IRREPLACEABLE (Completed āˆš)

By Nana_JN

26.8K 2.2K 634

Tragedi terjadi. Ia keturunan yang tersisa. Dan bersamanya lah ia mampu melewatinya. Namun apa yang terjadi... More

PROLOG
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB -1
BAB 6
Irreplace-info-able
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB -2
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB -3
BAB 16 (End)
EPILOG
EXTRA 1

BAB 11

1K 96 34
By Nana_JN

Enjoy this story 😊

👑👑👑

Sebuah tangan hangat menggenggamnya erat, saling memberikan kekuatan untuk keduanya. Dan ini adalah awal bagi mereka, berjuang bersama-sama.

"Sudah siap?" Pangeran Clinton menatap pasti.

Charisa menghembuskan nafas beratnya, lalu menganggukkan kepalanya. Kemudian dengan langkah pasti ia melangkahkan kakinya menuju pesawat kerajaan Lanzwirs yang terparkir di halaman depan rumahnya. Untungnya halaman rumahnya itu begitu luas sehingga pesawat kerajaan itu bisa terparkir dengan aman.

Awalnya ia memang tahu bahwa pangeran Clinton akan menjemputnya, tetapi ia tidak tahu bahwa pangeran itu menjemputnya dengan pesawat kebanggan kerajaan Lanzwirs.

Gadis itu tahu, semenjak ia sudah mengingat semuanya secara perlahan, hidupnya tidak akan sama lagi. Ia bukan lagi gadis kesayangan ayahnya yang bermanja-manja atau selalu bergantung padanya, ia bukan lagi gadis yang selalu minta ini itu, ia bukan lagi gadis manis yang selalu menjadikan sahabatnya sebagai tamengnya. Sekarang ia menjadi gadis yang siap dengan seluruh tanggung jawab yang diembannya.

Charisa terdiam untuk waktu yang lama, ia teringat pada perkataan neneknya dulu;

"Suatu hari nanti, kerajaan Lanzwirs akan berada di bawah kekuasaanmu."

Neneknya tidak pernah menarik kembali ucapannya. Neneknya juga tidak pernah main-main dalam ucapannya. Dan ia tahu, neneknya sedang mengawasinya meski dalam alam yang berbeda.

"Sedang memikirkan apa?"

Charisa tersenyum lembut, "Aku tahu, kenapa kamu selalu merasa belum siap."

"Bukan hakku. Kamu tau itu kan?"

"Bukan itu."

"Lalu apa?" pangeran Clinton menatap dalam,

"Kamu akan mengetahuinya nanti kalau kamu menanyakannya dengan pasti di lubuk hati terdalammu."

Pangeran Clinton terdiam dibuatnya. Ia bungkam seketika dengan mencerna setiap ucapan Charisa. Apa yang dimaksud gadis itu?

Selama ini, hal yang membuatnya belum siap ialah ketika kakeknya meninggalkan dunianya dan pergi menyusul saudarinya yang telah ia bunuh, meninggalkan dirinya seorang diri berjuang untuk mengembalikan Charisa ke istana, memperkenalkan kembali gadis itu ke khalayak umum dan menyatakan bahwa bukan ia yang pantas menjadi raja muda Lanzwirs, tetapi gadis itu lah yang berhak memimpin kerajaan Lanzwirs. Lalu kenapa gadis itu mengatakan bahwa bukan itu yang membuatnya belum siap, lalu apa?

Seperti biasa, tempat duduk favorit gadis itu tepat di samping jendela pesawat. Ia selalu suka dengan pemandangan yang terlihat dibalik jendela. Senyumnya terus mengembang sampai ia melihat hutan hijau begitu luas terhampar, pepohonan asri menyelimuti daerah tersebut.

Ia mengerti sekarang kenapa istana utama Lanzwirs tidak bisa diakses media, istana utama itu ditutupi hutanan lebat, jalan tanpa penerangan dan pastinya harus melewati beberapa penjaga yang mengawasi gerak gerik mobil yang melintasi jalan menuju istana utama. Sudah dipastikan, orang-orang yang tidak memiliki kepentingan atau hak ke wilayah istana utama Lanzwirs tidak akan bisa kembali seperti semula.

Semua juga tahu bagaimana ketatnya keamanan kerajaan Lanzwirs. Semuanya terjaga dengan rapi, hingga berita kematian keluarganya pun berhasil ditutupi.

