Hellenium•Kth✓

By Vivi_Kim

158K 17.2K 3.2K

[ Complete Story ] Story About Kim Taehyung and V Kim. They are the twins brother. Story by, Vivi_Kim Cover... More

Prologue
Ch1. Cold that Warm
Ch2. V!
Ch3. V is My Inhaler!
Ch4: Visit My Mother!
Ch5: There is Love in His Eyes
Ch6: Could I Love Her?
Ch7: Memoria
Ch8: Young Forever
Ch9: This is Not Fair!
Ch10: Singularity
Ch11: Miss The Past
Ch12: Selfishness
Ch13 : Fake Smile
Ch14 : Worried About Taehyung.
Ch16 : Stubborn
Ch17 : Hope of V!
Ch18 : We are Twins!
Ch19 : Bad Feeling!
Ch20 : Maintaining Relationship
Ch21 : Regret?
Ch22 : Faithfulness in the Love!
Ch23: Park Jimin!
Ch24 : Jung Yerin!
Ch25 : Jaehyun-ie!
Ch26 : Sick!
Ch27 : The Twins in Danger!
Ch28 : Kidnapped?
Ch29 : Survive!
Ch30 : Sweet Dream of the Twins!
Ch31: Revenge?
Ch32 : Mission Success!
Ch33 : Dinner.
Ch34 : Winter Bear.
Ch35 : Simple Happiness!
Ch36 : I'm so Tired.
Ch37 : Where is Taehyung?
Ch38 : Welcome back, Tae!
Last Chapter, 39 : Give Up or Regret?

Ch15 : Date?

3.5K 377 47
By Vivi_Kim

Nb : Vivi buat di sini Vrene dan Taerin nonton bioskop ya. Dan film yang mereka tonton itu Pengabdi Bangtan *eh maksudnya setan. Bukannya promosi, tapi emang itu film horor serem banget buat  vivi. Dan katanya sih, film itu sampe di bioskop korea juga.. Jadi... Jan ada yang protes ya guys :v


"Kau benar-benar keterlaluan, Kim Taesung."

"Hei, apa maksudmu?"

"Kau tidak memikirkan anak-anakmu. Kau tahu, V dan Taehyung sangat tertekan dengan semua peraturanmu."

Taesung menggertak giginya, kedua tangannya mengepal kuat di samping tubuh. "Kau tidak perlu ikut campur urusan keluargaku, Kim Jisung."

Jisung tersenyum remeh. "Keluarga? Apa itu yang kau sebut keluarga? Egois!" ujarnya penuh penekanan. "Anak-anakmu hidup bukan seperti bersama keluarga, Taesung. Mereka seperti sedang diasuh oleh majikan, dan mereka adalah hewan peliharaanmu. Kau memerintah seenaknya, dan memaksa mereka untuk patuh."

"Dengar, Kim Jisung! Kau memang kakakku, tapi kau tidak berhak ikut campur masalah keluargaku! Aku ayah mereka, jelas aku tahu apa yang terbaik untuk mereka!"

Jisung mengembuskan napas. Adik kembarnya ini benar-benar keras kepala sekali.

"Taesung-ah, jika kau tidak bisa mengurus mereka, biar aku saja yang merawat keempat anakmu atau... biarkan Hyunra yang merawat mereka."

🖤

Sepulang sekolah Yewon, V, Yoongi, Hoseok dan Yerin langsung bergegas ke rumah sakit tuk menjenguk sekaligus menyambut kepulangan Taehyung.

Berhubung hari ini Taehyung sudah dibebaskan dari alat-alat yang menempel ditubuh; yang membuatnya merasa seperti robot, ia diizinkan pulang oleh Jisung; pamannya.

"Nak Yerin."

"Iya?"

"Rumahmu jauh, ya?"

Yerin mengangguk sambil tersenyum pada ibu Taehyung yang barusan bertanya padanya. "Ada apa, Ahjumma?"

