[ code: X ]

By deelaNErth

318K 8.1K 570

Dia anak dari Don Maztfferta, Keluarga tersohor yang menguasai Italia bahkan memiliki andil besar di kestabil... More

~disclaimer~
.note.
code: X - 00
code: X - 01
code: X - 02
code: X - 03
code: X - 04
code: X - 05
code: X - 06
code: X - 07
code: X - 08
code: X - 09
code: X - 10
code: X - 11
code: X - 13
code: X - 14
code: X - 15
code: X - 15.5 (omake~)
code: X - 16
code: X - 17 part 1
code: X - 17 part 2
code: X - 18
code: X - 19
code: X - 20

code: X - 12

5.3K 290 11
By deelaNErth

Ruang itu besar. Alami. Elegan. Luar biasa! 

Lantainya berbalutkan kayu wangi coklat yang mengkilap. Dinding-dindingnya penuh hijaunya tanaman rambat. Lampu mewah bertatahkan perak menggantung di atap transparan setiap beberapa meter sekali. Langit malam terpotret dengan jelas, menambahkan kesan indah yang mengagumkan. Bagaimana tidak? Kelap-kelip bintang dan perpaduan cahaya bulan dalam langit hitam sangatlah cantik.

Seakan mempertunjukkan kemewahan itu pada para peserta, Maztfferta Famiglia menempatkan meja bundar spesial untuk mereka di tengah-tengah ruangan. Meja ini di kelilingi deretan meja-meja besar kokoh yang terplitur sempurana dan langsung berhadapan dengan meja khusus untuk Don hingga Cerberus Maztfferta.

Namun cantiknya malam dan mewahnya ruang makan tak membuat Lene bersemangat. Matanya yang sayu dan wajahnya yang kusut sudah menandakan dia sedang ada masalah atau banyak pikiran.

Dan parahnya...

Sang Carten Code: X lah yang membuatnya demikian.

Ya. Dalam otaknya saat ini hanya ada...

... Exeon Maztfferta.

"Lene?" Arch yang sedari tadi duduk manis di samping Lene akhirnya memberanikan diri menepuk bahu mungil gadis itu.

"... Do you know... Aku bertemu dengannya..." tanpa menoleh dan masih tetap memandang deretan makanan mewah di meja bundar milik peserta dengan tatapan kosong, Lene menjawab panggilan Arch.

Arch bersingut tak mengerti. Seolah paham Arch tak paham akan ucapannya, pelan Lene menambahkan "Exeon. Aku bertemu dengannya".

Beberapa saat Arch terdiam. Dia cerna ucapan Lene dalam-dalam sebelum berteriak "APA?!"

Dengan cantiknya, suara Arch menggema, menggetarkan seluruh pilar penyangga ruang makan luar biasa besar tempat para peserta yang tersisa kini berkumpul. Mulut Arch menganga lebar dan matanya yang bulat melotot seraya ingin lompat dari ceruknya. Bagaimana mungkin Lene langsung menemukannya dengan sekali jalan-jalan sementara dirinya saja tak bisa?

Lene langsung menyengirkan diri dan menoleh kesana-kemari untuk meminta maaf akan kelantangan suara Arch. Setelah yakin dia melakukan permohonan maaf dengan benar. Lene segera menyodok dada Arch kuat-kuat menggunakan jemarinya.

Cengiran sakit kontan terbentuk akibat kekerasan tak terlihat itu, membuat orang yang tak tahu akan apa yang tadi dilakukan Lene mengira Arch terkena sembelit tiba-tiba.

"Le... Lene, ap-apa mak-maksudmu?" tanya Arch ditengah-tengah sakit yang mendera. Suaranya mengisyaratkan sakit yang dia terima. Bahkan karena sakitnya tusukan jari Lene, Arch meletakkan dahinya di atas meja sementara satu tangannya memegangi samping kiri dadanya yang kurus. Tulang rusuknya menjerit minta dibelai agar sakit itu hilang. "S-sakit bodoh!"