Istana yang pernah pangeran Clinton kenalkan dulu padanya itu adalah istana yang dulu menjadi rumahnya, tempat kembalinya dan kini sudah menjadi tempat kenangan.

"Kakek membangun istana baru Lanzwirs dalam kurun waktu yang sangat cepat, ia benar-benar tidak mau menempati istana yang dipenuhi darah-darah kenangan ratu Niara dan semua pelayan yang terbunuh di sana. Kadang kala, setiap malam kamis, kakek menangisi tindakannya, kadang pula kakek merasa puas akan apa yang ia miliki."

Charisa mendengarkannya dengan seksama, ia merasa perlu mendengarkannya dengan serius. Meski matanya terus menatap ke jendela, telinganya selalu setia mendengarkan keluh kesah pangeran itu.

Sampai tiba matanya membulat ketika ia melihat sebuah bangunan besar di kelilingi kebun hijau yang memanjakan matanya. Di hadapan bangunan itu terdapat sungai yang mengelilinginya, seperti dijaga dengan sangat aman.

Charisa menoleh pada pangeran Clinton yang tengah tersenyum,

"Seperti apa yang ku bilang, istana Denziar memang terkenal dengan keindahan arsitekturnya, tetapi istana Lanzwirs lebih lagi."

Charisa mengerti mengapa kakek buyutnya menjadikan neneknya sebagai ratu, neneknya itu tidak memiliki sifat ambisi untuk selalu bersaing. Berbeda dengan raja Denial yang selalu ingin menjadi yang pertama dan satu-satunya.

Pesawat kerajaan Lanzwirs mulai mendekat ke bagian depan istana, bangunan yang awalnya terlihat agak kecil dari jauh itu mulai terlihat kemegahannya.

Istana yang diperkirakan memiliki luas lebih dari 15.000 hektar. Charisa memikirkan seberapa banyak uang yang dikeluarkan untuk membangun sebuah istana besar lagi megah nan mewah itu.

Semakin pesawat akan melakukan pendaratan, semakin terlihat betapa indahnya istana itu. Pantas saja, banyak sekali yang menantikan pesta ulang tahun kerajaan Lanzwirs di tahun ini karena untuk pertama kalinya istana utama Lanzwirs di buka untuk umum.

"Untuk apa raja Denial membangun istana sebesar itu?" Gumam Charisa merasa terheran-heran,

Untuk apa orang tua itu membangun istana yang besar kalau umurnya saja belum tentu sampai seratus tahun. Ia akan meninggalkan semua harta kekayaannya. Dan mewariskannya untuk seorang cucu yang bahkan belum siap untuk menerimanya.

Charisa mendongak saat sebuah tangan terulur di hadapannya, ia tersenyum dengan sebelumnya menghembuskan nafas beratnya.

"Aku tahu ini berat, tapi kita bersama-sama menghadapinya." Ucap Clinton sembari menggenggam erat tangannya, hingga gadis itu tersenyum dengan lega. Menerima semua apa yang akan terjadi pada saat nanti.

👑👑👑

Deven menepati ucapannya. Ia benar-benar menunggu putri Anneth di bandar udara Lanzwirs airport. Bersiap dengan semua konsekuensi yang akan diterimanya saat dengan lancang meminta izin langsung pada raja Felio untuk menjemput putri kesayangannya.

Lelaki itu menunggu dengan sangat gugup, ia terus-terusan bolak balik melirik jam yang tertera di pergelangan tangan kirinya, lalu menatap ke langit luas, menunggu datangnya pesawat kerajaan Felixios mendarat. Membawa seorang gadis yang entah sejak kapan mengisi relung hatinya.

Deven kembali menatap mobil Koenigsegg CCXR Trevita yang baru saja ia beli hasil dari tabungannya yang lumayan karena ia termasuk laki-laki yang hemat, tidak suka membeli barang-barang penting. Bukan tidak mungkin ia mampu membeli mobil paling mahal di dunia itu, seharga 67 miliar dengan kecepatan yang mampu melaju dari 0-100 km/jam dalam waktu 2.9 detik dan top speed mencapai 410 km/jam. Menurutnya sangat sepadan dengan seorang putri yang selalu dijaga oleh ayahnya dan sangat disayangi rakyat Felixios itu. Deven hanya ingin menyesuaikan dirinya pada gadis cantik itu,

Suara gemuruh mulai terdengar dari ufuk timur. Deven mulai merapikan jas ia kenakan, berwarna biru navy dengan dihiasi warna perak di setiap ujungnya. Ia juga sudah memotong rambutnya agar nampak lebih rapi.