Hyunra melirik Yewon sejenak. "Begini, berhubung sekarang sudah malam, sebaiknya Nak Yerin menginap saja. Besok hari libur, kan?"

"Eh?" Yerin terkejut. "Tidak perlu, Ahjumma. Aku akan pulang saja, lagipula kereta selalu ada 24 jam, kok."

"Bukan masalah keretanya, Nak. Ini demi keselamatanmu. Sekarang sudah jam delapan, bahaya kalau anak sekolah naik kereta malam-malam. Lagipula, ini permintaan Yewon." Hyunra menoleh menatap Yewon. "Dia yang menyuruhmu untuk menginap, karena dia tidak berani bilang langsung padamu, jadi Ahjumma membantu menyampaikan. Menggemaskan sekali, bukan?"

Bibir Yewon mengerucut. Hyunra dan laki-laki yang berada di samping Hoseok; Min Yoongi, tersenyum tipis melihatnya.

"Tapi, aku hanya takut—"

"Appa sudah pergi ke luar kota tadi sore. Eonni tidak perlu khawatir."

Yerin menggigit bibir bawahnya, menatap satu per satu manusia di ruangan itu, lalu terkunci pada Taehyung yang menatapnya penuh harap.

Kumohon, Yerin.

"Baiklah."

"Yes!"

🖤

"Jaga diri kalian, ya," ujar Hyunra pada Yewon, Taehyung, V dan Yerin setelah mereka sampai di depan kediaman keluarga Kim. Omong-omong, Yoongi dan Hoseok sudah pamit pulang.

"Eomma tidak ingin mampir dulu?" tanya putra sulungnya.

Hyunra menggeleng. "Kapan-kapan Eomma mampir, ya?"

Bukannya ia tidak ingin mampir, hanya saja Hyunra tidak ingin kenangan manis yang dulu pernah ia alami di rumah ini muncul lagi dalam hatinya.

"Taehyung, Yewon, V, jaga kesehatan kalian, ya. Jangan sampai sakit, sekarang sudah masuk musim dingin. Jika ingin bepergian pakai mantel."

V memutar bola matanya malas. "Bawel," gumamnya.

"Apa, V? Keraskan suaramu, Eomma tak dengar."

"Aku tidak mengatakan apapun."

V berkilah, tiga remaja lainnya di dalam mobil menahan senyum.

"Dasar kalian ini. Ya sudah sana masuk. Eomma hanya bisa mengantar kalian sampai sini."

V mewakili yang lain untuk turun, begitu juga dengan Hyunra. Begitu semuanya sudah berada di luar, Hyunra menatap anak-anaknya. "Jaga kesehatan kalian, ya, Sayang. Eomma tidak ingin kalian sakit saat Eomma sedang tidak bersama kalian."

"Iya, Eomma." Serempak mereka; kecuali Yerin menjawab.

"Dan untuk Yerin-ie, kau pun sama. Harus menjaga kesehatan. Terlebih rumahmu jauh, pasti sangat melelahkan, kan?"

Gadis di samping Taehyung tersenyum manis sekali. "Terima kasih sudah menasihatiku, Ahjumma."

"Sama-sama. Ya sudah, Eomma harus pulang. Kalian masuklah."

Hyunra memasuki mobilnya kembali, membuka kaca mobil dan menebar senyum kepada remaja itu.

"Eomma pulang dulu, ya," katanya.

"Hati-hati, Eomma," kata V.

"Iya, hati-hati. Jangan ngebut, berbahaya."

Hyunra terkikik geli melihat putra kembarnya yang cerewet. "Iya, Sayang."

Hyunra menyalakan mesin mobil.

"Eomma." Suara lembut Yewon memanggilnya.

"Iya, Won-ie?"

"Aku menyayangimu," ujarnya pelan, terselip rasa takut juga dalam nadanya.

