Takdir Cinta [Sudah Terbit]

Galing kay Eria90

397K 36.9K 4.6K

- Zona dewasa - Masih lengkap - Ekstra part cuma ada dalam versi ebook - Sudah tersedia dalam bentuk ebook di... Higit pa

🍃Prolog🍃
🍃Satu🍃
🍃Dua🍃
🍃Tiga🍃
🍃Empat🍃
🍃Lima🍃
🍃Enam🍃
🍃Tujuh🍃
🍃Delapan🍃
🍃Sembilan🍃
🍃Sepuluh🍃
🍃Sebelas🍃
🍃Duabelas🍃
🍃Tigabelas🍃
🍃Empatbelas🍃
🍃Limabelas🍃
🍃Enambelas🍃
🍃Tujuhbelas🍃
🍃Delapanbelas🍃
🍃Sembilanbelas🍃
🍃Duapuluh🍃
🍃Duapuluhsatu🍃
🍃Duapuluhdua🍃
🍃Duapuluhtiga🍃
🍃Duapuluhempat🍃
🍃Duapuluhlima🍃
🍃Duapuluhenam🍃
🍃Epilog🍃
Promosi Ebook

🍃Duapuluhtujuh[TAMAT]🍃

10.5K 1.2K 200
Galing kay Eria90

Akhirnya... kita sampai juga di bagian akhir dari kisah pasangan yang punya banyak penggemar ini. Nggak ada kata yang bisa saya sampaikan selain beribu terima buat teman-teman semua yang udah mau meramaikan cerita saya dengan vote dan komennya yang selalu buat saya senyum-senyum sendiri bacanya.

Setelah bab ini, berarti hutang saya tinggal epilog. Lalu, kita semua akan berpisah dari kakek Yusuf dan istri kecilnya. Dan karena ini udah di bagian akhir, boleh dong ya, saya minta apresiasi sedikit lebih tinggi dari biasanya?

Nggak banyak kok, cuma 700+ buat vote dan 200 komentar.

Udah ya segitu aja. Jempol saya udah menjerit minta diistirahatkan soalnya. Sampai ketemu lagi di cerita saya yang lainnya🙋. Selamat membaca, dan semoga bab terakhir kakek Yusuf ini nggak terlalu mengecewakan teman2 semua.

🍏🍏🍏                                

                                             

Malam kian larut, tetapi kedua insan yang sedang berpelukan di atas ranjang itu tak jua mau memejamkan mata. Mereka hanya saling menatap, membagi senyuman, dan sesekali saling berbagi kecupan di bibir.

Ah... betapa indahnya malam ini bagi kedua insan yang hatinya sudah saling terpaut itu. Adanya bulan dan bintang yang bertahta di langit menambah rasa bahagia yang membuncah dalam hati mereka. Dengan tubuh yang saling merapat, kulit bertemu kulit tanpa sehelai pun penghalang, mereka kompak tak ingin menghabiskan malam ini dengan mengarungi alam mimpi.

Senyum di bibir Yusuf masih terus terkembang, sedangkan tangan pria yang mabuk kepayang kepada sosok yang berada di dekapannya itu terus mengelus di sepanjang punggung Salwa yang masih menyisakan jejak keringat, sisa percintaan mereka beberapa saat yang lalu.

Bersama Salwa, Yusuf merasa lengkap. Hatinya membuncah bahagia, dan tidak lupa tubuh mungil itu yang selalu membuat ia puas dalam penyatuan tubuh mereka yang terasa begitu pas.

Dengan saling berhadap-hadapan dengan kedua tangannya memeluk erat tubuh lembut itu, Yusuf serasa tak memerlukan apapun lagi selain kehadiran Salwa di sisinya. Menemaninya melewati hari, dan menjadi rumah untuknya.