Badan keamanan Lanzwirs yang memang berjaga untuk menyambut para tamu undangan sudah bersiap menyambut kedatangan pesawat kerajaan Felixios. Mobil limosin pun sudah disiapkan untuk penyambutan para tamu khusus. Apalagi yang datang kali ini adalah raja Felio, raja yang biasanya paling enggan menginjakkan kakinya di wilayah Lanzwirs.

"Baiklah Deven, tenangkan dirimu, dan bersiaplah." Ucapnya dalam hati sembari tersenyum,

Putri itu benar-benar cantik, Deven mengakuinya dengan keadaan tersadar penuh. Ia merapikan pakaiannya, menatap kembali apa kah ia sudah terlihat sesuai saja. Dan kemudian dengan keberanian seutuhnya, ia berjalan menuju keluarga inti kerajaan Felixios yang tengah disambut hangat anak buah ayahnya.

"Hallo Deven?" Ratu Vernita menyapa lebih dahulu dengan ramah.

Deven tersenyum penuh percaya diri, ia merasa senang dengan ratu Vernita yang lebih dahulu menyambutnya dengan hangat. Lalu tatapannya terarah pada putri Anneth yang tengah tersenyum ke arahnya. Seakan dunia terhenti, ia benar-benar terkesima dengan cantiknya putri itu untuk kali ini. Tidak, bukan hanya kali ini, tetapi selalu. Putri itu selalu cantik. Catat itu.

"Ehem." Raja Felio menatap heran pada tingkah laki-laki yang tengah menatap dalam putrinya.

Ratu Vernita mengulum senyumnya, ia lalu mengusap lengan raja Felio, menenangkan suaminya itu sebelum bertindak yang aneh-aneh. Seperti menyingkirkan Deven dari hadapan putri Anneth misalnya.

"Oh maaf. Perkenalkan, saya Deven, putra dari Andrea, Jenderal keamaan Lanzwirs." Ucap Deven sopan,

Raja Felio terus menatapnya dengan intens, seolah menuntut sesuatu yang ditunggunya. Putri Anneth yang menyadari itu lantas membisikan sesuatu ke telinga ayahnya.

Raja Felio mengangguk-angguk setelah mendengar bisikan dari putri kesayangannya itu. "Jadi, apa tujuanmu?" Tanyanya kemudian.

Deven meneguk salivanya. Ia tahu, raja Felio hanya bertanya biasa tetapi cara dia bertanya yang membuat Deven agak takut. Bagaimana tidak takut kalau raja Felio tengah melotot tajam sambil mendekatkan tubuhnya ke arah Deven.

Sejenak Deven menatap ke arah putri Anneth. Dilihatnya putri cantik itu tengah berbisik pelan, "aku tunggu." Dengan isyarat bibirnya yang mengucapkannya lalu diselingi dengan senyum manisnya.

"Saya ingin meminta izin untuk mengajak putri Anneth pergi ke pesta Lanzwirs." Ucap Deven dengan mantap.

Raja Felio masih dengan posisi menatap dengan serius. "Kami juga akan pergi ke sana. Tolong lebih spesifik lagi."

"Hanya berdua. Hanya saya dan putri Anneth. Saya jamin keamanan putri Anneth selama bersama saya."

"Seberapa aman? Apa jaminannya? Aku belum ya-"

"Ayah,"

Raja Felio menghentikan ucapannya, ia kemudian tertawa terbahak-bahak. Deven yang melihat itu hanya mengernyitkan keningnya.

Putri Anneth menyilangkan kedua tangannya di dada, menatap jengah pada ayahnya yang masih saja tertawa dengan puasnya. Tetapi di sela itu ia tersenyum senang, ayahnya sudah lama tidak tertawa sejak banyak awan gelap mengikuti langkahnya. Bukan hanya ia yang terpuruk, ayahnya lah orang yang paling terpuruk.

"Maafkan kami, Deven." Ratu Vernita melerainya. Ia juga ikut tertawa pelan saat raja Felio tengah tertawa dengan puas.