Wanita berusia 39 tahun itu tersenyum gemas. Tangannya terulur keluar dan mengusap rambut Yewon dengan penuh kasih sayang. "Eomma juga menyayangimu. Sangat menyayangimu. Jadilah gadis yang kuat, ya. Jika butuh sandaran, jangan ragu untuk meminjam bahu kakakmu, atau kau bisa datangi Eomma ke rumah."

🖤

Awal Yerin memasuki gerbang keluarga Kim sangat terpukau dengan keindahan rumah bak istana milik Taehyung. Sekelilingnya rapi, tak ada sampah sekecil apa pun mengotori halaman yang luas ini.

Selain itu, banyak tanaman hias di kiri dan kanannya. Tiba-tiba saja, sekelebat bayangan rumahnya dulu muncul lagi di kepala.

Ya, rumah yang dulu pernah ia tinggali bersama orang tuanya.

Rumahnya tak beda jauh dengan milik Taehyung. Hanya saja, rumah Yerin dulu tidak terlalu terurus akibat rumah tangga yang kacau.

"Yerin?"

Seseorang menepuk bahu kanannya. "Iya?"

"Kenapa melamun?" tanya Taehyung.

Yerin menggelengkan kepalanya. Ia baru sadar jika Yewon dan V sudah jauh di depannya.

"Ada masalah?"

"Tidak ada." Yerin tersenyum. "Rumahmu rapi, Tae," akunya.

"Ya. Ini semua berkat para bibi pelayan." Taehyung terkekeh, membuat Yerin ikut tersenyum.

"Oh iya, kamar Yewon di lantai dua. Tepat di samping kamarku."

Mereka menaiki tangga sama-sama. Selama memasuki rumah ini, Yerin melihat banyak pelayan yang berlalu lalang dan membungkuk padanya. Yerin akui, Taehyung memang bukan tipikal orang yang sombong.

Karena sewaktu pelayan melintas, Taehyung menyapanya dengan sopan bahkan memberi perhatian seperti, "Ahjumma sudah makan?" biasanya, tingkah laku seperti ini jarang orang lain lakukan pada pelayan rumahnya.

"Nah, itu dia kamar Yewon. Langsung masuk saja."

"Apa tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa. Masuklah."

Akhirnya, Yerin pun mengetuk pintu kamar Yewon beberapa kali, kemudian membukanya perlahan; takut disangka tidak sopan oleh sang empunya kamar.

"Yewon?" panggil Yerin.

Yewon tak menyahut. Gadis itu masih berdiri di ambang pintu, belum berani masuk.

Beberapa saat kemudian, Yewon muncul dari arah kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

"Oh, Eonni! Maaf tadi aku langsung masuk karena kebelet. Hehe." Yewon tertawa malu.

Yerin menggeleng-gelengkan kepala. Ia ditarik masuk oleh Yewon yang sudah mengganti seragamnya dengan piyama merah muda dengan motif beruang.

Yerin terkikik geli melihat betapa menggemaskannya Yewon memakai piyama itu.

"Kenapa?" tanya Yewon polos.

Yerin mengacak rambut adik kelasnya. "Kau seperti anak kecil memakai piyama seperti ini."

Yewon menunduk malu-malu. "Ini piyama kesukaanku. Oh iya, Eonni ganti baju saja. Sebentar kuambilkan piyamanya."

🖤

"Tae, langsung tidur jangan main ponsel terus."

Taehyung melirik saudara kembarnya. Dia menyuruhnya untuk tidak bermain ponsel, sedangkan dia sendiri sibuk dengan laptopnya.

"Apa? Jangan protes! Aku tahu isi hatimu."

Taehyung mendengus. Ia menatap saudara kembarnya dengan lamat. "Akhir-akhir ini kau aneh, V."

"Kau yang aneh."

"Aku serius. Ternyata kehadiran Irene Noona mengubah sifatmu, ya." Taehyung terkekeh misterius.

V terdiam. Benarkah aku berubah?