"Punyamu masih sempit aja, sayang, padahal aku sudah sering memasukinya." Yusuf berkata vulgar seraya mengangkat sebelah kaki Salwa agar mengapit di pinggangnya. Begitu tubuh bagian bawah mereka saling bersentuhan, Yusuf menggeram tertahan karena bukti keperkasaannya kembali menegang, siap kembali mendaki puncak kenikmatan.

Yusuf akui jika usianya tak lagi muda, akan tetapi ia merasa jiwanya kembali muda karena memiliki Salwa sebagai istrinya. Wanita ini, yang tak pernah sekalipun meminta macam-macam padanya, dalam keadaan diam sekalipun sudah bisa membuat Yusuf menggila. Mendambakan wanitanya itu setiap waktu berada dalam pelukan.

"Bapak... " cicit Salwa pelan sambil mengelus dada bidang suaminya yang berkeringat, sementara wajah memerah karena belum terbiasa mendengar kata-kata vulgar yang sering kali diucapkan suaminya semenjak mereka memutuskan untuk menerima ikatan takdir yang mengikat mereka.

Yusuf sendiri terkekeh senang. Memiliki Salwa dalam hidupnya membuat ia selalu merasa bahagia. Kepolosan, kebaikan, serta sikapnya yang penurut, membuat impian Yusuf yang ingin memiliki istri idaman akhirnya terwujud. Direngkuhnya semakin erat tubuh lembut yang telanjang di dekapannya itu, mencium sayang kening Salwa sambil menyelipkan kata, "Istriku yang pemalu."

                                             
Malam ini terasa sangat damai untuk mereka. Kelegaan tentu saja Yusuf rasakan setelah melihat orang yang sudah menyengsarakan hidup Salwa, mendekam di balik jeruji penjara. Yusuf bersyukur karena tidak akan ada lagi orang yang berpotensi mencelakai istrinya. Dan Yusuf berharap mantan istrinya juga akan mengambil langkah mundur setelah mendengar kata-katanya tadi siang.

"Pak... "

Suara pelan nan merdu tersebut mengembalikan fokus Yusuf untuk menatap wajah istrinya. Melihat Salwa mendongak demi membalas tatapannya, seketika Yusuf merasa tersesat. Sepasang mata jernih itu begitu menghipnotisnya, seakan menarik jiwa Yusuf untuk mengarungi kedalamannya.

Yusuf tak memungkiri bahwa wajah Salwa yang cantik adalah alasan utama baginya untuk terus menatap wanita muda itu. Kemudian saat mereka mulai dekat, yang ada di diri Salwa yang paling suka ia tatap lekat-lekat ialah matanya. Dan jangan lupa, tubuh lembut wanitanya itu yang terasa sangat pas berada dalam rengkuhan kedua lengannya.

"Ihh... bapak."

Rengutan yang terdengar manja itu membuat kedua sudut bibir Yusuf kembali tertarik. Salwa yang merengek tampak sangat menggemaskan di matanya. "Apa, sayang?" tanyanya lembut.

Salwa sendiri, meski cemberut pada akhirnya berkata, "Kak Alya, gimana nasibnya? Kan kasian dia sekarang tinggal sendiri. Memang bapak nggak punya cara supaya kak Alya bisa punya kehidupan yang lebih baik lagi?"

                                                 
Ah... istrinya yang baik hati. Sampai sekarang Ysuf tak henti-hentinya bersyukur karena Tuhan telah memberikan salah satu bidadarinya untuk ia miliki. Pria tua sepertinya, yang tak lagi memiliki harapan untuk mengarungi mahligai rumah tangga yang bahagia, masih diberikan kesempatan untuk mengecap indahnya mengarungi bahtera rumah tangga.

Entah kebaikan seperti apa yang sudah dilakukannya di masa lalu, hingga Tuhan begitu baik memberikan takdir cinta yang teramat indah untuk Yusuf jalani.