"Ada apa ini?" Tanya Deven heran,

Tanpa bicara lagi, putri Anneth langsung menggandeng tangan Deven untuk pertama kalinya dan menyeret laki-laki itu menjauh dari orang tuanya yang malah melambaikan tangan sembari mengucapkan; "hati-hati di jalan dan bersenang-senanglah"

Sejujurnya, tangan Deven masih gemetar karena agak takut dengn sikap raja Felio tadi. Tetapi ia malah dibuat bingung dengan semua yang telah terjadi.

"Putri Anneth, sebenarnya ada apa?" Tanya Deven setelah mereka sudah memasuki mobil.

Putri cantik itu mengulum senyumnya, "aku sudah ngasih tau ayah dan bunda tentang rencana kamu yang pengen ngajak aku pergi."

Deven tergelak, ia sontak menghentikan laju mobil. "Jadi tadi cuma banyolan ayah kamu?"

"Iya."

Laki-laki itu menghembuskan nafas beratnya. Lalu tangannya mencari sesuatu di balik kursinya.

"Kamu cantik kali ini." Sebuah buket bunga mawar biru terjulur di hadapan putri Anneth.

Putri Anneth tersenyum dengan manisnya. Ia menerima bunga itu lalu menghirup wangi harumnya, kemudian menaruhnya di pahanya sambil membelai kelopak bunga-bunga itu, indah sekali dan senada dengan gaun yang ia kenakan.

"I love blue," gumam Deven sambil fokus menyetir,

Putri Anneth benar-benar menahan senyum lebarnya, ia hanya terus memalingkan pandangannya ke jendela karena pipinya sudah dipenuhi warna merah merona.

"Deven," suara putri Anneth terdengar dalam, Deven mengernyitkan dahinya sembari menoleh ke samping sesaat lalu memfokuskan kembali tatapannya ke depan.

Putri cantik itu meremas bagian bawah gaunnya, "Bagaimana dengan Charisa?" Tanyanya hati-hati,

"Bagaimana apanya?"

"Dia berangkat dengan siapa?" Tanya putri Anneth lagi,

Deven hanya tersenyum tipis. Ia tidak menjawabnya, hanya menunjukan jarinya ke udara.

Putri Anneth mengikuti arah jari Deven yang menunjuk ke langit, dan sejurus kemudian pesawat besar terbang melintasi dari udara menuju ke arah yang mereka tuju. Setelahnya putri cantik itu menghembuskan nafas leganya, lalu tersenyum simpul.

"Deven, aku harap ini bukan hanya sesaat sementara."

👑👑👑

Pangeran Clinton tidak pernah menatap ke arah lain. Matanya seolah selalu terfokus pada gadis cantik yang tengah tersenyum tenang, ia seolah-olah kembali pada dirinya yang dulu. Ia seperti hidup kembali. Meski tidak dapat ditutupi bahwa ada kesedihan di balik senyumnya.

Pintu utama dibuka dengan lebarnya. Para pelayan serta ajudan bersiap menyambut kedatangan pangeran Clinton. Putera mahkota yang tidak akan lama lagi diangkat sebagai raja muda Lanzwirs. Itu gosip yang merembak dikarenakan kondisi fisik raja Denial semakin menurun.

Suara bisik dalam diam pun mulai menyebar, banyak yang mengatakan bahwa pangeran Clinton sudah diberi wasiat untuk segera menggantikan posisi kakeknya. Tetapi ada juga dibalik itu kabar akan adanya kudeta dari pihak anti pemerintahan raja Denial, kabar yang tersebar menyebutkan dari pihak keluarga Lady Chiary yang masih menyimpan dendam hingga hari ini. Entah itu kebenaran yang nyata atau hanya sebuah isu yang diangkat naik ke permukaan. Yang jelas, pihak kerajaan sudah siap siaga sebelum pangeran Clinton dilantik.

"Aku ingin menunjukkan suatu tempat," Pangeran Clinton mengarahkan Charisa menuju suatu ruangan.

Gadis itu hanya mengikuti dari belakang, sepanjang jalan ia terus menduga-duga, suatu tempat apakah yang ingin ditunjukan pangeran itu?

Setiap lorong yang mereka lewati menampilkan lukisan, sayangnya hanya ada lukisan raja Denial, pangeran Clinton beserta kedua orang tuanya. Tidak ada lukisan dari para leluhurnya. Raja Denial benar-benar tidak menginginkan adanya wajah dari leluhurnya. Bahkan, kakek buyutnya pun tidak ada.