"Oh iya, ada yang ingin kusampaikan." Taehyung berdiri dan bergegas pindah ke tempat tidur V.

"Apa?" tanya V malas.

"Tentang perjodohan ini." V terdiam. "Bagaimana jika aku memacari Yerin dan kau memacari Irene Noona?"

Mata V membelalak, ia memukul kepala belakang kakak kembarnya dengan keras. "Mana bisa seperti itu, bodoh! Sama saja kita menyakiti perasaan Irene Noona dan Yerin!"

Taehyung meringis sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit. "Kau menyukai Irene Noona, kan?" Kembarannya terdiam lagi, tak tahu harus jawab apa. "Kalau begitu kau harus menyatakan cintamu! Karena..." Taehyung ragu tuk mengatakannya. Ia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. "Kau masih ingat teman masa kecil kita? Seorang gadis kecil yang rambutnya selalu dikuncir?"

V berpikir, menerawang masa-masa kecilnya dulu, sesaat kemudian menggeleng.

"Dia, gadis Jung yang imut. Suka makan jelly, oleh karena itu aku memanggilnya Jelly. Putrinya Bibi Shin."

Mata V melebar, ia memandang saudara kembarnya dengan rasa penasaran.

"J-Jadi... Yerin itu Jelly? Jelly yang selalu memanggilmu Choco?"

"Ya."

🖤

Jam sudah menunjukkan hampir tengah malam, tapi dua gadis cantik yang berada dalam kamar belum juga terlelap; matanya juga belum terasa berat.

Sejak tadi, mereka hanya bercerita tentang banyak hal.

"Aku senang sekali Eonni menginap di sini," kata Yewon.

Yerin tersenyum manis. "Kapan-kapan kau nginap di rumahku, ya."

"Bolehkah? Baiklah! Aku akan menginap di rumah Eonni kalau Appa sedang tak di rumah dalam jangka waktu lama."

"Kuharap kau betah nantinya, karena kamarku tidak senyaman kamarmu."

Gadis Kim itu menangkap raut wajah Yerin yang terlihat tak biasa. Mungkin dia agak sedikit minder dengan keadaan ekonominya, tapi percayalah, Yewon bukan tipikal gadis yang hanya memandang orang melalui harta.

"Eonni, aku memiliki kamar sebesar ini pun tidak membuatku bahagia," lirihnya.

Yerin menoleh ke kanan. Menautkan alisnya tak mengerti.

"Aku memang mendapatkan ini semua, tapi aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang Appa. Appa lebih menyayangi Tae Oppa, V Oppa, ataupun Jaehyun."

"Kenapa begitu?"

"Aku tak tahu. Dia lebih menyayangi anak laki-lakinya. Dia pernah bilang padaku, katanya anak perempuan hanya bisa menyusahkan dan tidak bisa menjadi penerus."

Setitik air keluar dari sudut mata Yewon. Teman sekaligus kakak kelasnya hanya diam sembari mendengarkan Yewon bercerita.

"Bukankah seharusnya yang lebih disayangi itu anak perempuan?"

"Aku tidak tahu dengan pola pikir ayahku, Eonni. Tapi, aku tidak mempermasalahkan hal itu, Tae Oppa menyayangiku saja aku sudah senang."

Yewon mengusap air matanya dan tersenyum manis kepada Yerin. "Eonni, ayo tidur."

🖤

Taehyung sudah memantapkan hati untuk menyatakan perasaannya pada Yerin, begitu juga dengan V yang akan melakukan hal yang sama pada Irene nanti.

Awalnya memang V sempat ragu, tapi karena dukungan dari saudara kembarnya, semua keraguan itu perlahan hilang.

"Kita mau ke mana, sih?" tanya V.

"Ke mana saja. Yang penting berempat."

"Aku tidak mau kau kelelahan, Tae. Kemarin kau baru pulang dari rumah sakit. Apa sebaiknya ditunda dulu?"