Namun malang untuk Arch. Bukannya minta maaf, Lene justru berdecak, "Shut-up you, moron! Jangan teriak nggak jelas dan jangan merengek!". Tak hanya itu dia juga mempelototi Arch tak suka. Bahkan matanya seakan ingin menguliti teman seperjuangannya itu. "Dasar Arch bo--"

Kata-kata umpatan terpenggal seiring membulatnya mata Lene. Dia terdiam. Tatapannya yang mengisyaratkan 'I'll kill you', dalam hitungan detik bertransformasi menjadi tatapan orang terpesona. Sinar mata yang awalnya garang dan penuh kesebalan, melembut.

Semuanya... Semuanya berubah kala Exeon berjalan memasuki ruang makan.

Tidak. Rupanya tak hanya Lene. Hampir semua peserta melakukan hal serupa. Baik lelaki atau pun wanita. Dan dengan canggungnya mereka terdiam, hingga yang terdengar dalam ruangan itu hanyalah percakapan lirih para mafioso Maztfferta.

Kediaman Lene dan yang lain membuat Arch mendongak. Heran dengan ekspresi Lene yang tercengang, dia memutar badannya, menoleh ke arah mata Lene berlabuh. Dan di sana, dia bisa melihat pemuda tampan dengan setelan suit hitam berpadu kemeja berwana biru tua dan dasi hitam melangkah mendekat.

Langkah pemuda itu santai. Dia berjalan dengan tenang sembari melonggarkan dasi yang mengikat. Namun dengan casualnya aura tak biasa menyelubungi pemuda itu. Caranya berjalan, caranya melirik ke salah satu dari 4 pemuda yang mengikutinya... Cara bibirnya bergerak... Erangan tertahannya kala mendengar sesuatu yang sepertinya tak dia sukai... Semuanya... Seakan berbeda.

Berkharisma? Elegan? Mungkin kata-kata itu belum mewakili auranya. Jelas. Karena dia lebih dari sebutan itu.

Namun yang membuat Arch bak orang tolol saat ini, bukan karena aura yang terpancarkan dari mereka.. Dia melongo, menganga, membelalak, karena tak lain... Pemuda itu... Pemuda yang tengah memasang wajah sedikit bosan dan kesal, pemuda yang memimpin ke 4 orang yang sama luar biasanya, adalah... Exeon.

EXEON!

Dia adalah Exeon!

Orang aneh bin ajaib dengan penampilan sederhana yang memberinya tips kala pertama mereka pertama kali bertemu!

Exeon... Yang melindungi sahabatnya kala gadis itu tak berdaya.

Exeon...

... yang membuat sahabatnya cemas setengah mati.

Ya. Exeon yang itu.

Dan Exeon yang itu, kini tengah...

...Memimpin keempat orang yang salah satunya Arch kenali sebagai The Greatest Hacker on the world.

Seorang Hacker yang tak dapat dia lupakan, karena dialah hacker  yang sukses membuatnya mati kutu dan menelan malu dalam perseteruan Zero-Maztfferta beberapa tahun silam. Tak hanya itu, hacker muda ini jugalah yang telah membuat status Arch dalam Zero didegradasi habis-habisan karena dia dipandang tak becus dalam memimpin sebuah operasi.

Hacker ini... Hacker yang nama dan wajahnya Arch ketahui setelah mengadakan penyelidikan berbulan-bulan, adalah... Zenove Revheion.

"M-MUSTAHIL!" Lagi-lagi Arch tak bisa mengendalikan keterkejutannya dan tanpa sadar dia berteriak, membuat kekhidmatan dan keteperangahan yang terbentuk, buyar seketika.

Dia tak bisa mempercayai matanya! Hei! Selama Arch ada dalam wilayah Maztfferta, dia belum pernah bertemu dengan Zenove Revheion! Dia mencari pemuda yang dia kenali sebagai Cerberus code: X ini keberbagai tempat --dan karena itulah dia tak bisa fokus dengan misinya sendiri-- tapi tak pernah berhasil dia temukan sedikitpun batang hidungnya!

