ANDANTE 2

By LianaL132

5.2K 1K 289

#1 #ANDANTE [NOTE] Ini hanya SEQUEL dari drama Andante. Semua ISI cerita real dari imajinasi Author Mohon be... More

PROLOGUE
#1 Perhatian
SILREO!!!
#3 Jangan katakan itu... Jaebal...
#4 Dia Sahabatku!
#5 Sedikit Kecerobohan
#6 Akan Ku mulai permainannya
#7 Kebetulan ataukah Takdir?
#8 Kejutan!! Siapa yang akan terkejut?
#9 Keputusan
#10 Pabbo!
#11 Kenapa seperti ini?
#12 Ini tidak seharusnya!
#13 Semuanya samar
#14 Apa Ada Jalan Lain?
#15 DILEMA
#16 Membuat Jalan sendiri
#17 INI SEMUA SALAHKU!
#18 AKU AKAN MENJADI HANTU SEKARANG
PART 19 ; LIHATLAH PADAKU!
Part 20 : Aku ingin secara perlahan
#21 DATING?
#22 WAKTU
#23 Siapa yang tahu hal ini akan terjadi?
#24 Kehadiran Orang Baru
#25
#26 Disini ada yang bahagia dan juga tidak
#27 Dan yang sekarang
#28 Bisakah aku akhiri?
#29 Perlahan Mulai Hilang
#30 ABAIKAN DUNIAMU UNTUK KELUAR DARI RASA SAKIT
#31 Apa ini benar kau?
#32 Kacau!
#34 Plan
#35 Kabar
#36 INI SUDAH BERAKHIR
#37 Pengakuan
#38 NASEHAT
#39 KEHANCURANKU ADALAH KEBAHAGIAANMU
#40 BERKAT SEBUAH IDE
#41 KENCAN BUTA
MENGENANG IBU LEE SHI KYUNG
#42 Mengalir Bak Air

#33 Gajima....

56 13 6
By LianaL132

Semuanya bersorak saat gelas-gelas mereka terisi dengan minuman. Berkat kepandian Jaksa Suk mereka menikmati campuran bir dan soju yang sangat enak. Dalam satu tegukkan mereka menghabiskannya tanpa tersisa pada gelas masing-masing.

Jaksa Suk mulai mencampurnya lagi. Ji Yeon mengamatinya seperti seorang siswi yang tengah belajar praktek, dia begitu serius mengamatinya. Mulai dari Jaksa Suk menuangkan soju sampai mencampurnya dengan bir, Ji Yeon kini mengerti bagaimana membuat perbandingan antara bir dan soju agar rasanya terasa enak seperti buatan Jaksa Suk sekarang.

Mereka menenggak minumannya lagi dalam satu tegukan. Rasa pahit soju dan rsa segar dari bir melewati tenggorokan mereka dan meninggalkan rasa yang amat segar di diri mereka masing-masing.

Jaksa Suk menuangkan gelas kosong di tangannya pada atas kepalanya.

"Arrghhhh.... segar..." lanturnya.

Semuanya terkekeh melihat tingkah Joo Yeon.

Shi Young dan Ga Ram berhenti minum karena mereka besok ada jadwal operasi. Tahu sendiri bagaimana jika kau mabuk dan bangun terlambat. Selain masih tersisa nyeri di kepala dan juga masih sedikit pusing, kau juga akan menjadi tidak fokus dan tentu saja tidak ada yang berharap sesuatu yang buruk terjadi di ruang operasi.

Gelas Shi Kyung masih terisi penuh. Ia yang menuangkan sendiri soju ke dalam gelasnya namun ia menatap gelasnya dengan tatapan yang sulit di tebak. Sedang Ji Yeon terus menuangkan minuman untuk Jaksa Suk saat diminta, yeah karena dia adalah maknae disini.

"Kau harus berhenti sekarang," ujar Shi Young pada Jaksa Suk juga pada Ji Yeon.

Jaksa Suk menggeleng. Wajahnya sudah memerah karena minuman.

"Satu gelas lagi, uhm?" Pintanya dengan nada khas mabuknya sembari mengangkat jari telunjuknya pada Shi Young dan juga Ji Yeon.

"Andwe! Kau akan sangat mabuk nantinya," larang Shi Young.

"Ishh... kau pelit sekali."

Sementara mereka tengah berdebat kecil, Shi Kyung terlihat serius dengan pikirannya sendiri. Bayangan sosok Kim Bom yang masih hidup terbayang nyata di dalam pikirannya. Ia mencoba lepas dari semua ini tapi hatinya masih bimbang akan itu.