Taehyung mengembuskan napas berat, ia menoleh dan menatap saudara kembarnya dengan sendu. "Apa aku terlihat sangat lemah di matamu, V?"

"Bukan begitu, Tae. Hanya saja..."

"Ya aku tahu maksud kebaikanmu. Tapi tenang saja, aku kuat kok."

V menghela napas. "Terserahmu. Tapi kalau nanti kulihat napasmu tersendat, aku tidak akan segan-segan memarahimu."

Taehyung tersenyum cerah. "Uh she up!  Kalau begitu, ayo cepat ke bawah! Pasti Yerin sudah menunggu."

"Duluan saja."

Setelah saudara kembarnya pergi, laki-laki berambut perak itu mengembuskan napas berat. "Haruskah aku menyatakan perasaanku sekarang?"

🖤

Di dalam mobil, sudah terdapat dua pasang anak adam dan hawa, salah satunya adalah guru magang di sekolah mereka. Dengan V yang mengemudi, Irene di samping V, Taehyung dan Yerin berada di kursi belakang.

Sedari tadi, yang berisik di mobil hanya Taehyung dan Yerin, keduanya sama-sama melontarkan lelucon konyol. Irene hanya tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah absurd keduanya.

"Irene Noona!"

Irene menoleh ke arah Taehyung. "Ya?"

"Saat kau mengajar di kelas 2-4, apa V mengerjakan tugas dengan benar?"

"Hei!" V tidak terima, gadis di sampingnya tertawa.

"Tentu saja. V anak yang rajin. Dia berbeda dengan murid laki-laki yang lain, bahkan Hoseok pun kalah."

"Benarkah? Wah!" Taehyung berdecak kagum, berbeda dengan saudara kembarnya yang hanya diam dan fokus menyetir.

"Pasti kau juga tahu kan Tae, saudara kembarmu itu banyak fansnya," sambung Yerin.

"Jelas saja aku tahu, V kan tampan, cerdas pula."

"Bahkan V selalu menolak gadis-gadis cantik yang ada di sekolah."

"Kau mau tahu kenapa V menolak gadis-gadis itu?"

"Kenapa? Karena V terlalu dingin dan galak?"

V menoleh dan memberikan tatapan tajam untuk Yerin sekilas, sesaat fokus lagi pada jalanan.

"Bukan. Karena V sudah memiliki wanita yang—"

"Jangan banyak bicara, Kim Taehyung! Kita sudah sampai." V menyela pembicaraan saudara kembarnya.

Ia menutar stir ke kiri, menuju area parkir mobil. Setelah mendapatkan tempat untuk parkir, mereka turun.

Bae Irene, minggu ini kelihatan cantik dengan pakaiannya yang kasual yang melekat indah di tubuh rampingnya.


Yerin pun sama, ia terlihat cantik dengan pakaiannya kali ini. Omong-omong, berhubung ia menginap di rumah Taehyung ia tak membawa baju ganti sama sekali. Itupun baju milik Yewon yang dulu pernah dibeli namun tak pernah dipakai karena ukuran celananya agak sempit.

Untuk si kembar Kim, mereka sama-sama mengenakan produk dari Puma. Bedanya, V memakai sweater Puma hitam sedangkan Taehyung hanya memakai kaus Puma putih yang dibalut jaket hitam.

"Kita nonton horor, ya? Kalian suka, kan?" tanya Taehyung.

Yerin dan Irene mengangguk antusias, sedangkan V hanya diam tak merespon. Bagi V, biarlah Taehyung melakukan apa pun sesuka hatinya.

"Apa ada film horor yang bagus? Aku tidak mau, ya, nonton film horor yang jalan ceritanya tidak jelas," ujar V.

Taehyung merangkul bahu saudaranya. "Calm, V. Aku tahu film horor yang sedang booming."

"Apa itu?"

"Pengabdi Setan."