"Nanti aku pikirkan." jawab Yusuf setelah puas menatap wajah istrinya. "Tapi semua itu tergantung dari keinginannya, kalau dia mau berubah dan segera meninggalkan pekerjaannya sebagai pemuas nafsu laki-laki, maka akan sangat mudah bagiku untuk membantunya. Tapi kalau dia masih bersikeras menjalani profesinya itu, maka bantuanku nggak akan berarti apapun untuknya. Jadi, kamu nggak usah lagi memikirkan hal yang nggak perlu, pikirkan saja anak kita yang ada di dalam perutmu. Ngerti 'kan, sayangku?"

Meskipun pelan, Salwa akhirnya menganggukan kepala. Wanita yang sudah tak malu-malu lagi mengekspresikan perasaannya melingkarkan kedua tangannya yang kecil untuk memeluk tubuh kokoh suaminya. "Badan bapak harum sekali, bikin saya senang mencium aromanya bapak." ucap Salwa pelan yang langsung direspon suaminya dengan kekehan.

"Abis keringat loh, ini yang, masa dibilang harum?" tanya Yusuf geli.

Pria paruh baya itu kemudian membelit sebelah kaki Salwa, merapatkan tubuh mereka seakan tak ingin ada yang memisahkan. "Yang... " panggilnya serak karena gairah yang mulai terbangun.

"Ya?" Salwa meneguk ludahnya kala bisa merasakan benda bulat panjang di bawah sana bergesekan dengan lembah surgawinya.

"Abis syukuran nanti, kita bulan madu yuk." Yusuf menekan bongkahan kenyal di belakang tubuh Salwa supaya tubuh bagian bawah mereka bisa saling merasakan. "Mumpung perut kamu belum membesar, jadi kita bisa pergi ke tempat yang indah untuk bercinta." imbuhnya dengan tatapan yang semakin membara oleh gairah.

"Mau ke mana?" tanya Salwa dengan tubuh melenting ke belakang, merasa nikmat akan godaan yang diterimanya di bawah sana.

"Aku punya vila di daerah puncak. Di sana, kita bebas bertelanjang bulat, bercinta dimana saja karena nggak akan ada yang mengusik kita." suara Yusuf kian serak, merasa amat mendamba untuk segera memenuhi tubuh istrinya. "Saat kamu masak nanti, kamu nggak usah pakai baju. Lalu aku akan memelukmu dari belakang, membuka lebar kedua kakimu, dan setelahnya aku akan menghentak va****mu yang rapat itu dari belakang. Sungguh, Sal, membayangkan bisa bercinta denganmu dalam berbagai gaya, membuat aku tak sabar lagi ingin mewujudkannya."

Salwa tak kuasa mencegah rona merah mewarnai wajah hingga ke seluruh tubuhnya. Wanita yang tengah hamil muda itu hanya bisa memberikan anggukan malu-malu saat suaminya kembali kembali meminta persetujuan darinya untuk berbulan madu.

                                                          🍏🍏🍏

                                                         
Namun namanya bahagia tidak selamanya bisa dirasakan. Semua itu terjadi siang ini, kala Yusuf menerima telfon dari kepolisian yang mengatakan jika mantan istrinya over dosis obat-obatan terlarang saat aparat keamanan menggrebek salah satu penginapan yang disinyalir menjadi tempat bagi pasangan untuk berbuat maksiat.

Kemudian, di sinilah mereka semua berada saat ini. Di sebuah rumah sakit, menunggu dalam diam di depan ruang UGD, menanti penjelasan dari dokter yang sedang menangani Imeka di dalam sana.

Entah sudah berapa kali Yusuf menghela napas panjang karena memikirkan situasi tak mengenakan yang saat ini sedang ia hadapi. Jika menuruti maunya, Yusuf sudah pasti menolak untuk datang ke sini dan lebih memilih melewatkan hari di rumah sambil bercanda dengan istri kecilnya. Akan tetapi, berkat bujukan Salwa yang saat itu bahkan hampir menangis memintanya melunakan sedikit hati demi kedua anaknya, akhirnya Yusuf mengalah dan bersedia datang ke rumah sakit ini walau dengan berat hati.