Di tenggaknya dengan rakus minumannya lalu menuang lagi dan meminumnya lagi hingga beberapa kali tanpa jeda. Ji Yeon terheran akan itu begitu pun juga adiknya dan juga sahabatnya.

"Kim Bom! Arrghhh.... gadis dingin itu," ucap Jaksa Suk sambil terkekeh.

"Dia begitu beruntung memiliki Shi Kyung. Dan bodohnya aku saat itu membencinya karena merebut Shi Kyung dari ku. Gadis jahat! Lee Shi Kyung, kau dengar itu, eoh?" Lanturnya lagi.

Ini sudah menjadi kebiasaan Jaksa Suk ketika mabuk. Ia selalu menyinggung soal perasaannya pada Shi Kyung dan juga sedikit menyinggung soal Kim Bom. Tapi sekarang mereka merasa berbeda, karena mereka tahu kalau Kim Bom masih hidup sampai sekarang.

"Shi Kyung-ah, apa kau tahu kalau Kim Bom masih hidup sampai sekarang?"

"Hyak!! Suk Joo Yoon!" Teriak Shi Young dengan lantang.

Shi Kyung tidak bergeming. Ia juga tidak apa-apa kalau mereka sudah tahu atau mungkin sudah lebih dulu mengetahuinya di banding mereka.

"Aku sedang tidak ingin membahasnya," kata Shi Kyung sambil menatap ke dalam manik Ji Yeon yang kebingungan.

Ji Yeon sama sekali tidak keberatan jika mereka membahas wanita itu. Ia masih ingat bagaimana bahagianya Shi Kyung saat menceritakan tentangnya. Dan sekarang Ji Yeon mengetahui namanya berkat Jaksa Suk.

Ji Yeon tersenyum canggung pada situasi ini. Benar, kalau dia tidak keberatan. Tapi hatinya terus berteriak menolak itu semua. Yeah, Ji Yeon sekarang cemburu pada Kim Bom.

"Tak apa... jangan menghiraukanku, aku sama sekali tidak keberatan," kata Ji Yeon bohong.

Shi Young dan Ga Ram menjadi tidak enak dalam situasi ini. Sebelumnya mereka tidak pernah secanggung ini ketika membahas kenangan mereka atau pun yang berkaitan dengan Kim Bom.

"Hyak, Ahn Ji Yeon! Apa kau bodoh? Kau harus bilang kalau kau cemburu atau apa pun itu. Kau harus mengatakan semuanya. Jangan menjadi Kim Bom yang memendam dan menanggungnya sendiri," Kata Jaksa Suk lagi ketika mengingat saat baru mengetahui penyakit Kim Bom dengan sangat terlambat.

"Katakan sakit jika kau merasa sakit. Katakan kau tidak nyaman jika kau sedang risih. Apa pun..."

Shi Kyung menenggak kembali minumannya. Mendengar ucapan Jaksa Suk semakin membuat dadanya sesak.

"Baiklah, aku akan melakukannya mulai sekarang." Kata Ji Yeon, patuh pada apa yang di katakan Jaksa Suk.

"Geurae? Kau harusnya seperti itu." Lalu kemudian ia kehilangan kesadarannya. Dia benar-benar mabuk sendirian.

Botol soju terakhir juga sudah di habiskan oleh Shi Kyung. Mereka tidak sadar karena semuanya fokus pada Jaksa Suk.

"Aku sudah bertemu dengan Kim Bom," ungkap Shi Kyung yang langsung mengundang keterkejutan Shi Young dan juga Ga Ram. Sedang hati Ji Yeon tidak merasa baik mendengar itu.

"Wanita itu mengaku dirinya sebagai Kim Bom," menatap nanar pada Ji Yeon.

"Aku-- Ak- Aku tidak mengerti... tidak! Aku tidak percaya dengan semua omong kosong ini. Aku tidak percaya dia kembali. Kenapa baru sekarang? Kenapa disaat aku sudah mendapat kebahagiaan dia datang dan merampasnya lagi. Wae!!"

Mereka bertiga terdiam mendengar pernyataan Shi Kyung. Hanya Ji Yeon lah yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dari ini semua. Kenapa ia melihat Shi Kyung begitu terpukul saat ini? Karena itu lah dia memilih diam dan menjadi pendengar saja, meski rasa sakit di hatinya makin bertambah karena fakta dari Shi Kyung yang masih mencintai wanita itu dan masih tidak melupakannya.

"Aku mendengar banyak omong kosong dari wanita itu. Bomie," Shi Kyung terkekh sendiri saat mengucapkan nama Kim Bom.