Dan orang yang dia cari-cari... Bersama Exeon, sedang...

Arch bangkit dari tempat duduknya. Tanpa dia sadari jika dia telah menjadi pusat perhatian, dia melangkah mendekati Exeon yang masih berjalan dengan santainya seolah tak terjadi apa-apa. Ketika mereka berdua berhadapan... Ruangan itu spontan menjadi sunyi senyap.

"Exeon..." mata Arch berkilat. Emosi, amarah, sedih, berkecamuk di dadanya. Bagaimana tidak, fakta dia berjalan di depan Zenove Revheion... Mengatakan jika Exeon adalah pimpinan pemuda cantik sang Hacker kebanggaan Maztfferta. Dan itu berarti...

... Exeon adalah orang yang sama dengan orang yang menghabisi seluruh crew-nya beberapa tahun yang lalu!

Mark, dengan sigap segera berdiri di tengah-tengah kedua orang itu. Dia bisa melihat kebencian di mata Arch, dan itu bukan petanda yang baik. "Step back or I'll kill you." Mendesis sembari melentangkan tangannya dan juga melancarkan tatapan membunuh, Mark memberi peringatan pada Arch. Dari gestur tubuhnya, Mark tampak protektif pada Cartennya yang hanya terdiam.

Arch tersentak. Dia geretakkan giginya kesal. Dia balas tatapan Mark, dan kala itulah dia melihat... Ketiga orang di belakang Exeon memberinya tatapan serupa. Tatapan yang berbunyi: 'hurt him and We. WILL. Kill. You. For sure!' . Hanya karena hal itu, nyali dan emosi yang semula sempat berdesalan dalam kepala Arch, meluap seketika.

"Stop it, guys. Don't scare him too much." Ucapan ringan setelah desahan napas berat, meluncur dari bibir Exeon. Akhirnya dia ingat siapa pemuda yang menyulutkan api permusuhan dengan sahabat-sahabatnya kini.

"Remember I said I met her with her friend, right? He was her friend. So, don't do any reckless things, 'kay?" kata Exeon sambil menurunkan tangan Mark dan meminta Mark mundur atau kembali ke posisinya semula.

"Maaf. Aku hampir lupa siapa kamu." Sebuah cengiran simpul terkembang di bibir Exeon. Dia garuk belakang kepalanya yang tak gatal, mengakui keparahannya hingga melupakan siapa Arch sebenarnya.

Cengiran Exeon membuat Arch terkejut. Dalam hatinya, Arch bertanya-tanya. Bukannya dulu saat mereka pertama kali bertemu di ujian Maztfferta dan beberapa tahun yang lalu ketika pemuda ini berdiri dengan tegaknya di tengah tumpukan mayat Zero, Exeon berwajah dingin tanpa perasaan? Lalu bagaimana bisa...

"Ada perlu apa denganku? Err... Arch?"

Tak bisa berkata karena masih termakan keterkujatan yang sangat, Arch hanya bisa menggeleng. Tawa kecil elegan meluncur dari bibir Exeon melihat ekspresi lucu Arch. Walau bukan pertama kalinya dia melihat kebodohan orang, namun kala mendapati orang menganga karenanya sungguh menjadikannya terhibur. Tontonan yang menghibur, mungkin itulah yang Exeon rasakan.

"Tuan muda..." Nove, menyentuh bahu Exeon. Dari gerakkan dan cara Nove menyentuh Exeon, pemuda yang bersangkutan tahu apa maksudnya. Manik matanya yang hitam kebiruan segera menatap ke arah kedua kakaknya.

Desahan napas kesal dibuang Exeon. Sungguh kakak-kakaknya selalu main perintah seenaknya sendiri! Buktinya sekarang... Dari mata Carlha, dia tahu kakaknya menyuruhnya segera duduk. Dan dari cara pandang Zeus, Exeon tahu Zeus tak akan segan menebas Arch jika dia tak berada di tempatnya yang seharusnya --kursi makan-- semenit lagi.