Sebuah ruangan yang menjurus ke sayap kanan istana, melewati beberapa lorong panjang yang berbelok hingga tiba mereka ke suatu tempat yang mirip dengan tempat gladiator namun dalam lingkaran kecil dengan diameter yang tidak terlalu besar, dikelilingi oleh pagar tinggi.

Matanya menyipit, memandangi dengan tatapan mendalam. Charisa mendekatkan tubuhnya pada pagar tinggi itu, adanya celah-celah kecil memperlihatkan apa yang ada di dalamnya.

Sesaat tubuhnya mematung, ia terdiam beberapa saat, lalu membalikan tubuhnya menatap pangeran Clinton yang tengah tersenyum ke arahnya.

Pangeran tampan itu meminta penjaga di depan pagar tadi agar membukakan pintu utamanya. Charisa lantas masuk ke dalam dan mengeluarkan suara panggilan khususnya,

"Waron!" Panggilnya girang,

Hewan berjenis kelamin wanita itu lantas menoleh dengan gigi taring depannya, ia nampak terdiam sejenak, mengendus-enduskan nafasnya lalu sekuat tenaga binatang yang memiliki nama hewan Jaglion itu berlari kencang, ia sudah disambut Charisa dengan pelukan hangatnya.

Waron, nama yang diberikan bundanya untuk hewan Jaglion itu. Waron adalah binatang langka yang terlahir dari hasil kawin silang antara hewan jaguar berjenis kelamin laki-laki dan singa wanita. Hewan yang merupakan predator buas itu memiliki dasar warna coklat muda seperti singa dan totol bunga seperti jaguar. Hewan yang begitu cantik dan telah menemani putri Chaqira selama masa hidupnya hingga tragedi itu terjadi.

Pangeran Clinton mengernyitkan dahinya saat ia menoleh ke samping. Alexis, ajudan setianya itu sedang menangis terisak. Tubuhnya yang tinggi tegap besar itu dengan anehnya menangis terisak ketika melihat hewan sebuas jaglion tengah menitikkan air matanya. Hewan pun punya hati dan kerinduan yang mendalam pada seseorang yang dijaganya.

Jangan tanya bagaimana kondisi Charisa yang masih memeluk erat binatang predator itu. Meski Waron termasuk golongan binatang buas, hewan itu sama sekali tidak menyakiti Charisa. Karena ia pun memiliki insting kepada siapa ia perlu mengeluarkan sifat aslinya.

"Bagaimana bisa?" Tanya Charisa masih tak percaya sambil mengusap lembut bulu-bulu waron,

"Kalian memiliki kalung yang sama." Sahut pangeran Clinton, tangannya meraih kalung yang ia simpan bertahun-tahun lamanya.

Pangeran tampan itu berjalan mendekat ke arah Charisa, lalu berdiri tegap di balik tubuh gadis itu sembari memasangkan kalung itu di lehernya.

Charisa tersenyum sembari membuka kalung liontin itu, terdapat gambar keluarga kecilnya, lalu memegang kalung yang dikenakan waron, terdapat gambar ia dengan waron saat mereka bermain-main ketika masa kecilnya.

Ia ingat sekali, waron kala itu masih berusia balita, hadiah yang diberikan neneknya saat ia berulang tahun ke tujuh tahun. Waron yang merupakan jaglion itu sering disebut-sebut sebagai penjaga pewaris tahta kerajaan Lanzwirs. Sama halnya dengan neneknya dulu yang memiliki binatang khusus untuk menjaganya.

"Terimakasih banyak," ucapnya tulus,

Pangeran Clinton mengangguk pelan, "Waron ditempatkan di sini karena dia wanita yang agresif."

Charisa tertawa pelan, ia menyetujui ucapan Clinton. Waron benar-benar akan membuat orang lain jantungan kalau berani mendekatinya. Bahkan dulu seorang pelayan yang tak sengaja menyenggolnya hampir kena cakaran Waron yang kelihatan sangat marah sekali.