"Shi Kyung-ah..." ucap Ga Ram lirih. Ia tahu perasaan yang dialami Shi Kyung sekarang ini. Walaupun Shi Kyung dalam kondisi mabuk, tapi ia sangat tahu perasaan sahabatnya itu.

"Lucu, kan Ga Ram-ah? Dia tiba-tiba datang menemuiku di pohon kenangan dan mengatakan kalau dia adalah Kim Bom. Dia mengatakan semua omong kosongnya saat Kim Bom bersamaku dulu."

Shi Kyung menuang lagi botol soju yang kosong ke dalam gelasnya, namun tentu saja tak setetes pun keluar karena sudah habis di minum olehnya. Ia bangkit hendak ke dapur hendak mengambil minuman yang tersedia di kulkasnya namun Ji Yeon menahan tangannya.

Shi Kyung menoleh ke pemilik tangan itu, melihat Ji Yeon yang seperti mencengkram pergelangan tangannya. Pandangan mata ShinKyung juga kini sudah berkaca-kaca. Sedetik kemudian, ia melepaskan tangan Ji Yeon dengan sedikit paksaan karena Ji Yeon memegangnya kuat.

"Jangan tinggalkan aku," tangis batin Ji Yeon.

"Chakkaman... Beri aku sedikit waktu. Aku terlalu bingung dengan diriku sendiri." Kata Shi Kyung lalu mengambil langkah jenjangnya. Bukannya ke dapur tapi dia menuju ke kamarnya dan melempar dirinya ke atas ranjang.

Shi Kyung menatap langit-langit kamarnya. Ia hanya bisa meredam kesakitannya dengan memejamkan matanya. Salivanya sendiri sangat susah payah di telan.

"Mianhe...." batin Shi Kyung.

Ji Yeon menatap pintu kamar Shi Kyung dengan penuh harap. Ia tidak ingin kehilangan siapa pun lagi, termasuk Shi Kyung.

"Ayo, Ji Yeon-ssi." Kata Shi Young yang kini sudah membopong Jaksa Suk yang di bantu oleh Ga Ram. Ji Yeon menurut tanpa kata.

"Shi Kyung-ah, Kami pulang dulu! Jangan berbuat aneh-aneh, paham!" Teriak Shi Young agar terdengar oleh Shi Kyung meski ia sadar mungkin Shi Kyung sudah terlelap tapi ia tetap berpamitan.

Ji Yeon mengekor di belakang mereka dan juga duduk di belakang bersama Jaksa Suk yang bersandar di bahunya. Mobil Ga Ram kemudian membawa mereka membelah jalanan kota Seoul di malam hari. Tidak ada percakapan atau suara selain Jaksa Suk yang sesekali mengigau atau pun suara mesin mobil dan klaksonya. Begitu sepi di dalam sana.

Terlebih dahulu mereka mengantar Jaksa Suk terlebuh dahulu ke apartemennya kemudian mengantar Ji Yeon pulang. Dalam perjalanan, baik Shi Young maupun Ga Ram menatap Ji Yeon bergantian lewat kaca spion. Benar. Mereka berdua merasa menjadi tidak enak pada Ji Yeon. Masih dalam keadaan hening, akhirnya sampai di rumah Ji Yeon.

Ji Yeon melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil.

"Ku harap kau bisa mengerti keadaan dia sekarang," kata Shi Young sebelum Ji Yeon keluar dari mobil.

Ji Yeon mengerti ucapan Shi Young, namun ia tak memberi jawaban untuk pertanyaannya. Ia secepatnya keluar dari sana dan mengucapkan terima kasih pada mereka atas tumpangannya.



*****


Se Na berlari memeluk Taeyang saat dia baru saja pulang. Terpampang jelas di wajah Se Na kalau dia sedang dalam keadaan yang bahagia. Taeyang yang berbalik melihat Se Na yang senyum-senyum membuatnya ikut tersenyum meskipun ia tidak mengerti apa maksudnya itu.

Se Na menarik tangan Taeyang menuju kamar mereka. Di dudukannya Taeyang di atas ranjang lalu kembali lagi Se Na memeluk Taeyang.

"Ada apa?" Tanya Taeyang yang sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Se Na melepas pelukannya kemudian merogoh sesuatu dari saku sweeternya.

"Aku hamil," kata Se Na dengan rasa penuh kebahagiaan sambil menunjukan alat tespack jya yang bergaris dua pada Taeyang.

Mata Taeyang membelalak. Ia tak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya. Ia tidak percaya mendapat kabar bahagia ini dari Se Na.

