dari kedhaliman manusia tak berhati di luar sana. Selain laci kecil, jam dinding usang yang tergeletak di lantai, dan balok kayu dari patahan kursi di pojok sana, tidak ada benda lain lagi dalam ruangan ini. Benda mana yang sekiranya bisa membantu Maira lepas?

Pecahan kaca.

Ya!

Maira meraih balok kayu panjang di pojok ruangan, kemudian menyandarkan jam dinding pada tembok. Setelah itu memukul permukaan jam dinding itu dengan semua kekuatannya. Meski awalnya meleset sebab posisi tangan yang terikat ke belakang, tapi akhirnya pecah setelah pukulan kedua.

"Ada apa di sana?" suara Si wanita menggelegar dari luar.

Dia tidak habis pikir dengan para penjahat itu.

Maira mengatupkan mulutnya, dan berdoa semoga mereka tidak masuk. Tapi, suara kunci itu menandakan mereka akan segera masuk. Secepat kilat Maira duduk bersandar ke tempat semula dan berpura tidur.

"Ada apa?" tanya Si lelaki pada wanita yang tadi memakai jilbab, ternyata sekarang sudah tidak. Penampilannya sudah seperti preman pasar.

Maira sempat membuka matanya sedikit, dalam diam Maira terkejut sekaligus geram. Berani sekali wanita itu menggunakan hijab hanya untuk mengelabui orang-orang. Tingkah laku orang seperti inilah yang membuat hijab terlihat tabu di mata sebagian orang. Padahal serusak apapun manusia, hijab tidak pantas di salahkan. Yang salah tetaplah karakter masing-masing individu.

Jilbab adalah lambang muslimah sejati, sebab seorang perempuan muslimah akan mengenakan hijab karena ia tahu itu kewajiban, bukan untuk menutupi kekurangan apalagi kesalahan.

Setelah memastikan aman, Maira kembali mengambil pecahan kaca dan berusaha memotong tali yang mengikat tangannya. "Sshh, aaw!" Maira meringis ketika tanpa sengaja kaca itu menggores permukaan kulitnya. "Astaghfirullah, kenapa sesulit ini?" Maira masih berusaha memotong talinya.

Belum selesai Maira memotong. Gagang pintu kembali bergerak-gerak. Sepertinya seseorang berusaha masuk secara paksa. Maira semakin panik, darahnya memanas karena ketakutan, keringat mengucur di bagian pelipis. Perempuan itu menahan tangis, dia masih berjuang menggesekkan benda tajam tersebut pada tali yang mengikat. Tidak peduli berapa kali kaca itu melukai permukaan kulit. Maira tidak peduli, yang pasti dia ingin lepas dari tempat ini. Dia ingin bebas.

Brak!!

Suara itu menggelegar, seseorang berhasil membukanya. Ralat, lebih tepatnya mendobrak. Maira terkejut. Bukan karena suara pintunya, tapi seseorang yang berhasil membuka pintu tersebut. "Kamu?" kedua alisnya mengkerut. "Jadi di balik semua ini ...?"

🍃🍃🍃🍃

Kepanikan, kekhawatiran tidak hanya di rasakan oleh Maira. Tapi juga seluruh keluarga. Pasalnya akad nikah masih di undur berdasarkan jam, bukan di batalkan. Selama matahari bersinar, selama itu pula pencarian di lakukan. Semua keluarga berharap Maira akan segera di temukan.

Kabar menghilangnya Maira bahkan sudah sampai ke rumah keluarga besar Arman, sebab rasa curiga sebagian keluarga memang mengarah pada Si mantan suami.

"Jadi, benar di sini tidak ada Maira?" Chandra masih mengintrogasi Bi inah, Lastri dan juga Yesi. Setelah sebelumnya dia di marahi habis-habisan karena menghilang di saat yang tidak tepat. Padahal dia hanya menyiapkan kado spesial untuk sahabatnya.

Lastri yang sudah sedikit jengah dengan introgasi Chandra akhirnya angkat bicara. "Bener ih, sok atuh kalo tidak percaya, periksa!"

"Memangnya Maira ke mana? Bukankah hari ini Maira akan menikah?" tanya Bi inah.

"Kalau boleh tahu, sekarang Arman kemana?" bukannya menjawab Chandra malah balik bertanya.

Mereka tampak saling melirik, sama-sama saling diam, pasalnya Tuan mereka memang pergi pagi-pagi sekali dan tidak ada yang tahu mau kemana. Yang mereka tahu semalam Arman tengah berusaha mati-matian membujuk anaknya.

"Bik, Arman kemana?" tanya Dava yang baru saja datang. "Eh, ada tamu. kalo tidak salah ...," Dava sedikit berpikir, "temannya Maira, kan?"

"Iya! Jadi Arman tidak di kantornya?" tanya Chandra mengintimidasi tajam, kecurigaannya pada Arman semakin kuat tatkala mendengar jikalau mantan suami sahabatnya tersebut tidak ada.

"Tidak! Memangnya kenapa?"

"Maira menghilang,"

"Apa?! Yang bener lo? Kok bisa? Menghilang kemana?" Dava membom bardir Chandra dengan pertanyaan. Tapi apa iya, Arman senekat ini? Kayaknya gak mungkin. Batin Dava menggerutu.

"Saya rasa Maira di culik oleh Arman."

"Wah, tidak bisa begitu, Bro. Ini artinya lo nuduh tanpa ada bukti."

"Tapi sudah jelas, kan? Arman juga menghilang?"

"Tapi bukan berarti Bos saya yang bawa kabur, kan."