Wajah Yerin langsung cerah mendengar judul film yang akan di tontonnya sekarang. "Benar. Film itu sedang booming di Korea Selatan. Aku sempat menonton trailernya, seram sekali."

"Yang hantunya membunyikan lonceng?" tanya Irene.

Taehyung dan Yerin mengangguk.

"Oh itu aku juga pernah melihat trailernya. Aku merinding."

"Baiklah, tunggu apa lagi? Ayo kita tonton!" seru Taehyung.

Dua gadis itu juga menyahut dengan semangat. "Ayo!"

🖤

Entah ini sudah yang keberapa kalinya Taehyung beserta penonton yang lain berteriak karena kaget. Bagi Taehyung, film yang berasal dari Indonesia ini benar-benar keren. Mulai dari suasana tempatnya yang cukup membuat para penonton merinding, ditambah lagi suara yang mengagetkan.

Beruntung penyakit Taehyung tidak berulah.

V yang biasanya tidak kaget nonton film horor pun menjadi tegang. Matanya tak lepas dari layar.

"Taehyung, aku tidak menyangka akan seseram ini. Kita keluar sa—AAA!" Yerin yang semula berbisik kini teriak kaget karena efek suara dari film itu.

Bahkan gadis itu tak sengaja memeluk lengan Taehyung. Begitu juga dengan Irene yang memeluk lengan V.

Sejujurnya, dada si kembar bergemuruh cepat begitu gadis yang disukainya masing-masing melakukan skinship, walau hanya memeluk lengan.

"Eung... Noona, apa kau takut sekali?" tanya V.

Irene menatapnya sekilas dan mengangguk. "Menyeramkan tahu. Ya ampun, semoga tidak terbawa mimpi."

🖤

Setelah menonton film, mereka memutuskan mampir ke restoran tuk makan siang, mengisi perutnya yang sedari dari sudah berbunyi.

Tempat yang mereka pilih kali ini adalah restoran tradisional Korea. Menurut Taehyung, makan di sini benar-benar menyenangkan. Selain harganya yang lebih murah, makanan yang disajikan pun sangat lezat. Khas Korea sekali.

"Makan apa?" tanya Taehyung pada semuanya.

"Tae, aku tidak bawa uang banyak," ujar Yerin pelan.

"Tenang, Yerin-ie. Untuk itu, aku dan V yang menanggung."

"Tapi tadi juga kalian yang membayar tiket nonton dan juga membeli popcorn."

"Benar kata Yerin, Tae. Untuk makan kali ini, bagaimana kalau aku juga ikut membayar?" sela Irene.

"Tapi..."

"Kita bertiga yang bayar. Aku, kau, dan juga V. Setuju, ya? Kalau tidak setuju, aku tidak mau lagi jalan bersama kalian."

"Ah, baiklah! Aku setuju!" V menyambar dengan tiba-tiba, sesaat kemudian ia mengatupkan bibirnya yang entah kenapa bisa berkata seperti itu. Ekor matanya melirik sang kembaran yang menahan senyum; tapi terlihat aneh.

🖤

Setelah makan siang, Taehyung berdiskusi dengan V tentang masalah yang kemarin di rencanakan. Kini, mereka sepakat tuk pisah tempat, memberi ruang untuk menyatakan perasaan mereka masing-masing.

"Tae, lihat, anak itu lucu sekali. Pipinya tembam, aku jadi gemas." Yerin menunjuk satu anak kecil yang sedang berlarian ke sana kemari bersama pengasuhnya, saat anak itu berlari, pipinya yang besar naik-turun, tentu membuat Jung Yerin gemas.

"Kau suka lihat anak kecil?"

Yerin mengangguk. "Kalau kau?"

"Aku juga. Mereka itu lucu dan polos. Yerin-ah, kenapa kita sama-sama menyukai anak kecil, ya? Jangan-jangan kita jodoh?" tanya Taehyung sambil tertawa.