Di dekat pintu ruang UGD sana tampak Fari yang berdiri sambil menyandarkan punggungnya di dinding, kepalaa putranya itu menunduk dalam dan entah memikirkan apa di dalam benaknya. Lalu, di kursi tunggu yang tersedia merapat di dinding, tampak Adelia yang masih saja menangis dalam pelukan Salwa yang lebih memilih diam sambil terus menepuk pelan bahu putrinya yang sedang bersedih itu.

Karena hadirnya Salwa di sini, maka Yusuf masih berusaha sekuat hati untuk tetap bertahan mendampingi kedua anaknya. Jika istrinya itu tidak ada, bisa Yusuf pastikan bahwa ia lebih memilih segera angkat kaki dari sini.

"Mama kok masih belum berubah sih, pa? Malah makin parah karena sampai ngobat segala."

                                                          Erangan bernada putus asa tersebut membuat kepala Yusuf dengan cepat menoleh ke samping kirinya. Dan entah sejak kapan Fari telah berdiri di sana. Yusuf yang sengaja memilih sedikit menjauh dari ruang UGD, tak sekalipun mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya.

Tidak ada yang bisa Yusuf lakukan saat melihat kesedihan serta kekecewaan terpatri jelas dari raut wajah putra kebanggaannya itu. Maka dari itu, sebagai bentuk dukungan Yusuf menepuk bahu Fari seraya berkata, "Papa juga nggak tau, Far. Mungkin saja ini adalah jalan dari Tuhan untuk membuat mama kamu bisa segera menyadari kesalahannya dan akhirnya mau memperbaiki diri."

Bibir Fari membentuk senyum meremehkan. "Aku nggak yakin mama mau berubah, pa. Bahkan setelah Adel tahu semuanya, mama tetap melakukan kebiasaan buruknya itu. Dan yang membuat aku kecewa, menurut penuturan dari polisi, saat ditemukan, keadaan mama nggak layak untuk diliat. Ada lelaki bau kencur dalam keadaan tanpa busana yang saat itu tertidur di sebelahnya."

Mulut Yusuf seketika terkunci rapat. Setiap kata penghiburan yang ingin ia ucapkan tertahan di ujung lidah kala mendengar perkataan Fari yang sarat kekecewaan.

"Aku nggak tau lagi, pa, harus bersikap seperti apa sama mama. Dia dengan kepala batunya, sifat egois serta kebiasaan buruknya yang tak juga mau ditinggalkan, membuat aku putus asa. Bahkan terkadang, pikiran jahat aku sering membayangkan, akan lebih baik jika mama lumpuh saja. Dengan begitu pergerakannya akan terbatas dan perbuatan maksiat itu nggak akan mungkin lagi dia lakukan." Fari tampak begitu putus asa, bahkan duda beranak satu itu tak mempedulikan tatapan tajam sang ayah yang mengarah lurus padanya.

Jahat memang pemikirannya itu. Sebagai seorang anak, mestinya ia selalu mendoakan yang baik-baik saja untuk ibunya. Akan tetapi, Fari sedang berputus asa, hingga terkadang tanpa bisa dicegah, pemikiran buruk tersebut merasuki benaknya.

"Kamu nggak boleh ngomong gitu, Far. Biar bagaimana pun dia adalah ibumu, yang sudah bertarung nyawa untuk melahirkan kamu. Makanya kamu harus selalu hormat dan menyayangi dia." ujar Yusuf menasehati.

                                                       
Fari tak memberikan bantahan ataupun mengiyakan. Pria itu malah menatap Adelia yang menangis di dalam pelukan ibu tiri mereka di kursi tunggu sana. Detik itu juga Fari mengucap syukur dalam hatinya, karena berkat kehadiran istri baru ayahnya itu, adiknya memiliki tempat untuk menumpahkan kesedihan.