"Apa maksudmu aku akan menjadi seorang ayah?" Tanya Taeyang yang masih tidak percaya.

Se Na mengangguk dengan senyum sumringah. Sedetik kemudian Taeyang langsung melompat memeluk Se Na hingga membuathya terbaring diatas ranjang dengan posisi Taeyang yang berada diatasnya.

"Sekarang aku tahu bagaimana rasanya para calon ayah di luar sana saat mendengar kabar seperti ini." Kata Taeyang lalu mengecup bibir Se Na dengan bahagia.

"Nado. Aku akan berusaha menjadi ibu yang baik. Ani... aku pasti menjadi ibu yang baik." Kata Se Na dengan mantap dan penuh keyakinan.

Taeyang kembali memeluk Se Na dengan rasa bahagia yang menggebu di hatinya. Ini hadiah terindah yang sangat membuatnya bahagia.

Siang harinya mereka memeriksakannya ke dokter. Kata dokter janin yang ada dalam perut Se Na sangat sehat meski baru terbilang masih baru karena usia kandungannya baru beranjak ke minggu ketiga. Hanya pesan dokter untuk Se Na adalah agar dia tak banyak pikiran atau pun sampai stres.

Mereka pulang dengan perasaan yang bahagia lagi. Namun, sekarang Taeyang jauh lebih perhatian dari pada sebelumnya dan juga... mulai sangat protektif.

*****



Shi Kyung masih menderita nyeri di kepala atas minuman yang ia habiskan semalam. Dia lemah akan alkohol, tapi ia nekat untuk terus meminumnya. Sekilas juga dia ingat apa yang terjadi semalam.

Shi Kyung tertegun sejenak. Dia diam dalam beberapa menit saat ia mengingat kejadian semalam yang melepas tangan Ji Yeon semalam.

"Andwe!!" Pekiknya dan langsung berlari keluar apartemennya menuju lobi parkirannya. Ia masih terbalut dengan T-shirt biasa dan celana pendek selutut.

****

Yeosob terus bersiul ketika Ji Yeon lewat di depannya atau setidaknya dia yang lewat di depan kakaknya. Entah apa yang ada dalam pikirannya, tapi ini membuat Ji Yeon risih akan kelakuan adiknya yang tidak pernah bisa membuatnya tenang.

"Aish! Apa yang kau inginkan?!" Tanya Ji Yeon yang sudah tidak tahan lagi.

Yeosob melompat ke sofa dan duduk tepat di samping kakaknya. Yeosob lalu senyum sumringah pada Ji Yeon yang membuatnya merinding melihat adiknya semakin gila.

"Kau membuatku ingin muntah di wajah menyebalkanmu itu." Kata Ji Yeon dengan dingin.

"Noona sudah mendapatkannya?" Masih menatap Ji Yeon seperti anak kecil.

"Aaaa... I- Itu-

"Jangan bilang itu belum." Memasang wajah anak kecil yang ngambek dengan kakaknya.

"Itu memang benar," menampilkan deretan giginya pada Yeosob namun di balasnya dengan tatapan tajam.

"Aku akan mendapatkannya. Bila perlu ku suruh dia tanda tangan sampai sepuluh kali, eoh?"

Yeosob masih diam.

Ini yang tidak di sukai oleh Ji Yeon. Jika Yeosob sedang marah atau ngambek akan sesuatu terhadap Ji Yeon dia akan menjadi diam seribu bahasa dan hanya mendapat pelototan tajam dari Yeosob.

Ji Yeon memutar otaknya. Sangat susah untuk membujuk kepala ikan ini. Ini jauh lebih sulit di banding dia disuruh mengerjakan soal matematika.

"Noona akan membelikanmu ice cream sebagai tambahan."

"Memangnya aku ini anak kecil." Kata Yeosob dingin dan datar.

"Faktanya memang begitu," gumam Ji Yeon.

"Mwo?!" Yeosob bisa mendengarnya

"Tidak, bukan begitu. Eoh.. itu.... adikku adalah yang terbaik. Adikku benar-benar memiliki paras tampan," Ji Yeon hampir menyumpah gara-gara ia tidak percaya kalau dialah yang mengatakan sendiri pujian itu pada adiknya.

Yeosob masih diam.

"Arraseo! Kau boleh membeli gym yang baru lagi." Ji Yeon menyerah dengan semuanya

"Jongmal!! Noona yakin?" Sambil menguncang kedua bahu Ji Yeon.