Yerin tertawa kecil. "Kau ini bisa saja, Tae." Ia merogoh tas sekolah yang dibawanya menginap, dan mengeluarkan satu jelly rasa buah dari dalam sana.

Melihat itu, Taehyung sedikit tersenyum kecil. "Yerin-ah."

"Hm?"

"Dari dulu kesukaanmu tidak pernah berubah."

Kegiatan Yerin membuka jelly-nya terhenti, ia menoleh. "Maksudnya?"

Taehyung mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, menunjukkan kepada Yerin.

"Loh?" Yerin terkejut, ia meletakkan jelly-nya di atas rerumputan dan mengambil sebuah gantungan kunci yang tadi di tangan Taehyung.

"Ini kan..." Yerin kembali mengamati gantungan kunci besi bergambar beruang itu. "Kau... Choco?"

Taehyung tersenyum lega. "Akhirnya kau mengingatku, Jelly."

"Yang benar? Seingatku, Choco sahabatku dulu jelek sekali, dekil, ingusan, seperti alien."

Taehyung memasang wajah datar, menyentil kening Yerin cukup keras. "Kurang agar kau, Jel! Tentu saja aku ini Choco. Salahkan dirimu yang saat itu pikun, kau selalu lupa dengan nama asliku. Kau memanggilku Choco karena kulitku yang berbeda dari orang Korea pada umumnya, kan?" Selanjutnya ia mendengus.

Yerin terisak. Ia menggenggam gantungan kunci yang dulu pernah ia berikan untuk Taehyung ketika sebelum berpisah, lalu memeluk laki-laki itu erat. "Hiks, aku merindukanmu, Choco. Salah satu tujuanku bersekolah di sini untuk mencarimu. Dan ternyata orang yang selama ini kucari satu sekolah denganku." Ia semakin menangis.

Taehyung mengusap punggung Yerin, membantu menenangkan gadis cantik itu. Sebenarnya, jika keadaan sedang tidak begini, Taehyung ingin tertawa melihat Yerin yang menangis seperti bayi. Kebiasannya sejak dulu tak pernah berubah.

🖤

Sudah lebih dari satu jam V dan Irene menghabiskan waktunya di timezone. Hampir semua permainan sudah mereka berdua lakukan. Mulai dari Maximum Tune atau permainan balapan. Dance Revolution, untuk permainan ini V paling suka dan tentunya jago untuk memainkannya, Irene pun tak kalah jago. Irene bilang, sewaktu SMA dulu ia pernah mengikuti ekstrakurikuler dance.

Permainan yang ketiga Street Basketball. V juara dalam hal basket, saat balapan dengan Irene, tentunya ia yang paling banyak mencetak skor dalam kurun waktu yang singkat.

Selama bersama Irene, remaja laki-laki itu banyak tertawa. Bedanya kali ini V tertawa lepas, seakan melupakan dirinya yang bersifat dingin, bahkan senyum saja jarang terlihat.

Di mata gadis itu, senyuman kotak V membuatnya semakin terlihat tampan. Untuk yang pertama kalinya Irene melihatnya.

"Noona, kita belum mencoba Claw Machine!" Dari nada bicaranya saja terdengar semangat sekali.

"Ah! Aku malas main itu!" Irene merengut.

"Kenapa?"

"Kau tahu? Mesin itu curang."

V tersenyum. Ia menarik tangan Irene menuju sebuah mesin capit yang terdapat banyak boneka di dalamnya.

"V... sudah kubilang jang—"

"Yes! Dapat!"

Irene membulatkan mata sipitnya begitu V berhasil mendapatkan sebuah boneka babi pink berbulu lembut. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Sungguh, ini diluar nalar. Selama ini Irene tak pernah berhasil mendapatkan boneka, tapi V? Baru satu kali main sudah berhasil?

"Noona!"

Irene tersentak. "Iya?"

"Ini boneka untukmu."