"Ada satu tempat lagi yang ingin ku tunjukkan." Ucap pangeran Clinton,

Lagi-lagi Charisa harus memendam rasa penasarannya. Dengan berat hati ia meninggalkan Waron lagi yang sedari tadi minta dielus olehnya. Hewan itu benar-benar merindukannya, begitu pula dengannya. Setidaknya ia tidak benar-benar kehilangan kenangan indahnya yang nyata dengan Waron. Jaglion itu bagaikan obat rindunya.

"Aku janji, kita akan seperti dulu lagi." Janji Charisa sambil mengelus puncak kepala Waron lalu mengecupnya dengan penuh kasih sayang.

Hewan itu hanya mengaung-ngaung ketika Charisa dituntun untuk keluar dari tempat persemayaman Waron. Dan air mata langka dari hewan buas itu kembali menitikkan dengan perlahan. Tidak perlu tanya bagaimana keadaan Alexis. Ia sudah mengambil banyak tisu untuk mengelap wajah garangnya yang ternodai oleh air matanya.

Pangeran Clinton menghentikan langkahnya tepat di suatu ruangan megah yang di setiap sisi bangunannya di penuhi oleh ornamen lukisan dewa dewi dari kerajaan dahulu.

Tempat yang memiliki nuansa dominasi warna krem itu begitu menenangkan. Jendela besar pun memenuhi setiap sisinya. Menampilkan cahaya dari matahari yang mulai berubah warn menjadi warna jingga. Ia sadar, sore hari sudah mulai luruh menjadi tergantikan pada temaramnya hari.

Charisa kembali mematung ketika ia dituntun menuju ujung dari ruangan besar itu. Matanya menatap tak percaya pada apa yang ada dihadapannya. Pundaknya terselimuti oleh tangan kokoh yang mengusapnya lembut.

Air matanya kembali menetes dengan derasnya. Kepalanya pun sudah tersandar lemah pada pundak pangeran Clinton yang tanpa suaranya namun dengan tindakannya yang begitu menguatkannya.

"Maafkan aku, hanya itu yang bisa kulakukan." Bisiknya dengan kehati-hatian.

Charisa menggeleng pelan, kemudian ia menghapus air matanya. "Terimakasih, terimakasih." Ucapnya berulang-ulang sembari tersenyum.

Dihadapannya terdapat enam guci hias dengan di atasnya terdapat lukisan besar yang menampilkan pemiliknya. Lukisan wajah neneknya yang tengah tersenyum hangat, lalu ada ayahnya yang dengan gagahnya, dan bundanya dengan senyum menawannya. Dan disampingnya ada wajah kakaknya, pangeran Xavier dengan ketampanannya, lalu sebuah lukisan yang menampilkan wajahnya dan disampingnya ada wajah adik kecil kesayangannya. Senyumnya berubah menjadi getir tak tertahankan, hingga tangisnya kembali luruh.

Charisa sudah tidak sanggup lagi, ia benar-benar menggigit keras lidahnya, hingga pangeran Clinton menangkup kedua pipinya mengarahkannya pada tatapan mata yang selalu meneduhkan itu.

"Menangislah sepuasmu." Katanya kemudian.

Lalu pangeran Clinton menarik lembut tubuh gadis itu ke dalam pelukan eratnya. Ia tahu, malam ini ia akan memimpin jalannya pesta ulang tahun Lanzwirs, tetapi ia membiarkan gadis itu membasahi setelan rapinya dengan air mata kepedihan gadis itu.

👑👑👑

"Dance with me?"

Charisa mengernyitkan dahinya, sesaat ia tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

Setelah aksi tangis-tangisannya, dan mengucapkan akan pergi dulu pada keluarganya yang hanya menyisakan abu itu. Charisa kembali dibawa pangeran Clinton menuju bagian ruangan lain dari banyaknya ruangan di istana utama Lanzwirs.

Hingga mereka terhenti pada ruangan yang nampak sepi namun berhiaskan lampu-lampu besar yang berkilauan. Dengan jendela besar tanpa ada gorden yang menutupinya. Ia tahu ini adalah lantai paling atas dari istana utama Lanzwirs. Terlihat dari jelasnya matahari yang mulai tenggelam, cahaya temaramnya begitu indah.

"Malam ini akan ada pesta dansa, aku hanya ingin mengetes." Gurau pangeran Clinton sembari menuntun tangannya untuk ditaruh dipundaknya, lalu satu tangannya mengait dengan erat pada tangan hangat pangeran Clinton.