Dalam situasi menyedihkan seperti ini, memang ada baiknya mereka semua bersatu. Saling menguatkan satu sama lain, supaya tidak ada satupun dari mereka yang merasa terabaikan.

"Jangan mupeng gitu, Far, mandangin istrinya papa. Cari istri sendiri sana, jadi kamu nggak kepikiran buat ngerebut istrinya papa yang cantik itu."

Fari mendengus keras. Bibirnya mencebik kesal mendengar apa yang ayahnya katakan. Meski diucapkan dengan nada bercanda, tetap saja Fari merasa kesal saat mendengar kata 'cari istri' yang diucapkan oleh pria paruh baya yang akhir-akhir ini sering bertingkah layaknya anak muda itu.

Memangnya mencari istri itu semudah membalikkan telapak tangan, sampai semudah itu sang ayah memintanya mencari seorang istri. Sebagai orang yang pernah gagal dua kali dalam membina rumah tangga, tentunya Fari tak ingin di pernikahan ketiganya nanti ia kembali mengalami kegagalan. Untuk itu ia masih betah menyandang status duda. Bersikap acuh di depan, namun dalam diam ia akan terus mencari.

"Tapi Far, papa punya teman yang anaknya baru lulus kuliah. Kalau kamu mau, papa bisa mempertemukan kamu dengan anaknya. Ketemuan aja dulu, siapa tau aja cocok."

Lagi-lagi dengusan keras Fari terdengar. "Nggak lagi deh, pa, cukup sekali aja aku ngejalanin pernikahan berawal dari perjodohan."

Tiba-tiba Yusuf tersenyum usil. Demi mengurai kesedihan, iseng ia kembali bertanya, "Kalau misalnya nanti jodoh kamu masih abg, gimana?"

Tak segan Fari menatap mencela ayahnya. "Nggak usah aneh-aneh gitulah, pa, nanyanya. Cukup papa aja yang pencinta lolita, aku mah ogah."

"Eh... jangan sesumbar ngomongnya, Far. Jod... "

Perkataan Yusuf terhentia kala suara pintu ruang UGD dibuka dari dalam, hingga mereka semua memusatkan perhatian ke sana.

Dan sesaat setelah dokter yang baru melepaskan maskernya itu menggeleng dan mengucapkan kata maaf, yang bisa Yusuf dengar hanyalah jerit tangisan Adelia yang membahana. Disusul Fari yang langsung terduduk lemas di lantai yang dingin.

Tidak ada satupun makhluk Tuhan yang bisa menghindari takdir yang telah ditentukan oleNya. Jika semasa hidup hanya hal-hal baik saja yang kita kerjakan, maka akan baik pula yang kita dapatkan di akhir kelak. Namun jika yang sebaliknya kita lakukan, maka hukuman pedih pasti akan kita terima.

Untuk itu, Yusuf hanya bisa mendoakan agar Tuhan mau mengampuni segala dosa yang pernah mantan istrinya itu lakukan.

                                                        
🍏🍏🍏

                                                        

                                                        

🌸🍏🍏🌸
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-09-02-2019

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

2K 130 8
Taehyung adalah seorang ketua mafia yang sangat dingin dan kejam tidak akan segan segan membunuh orang yang mengganggu hidup nya Jungkook sorang namj...
526K 36.2K 42
Di nikahi untuk dijadikan istri ke empat, adalah hal yang tidak akan pernah Alana harapkan dan impikan. Apalagi yang menjadi suaminya adalah seorang...
23.7K 1.4K 13
Aku duduk dengan resah, ketika kamar utama tak kunjung terbuka. mana adik manisku yang akan menjadi pengantin cantik sebentar lagi itu? Seperti bebe...
3.8M 55.7K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...