Gadis itu memandang boneka yang sudah berpindah ke tangannya. "Kenapa kau mengambil babi, sih?"

"Karena boneka itu cocok dengan wajahmu."

"Hei!" Ia memukul V dengan boneka yang dibawanya.

V tertawa. Ia berlari menghindari amukan Irene, tak memedulikan orang-orang di sana.

"Aduh!"

V langsung menoleh begitu mendengar suara ringisan Irene. Dapat dilihat, gadis berkulit putih susu itu terjatuh, lututnya menghantam lantai dengan keras.

"Hei, kalau jalan hati-hati. Kau hampir saja melukai kekasihku," kata laki-laki yang ternyata penyebab Irene jatuh.

"Maaf."

"Aish! Kupukul juga kau."

Irene memejamkan mata begitu tangan besar laki-laki tersebut hendak melayang ke wajahnya. Beberapa detik berikutnya, ia tak merasakan sakit sedikit pun.

"Laki-laki tidak pantas memukul seorang wanita."

Mata Irene terbuka, ia terkejut melihat tubuh tinggi V sudah berada di depannya sambil menahan tangan laki-laki tersebut.

"Dia hampir membuat kekasihku terluka."

"Hampir, kan? Apa kekasihmu benar-benar terluka? Lihat, justru kekasihku yang terluka!"

V...

Irene memegang lengan kekar V. "Ayo, pergi dari sini. Kita jadi bahan tontonan." Irene berbisik.

V tidak menggubris. Ia menatap laki-laki di hadapannya dengan sengit. Pria di depan V pun sama kerasnya, kekasihnya sudah menariknya pergi namun sifat keras kepalanya membuatnya masih bertahan di sini.

"Maaf, kekasihku memang sedikit pemarah," kata gadis yang tadi hampir ditabrak Irene.

"V, ayo cepat! Pergi dari sini atau nilai bahasa inggrismu kosong? Masih ingat kan kalau aku ini gurumu?"

V menghela napas. Tanpa mengucapkan apa pun, ia berlalu dari sana sambil menggenggam tangan Irene.

"Kenapa kau semarah itu, sih?" tanya Irene yang berusaha mengimbangi langkahnya dengan V.

"Aku tidak terima dia ingin memukulmu, Noona. Bagiku, laki-laki yang suka memukul perempuan itu lebih dari seorang pengecut." Seperti ayahku.

Irene mengelus punggung V. "Sabar. Aku tidak apa-apa, kok. Lain kali jangan begitu lagi, ya. Oh iya, tadi Pigu terjatuh!" Irene menghentikan langkah, dan memukul-mukul pelan boneka babi tersebut yang sedikit kotor.

"Pigu?"

"Iya, nama untuk bonekanya. Bagus, kan?"

V mengangguk. Senyuman Irene yang tulus mampu meluluhkan hati seorang V Kim.

"Noona."

"Hmm?"

"Aku mencintaimu."

Hai hai hai!!

I'm comeback dong :v

Tapi ini update terakhir yaa, chapter  selanjutnya bakalan vivi up kalo vivi udah selesai ujian+selesai ngetik The Flower Crown 2 yang nanti bakalan dibukukan 😘😘

So... jangan ada yang nanya lagi yaa kapan ff ini update 😂 kalo ada yang kangen, kangen sama vivinya aja wkwkwk.

Gimana? Momen Vrene sama Taerin udah muncul kan? Iyalah*ikut suara cute girl.

Semoga kalian ga bosen ya gaess 😍😍 saranghaeee 😘😘😘

Kamis, 14 Maret 2019

Continue Reading

You'll Also Like

53.2K 473 5
well, y'know? gue fetish sama pipis dan gue lesbian, eh gue sekarang sepertinya bi, kontol dan memek ternyata NYUMS NYUMS Apa ya rasanya Mommy? juju...
135K 10.5K 88
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
492K 49.4K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
513K 5.5K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...