Sejenak ada irama menenangkan yang terdengar, seritme dengan gerakan dansa mereka berdua dengan ditemani matahari tenggelam.

Charisa memang pernah diajari bagaimana cara berdansa dulu. Dan kini ia terlihat agak gugup. Bukan karena ia mulai melupakan ajaran itu, tetapi tatapan dalam dari mata sang pangeran yang terus menatap ke arahnya. Belum lagi dengan keadaan hanya mereka berdua yang berada diruangan ini karena entah sudah disuruh, para ajudan yang sedari tadi mengiringi mereka hanya berhenti sampai pintu depan ruangan.

"Ada yang ingin kusampaikan lagi." Ucap pangeran Clinton, tubuhnya bergerak kesana kemari menyesuaikan dengan irama musik.

"Apa lagi? Kamu udah ngebikin aku nangis dua kali hari ini." Gerutu Charisa,

Pangeran Clinton menghentikan gerakan mereka. Ia menghembuskan nafas beratnya, lalu menggenggam erat kedua tangan Charisa yang tengah cemas menunggu apa yang akan disampaikan pangeran Clinton.

"Aku-"

"CHA!"

Charisa langsung menoleh, Deven tengah berlari kencang kearahnya. Tanpa sadar ia melepaskan genggaman tangan pangeran Clinton lalu berjalan kearah Deven.

Sahabatnya itu langsung memeluknya erat, lalu mencium dalam puncak kepalanya, dan memeluknya dengan sangat erat lagi. Meninggalkan pangeran Clinton yang terdiam ditempatnya.

"Deven, kenapa?" Tanya Charisa bingung,

Deven tak menyahut, ia menatap pangeran Clinton yang terlihat ingin membalikan tubuhnya.

"Boleh ku bawa pergi Charisa sebentar?" Tanya Deven sembari menggenggam tangan gadis itu,

"Silahkan," sahut pangeran Clinton sembari tersenyum, lalu benar-benar membalikan tubuhnya.

Charisa melihat itu, ada tatapan yang tidak dimengertinya saat pangeran Clinton mempersilahkan Deven untuk membawanya pergi. Entah apa maksud dari tatapan itu, namun ia tahu, ia agak kecewa kenapa pangeran Clinton tidak mengatakan apa yang ingin ia sampaikan lebih dahulu sebelum ia dibawa pergi Deven.

👑👑👑

Tatapan mata itu mulai melemah. Ia memang membiarkan gadis itu pergi dibawa Deven. Tapi ia tidak menyangka mereka hanya pergi ke samping ruangan itu. Dan pangeran Clinton dapat melihatnya dengan jelas.

Meski tidak satupun suara yang ia dengar. Ia hanya melihat bagaimana antusiasnya Deven sembari menggenggam erat tangan Charisa, berceloteh panjang dengan mata berbinar-binar.

Tanggapan gadis itu pun terlihat dengan senyum bahagianya, mereka seperti membicarakan hal yang begitu membahagiakan hingga pelukan erat itu terjadi lagi disertai Deven yang mengecup singkat kening gadis itu.

"Siapa aku?" Lirihnya sembari membalikan badannya, tidak ingin menambah kepedihan hatinya.

👑👑👑

To be continued.

Tungguin aja bab 12-nya ya, monmaap yg nungguin team meja bundar, aku pindahin ke bab 12 aja. Biar greget kelean di bab ini, eh kesel sama author maksutnya wkwkwkwk

Demi apapun, aku nulis bab ini sambil terus dengerin lagu "cinta luar biasa"-nya Andmesh 😍

Thankyou so much untuk peringkat cerita Irreplaceable, cast Ucha berada diposisi pertama karna memang pemain utamanya dia 😊 xiexie 🤗

Selasa, 26 Februari 2019

Continue Reading

You'll Also Like

65.9K 6.7K 20
Andai waktu bisa di putar lagi. Gua cuman mau bilang, gua juga sayang sama lo -kyr
58.7K 2.9K 20
Jin x Jihyo Jk x Tzuyu. Taehyung x Sana. Namjoon x Jeongyeon. Jimin x Mina Suga x Nayeon. ...
848K 82.9K 29
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
5.6K 1.4K 130
[Buku 1 dari Tetralogi Endia] Bagi Ann Knightley, menjalani hidupnya yang membosankan dengan mengikuti tata aturan yang telah ada adalah pilihan terb...