"Halah! Pasti Arman tidak suka 'kan melihat kebahagiaan Maira? Dia tidak terima kenyataan bahwa Maira bisa mendapat lelaki yang lebih baik dari dia, ya kan?" sadar atau tidak saat ini Chandra benar-benar emosi.

"Wah, ngajak berantem nih orang," ujar Dava sembari memposisikan dirinya seperti orang yang akan berkelahi, tangannya sudah terkepal erat.

"Saya ke sini nyari teman saya, bukan untuk berkelahi."

Dava sudah ingin menyerang ketika ponsel di saku belakang berdering serta otomatis menghentikan aksinya. "Ah, elah. Mengganggu saja,"-Dava meraih ponselnya-"Tunggu Bro, kita cancel dulu berantemnya," kata Dava lagi, hingga menimbulkan kekehan ketiga pembantu itu.

"Temukan lokasi ini secepat mungkin." sebuah pesan dari seseorang dengan nomer asing, langsung pada inti yang tidak Dava mengerti. Lalu pesan kedua muncul. "Bawa personil, jangan sendiri gue sudah berhasil bawa Maira kabur. #Arman.

"Oalah, ini dari Arman, maksudnya apa? Berhasil bawa Maira kabur? Ah elah, Si Bos. Anak orang mau nikah malah di bawa kabur."

Chandra yang sudah bergegas pergi, kembali lagi kemudian merampas handphone Dava. "Tidak salah lagi, Maira di bawa kabur Arman, kan?"

Dava tampak berpikir atas kejadian yang memang masih menimbulkan tanda tanya, sangat aneh. "Untuk tahu jelasnya saya harus menemukan lokasi perangkat ini, permisi." pamit Dava.

"Tunggu! Saya akan ikut," Chandra mengikuti Dava yang entah mau kemana dan langsung masuk kedalam mobilnya.

****

Tatapan intimidasi masih tertuju pada Arman yang sudah selesai membuka ikatan Maira. Jika memang mantan suaminya ini yang menyekap, lantas kenapa harus membantu melepas talinya? Apa karena kasihan? Di tanyapun dia tidak menjawab.

"Mas, sekali lagi aku tanya, Mas di balik semua ini?"

"Bukan," jawabnya singkat.

"Lalu kenapa bisa di sini?"

"Bukan saatnya kuceritakan sekarang. Ayo cepat, kita harus pergi." Arman berlari ke arah pintu, setelah memastikan semua aman, "Maira, ayo!"

Maira segera sadar dari keterpakuannya, kemudian menyusul Arman ke luar. "Astaghfirullah," ucapnya ketika melihat tubuh seorang wanita terkapar di lantai. Maira masih terkejut serta ketakutan.

"Sudah, ayo!"

"I-iya. Tapi kasian dia, Mas."

"Astaghfirullah, Maira." kali ini Arman yang beristghfar. Tidak habis pikir dengan isi kepala perempuan itu. Dia yang hampir kehilangan nyawa, masih memikirkan orang yang sudah jelas menjahatinya.

Saat ini Arman dan Maira sudah berhasil keluar dari tempat penyekapan tersebut. Keduanya berlari menjauh dari tempat kejadian perkara, sebuah bangunan kosong di tengah pekarangan luas dengan pohon-pohon besar yang membuat tempat itu sedikit menyeramkan.

"Woy, jangan kabur! Kembali!"

Nahas, mereka masih ketahuan. Seorang lelaki yang entah dari mana dartangnya langsung menyadari kepergian sang mangsa.

"Maira ayo cepat!" Tanpa sadar Arman sudah menggenggam tangan Maira membawanya berlari secepat mungkin.

"Tunggu, Mas aku capek." Maira menghentikan lajunya, guna menghela oksigen sebanyak mungkin.

"Kemari," Arman menarik tubuh Maira untuk bersembunyi di semak-semak. Dalam ketegangan itu, dada Arman bergemuruh, entah sejak kapan tangannya sudah membekap mulut Maira dari luar cadarnya agar tidak berisik, dan tangan satunya lagi mendekap tubuh Maira yang gemetar, menunduk ketakutan.

Detik selanjutnya Maira mulai tersadar dengan posisi mereka sekarang, tanpa Maira duga, tangannya reflek mendorong tubuh Arman hingga keluar dari persembunyiannya.

"Disana," kata salah satu penjahat itu ketika melihat Arman.

"Ish!" Arman mendesis geram, sebab mereka sudah melihatnya. "Maira tetap di situ, jangan keluar." kata Arman pelan, namun pandangannya tetap pada dua penculik yang kini mulai mendekat.

Bersambung...

Komen please... 🙏🙏🙏 menurut kalian...

Maira tetap nikah?

Atau tidak?

Syukron
Jazakumullahu khairan katsir..

Wassalamu'alaikum...

Continue Reading

You'll Also Like

2.2K 1.3K 35
Syallief Daiflan, seorang remaja yang mempunyai cita-cita menjadi seorang Pilot. Namun sepertinya menjadi seorang Pilot hanya sekedar angan-angan dan...
8.9M 1.1M 67
📌Spin off "The Hidden". Baca The Hidden dulu biar paham sama konflik dan alurnya📌 Hanya sebuah kisah kehidupan pernikahan seorang Kapten TNI AD den...
460K 38.5K 39
"1000 wanita cantik dapat dikalahkan oleh 1 wanita beruntung." Ishara Zaya Leonard, gadis 20 tahun yang memiliki paras cantik, rambut pirang dan yang...
1.8M 25.1K 9
𝐾𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑎𝑑𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢 𝑎𝑝𝑎-𝑎𝑝𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 �...