"Tapi kali ini saja. Ini terakhir untukmu, mengerti?" Kata Ji Yeon dengan malas.

"Siap, komandan!" Sambil memberi hormat pada Ji Yeon.

Untung Yeosob adalah adiknya. Jika tidak, dia pasti sudah menendangnya keluar atau pergi dari hadapannya detik itu juga.

"Tolong, kartumu" mengulurkan tangannya pada Ji Yeon.

"Hyak!! Pakai saja uangmu sendiri!"

"Kartuku sudah diblokir oleh ayah," ucapnya dengan senyum tanpa dosa.

Ji Yeon menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Ada di kamar."

Segera Yeosob berlari menuju kamar Ji Yeon yang terletak di lantai dua. Ia benar-benar seperti anak kecil yang mendapat mainan baru yang sangat dia inginkan, dan itu semua persis dengan tingkah Yeosob yang sekarang.

Ji Yeon terkekeh selepas kepergian Yeosob. Bagaimana pun juga Yeosob selalu membuatnya tertawa entah bagaimana pun ia bertingkah dan yang paling ia suka adalah menggoda dia atau mengejeknya.

****


Shi Kyung kembali lagi datang ke desa dan tentu saja kembali ke pohon itu. Ia sesekali mengecek jam di pergelangan tangan kirinya.

Nafasnya mulai menderu tak teratur saat sosok Kim Bom, tidak maksudnya Hye Ri berjalan santai mendekat pada dirinya. Mata elang Shi Kyung mengamati lekat-lekat diri Hye Ri dari ujung kaki hingga ujung rambutnya.

"Aku senang kau ingin bertemu denganku disini," kata Kim Bom dengan senyum khasnya. Matanya juga pun ikut tersenyum. "Ada hal penting apa yang ingin kau katakan padaku?"

"Aku sudah tahu semuanya dan tahu siapa dirimu sebenarnya." Ujar Shi Kyung dengan nada yang enggan.

Hye Ri terhenyak untuk beberapa saat. Napasnya mulai sedikit memburu. Hye Ri ragu kalau yang dikatakan Shi Kyung barusan itu benar adanya.

"Tentu saja kau mengenalku karena aku adalah Kim Bom."

"Kurasa kau terlalu berlebihan Jo Hye Ri-ssi. Aku tahu kalau Kim Bom sudah meninggal, aku tahu itu. Jangan menipu lagi terlalu banyak."

"A-- A- Apa maksudmu. Siapa yang menipumu?"

"Ck! Geurae... bukankah kaulah yang lebih tahu dariku?"

"Bernard-ah, Aku ini Kim Bom. Aku ini kekasihmu. Kau tidak percaya?"

"Majja, Kim Bom adalah kekasih yang sangat aku cintai dulu. Tapi itu sudah menjadi masa lalu. Aku kini sudah menemukan orang yang aku cintai lagi, dia adalah vitaminku. Kim Bom sekarang hanyalah masa laluku, tidak lebih. Jika kau benar-benar adalah Kim Bom, maaf mengatakan ini. Bahkan seribu kali pun aku pikirkan aku tidak akan bisa lagi kembali padamu."

"S-- Shi Kyung-ah... Apa yang salah denganmu, eoh? Aku tahu kau sangat mencintaiku hingga sekarang. Kita bisa memperbaikinya."

"Cinta tidak sesederhana itu. Hubungan itu tidak semudah pikiranmu. Lee Shi Kyung yang itu sudah mati karena rasa sakit selama hampir sepuluh tahun. Kau tidak mengerti bagaimana berada di posisiku yang memikul beban sebanyak itu. Kau tidak tahu bagaimana dunia yang aku jalani setelah itu. Kau hanya memikirkan dirimu tanpa memedulikan duri tajam yang setiap hari makin bertambah di jantungku. Kau tidak akan pernah tahu itu."

"Aku..."

"Sekarang aku tidak peduli lagi dengan semua ini. Aku sudah memiliki jalanku sendiri dan hatiku tidak akan pernah bingung lagi. Ku rasa ini akan menjadi pertemuan terkahir kita. Mari mengucapkan selamat tingal untuk satu sama lain."

"Aku tidak mau!"

"Satu..."

"Shi Kyung-ah ada apa denganmu. Aku ini adalah Kim Bom. Aku Kim Bom!!"

"Dua..."

"Aku tidak akan mau!"

"Tiga..."

"Andwe!"

"Terima kasih atas kenangan indahnya dan juga atas rasa sakitnya."












Continue Reading

You'll Also Like

773K 37.3K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
173K 8.4K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
68.6K 10.9K 16
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...