Berbeda dengan Exeon, Arch merasakan hatinya teriris. Panggilan 'Tuan Muda' membuktikan seluruh teorinya akan Exeon adalah Carten code: X. Sungguh... Bagaimana bisa orang seperti Exeon yang begitu baik dengannya dan Lene... Menjadi Carten Maztfferta yang telah membuatnya menderita? Mimpikah ini?

"Oh gosh. I don't like the way they stare." gerutuan Exeon membuat Arch sadar dari alam pikirannya. Sebelum bisa berkata apa-apa, Exeon menepuk bahunya tiga kali kemudian melewatinya begitu saja.

"I'm sorry, he needs to go." Nove, tersenyum manis pada Arch mewakili Exeon. Dia tahu Arch ingin berbicara pada Tuan Mudanya, namun dia lebih tahu bahaya akan terjadi jika Tuan mudanya tetap di sini. Karena itulah dia meminta maaf.

Senyuman Nove sukses mencengangkan Arch lebih jauh. Orang yang dia benci karena sukses menyusup data rahasia Zero hingga membuat grupnya hancur lebur, dapat tersenyum manis tanpa dosa!

Pikiran negatif menggelayuti Arch.

Oh...

Oh...

Dalam pikiran Arch kesimpulan tergambar. Bagi Maztfferta, membunuh adalah hal yang biasa. Bagi Maztfferta, kematian 30 anggotanya adalah hal yang lumrah. Karena itulah mereka biasa saja.

'D-damn you... Maztfferta Famiglia!' umpat Arch dalam hati sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. Kebencian jelas terpancar dari matanya. Keinginan membunuh dapat terlihat jelas. 'I'll make all of you feel the suffer I felt before! Especially you... The Carten of code: X!'

Tanpa sepengetahuan Arch, sembari berjalan memunggunginya, Exeon mendesah berat, dia tahu apa yang dilakukan Arch. Mark tertawa sarkatis mendengar desahan napasnya. Ezt hanya bisa geleng-geleng kepala, Nove mengendikkan bahu, sementara Kiel berkata lirih, "Sepertinya tambah satu lagi orang yang ingin membunuhmu, Tuan muda."

"That's why I hate this kind of job." desah Exeon lirih. Dia merutuki nasibnya yang sial.

"Haha. You were the one who wanted us to become assassins of Maztfferta Famiglia, weren't you?" Ezt ikut berbisik-bisik.

"Yes, I was."

"Why was that again?"

"Because this is the fastest way for discovering their murderer, Ezt" Nove mewakili Exeon, menjawab pertanyaan Kiel.

"Then, bear with it, boss!" sahut Mark sebelum Exeon dapat mengatakan apa pun untuk menimpali Nove.

"I've been doing it." jawab Exeon dengan mendesahkan napas yang lebih berat dari sebelumnya.

Oh kalau bisa... Dia sungguh ingin keluar dari lingkaran mafia busuk ini. Kalau bisa... Dia ingin menemukan pembunuh mereka tanpa harus membunuh.

Tapi... Dunia ini sudah kotor. Hanya ini cara satu-satunya menemukan ''mereka'' dan membalaskan dendam mereka.

Dan karena hal inilah... Exeon bertahan menghadapi hari-harinya yang memuakkan... Akan... Selalu... Bertahan...]]


-------

catatan deela:

anjay. sok keminggris banget aku dulu ya? di Einforluted sok pake bahasa lain. wahahahah. silakan dinikmatiiii!!!

Continue Reading

You'll Also Like

18.1K 18 14
Bayu, seorang anak laki-laki yang tinggal bersama orang tuanya, Haris dan Nia di Jakarta Timur. Haris sibuk dengan pekerjaan dadakan, sedangkan Nia s...
127K 13.4K 34
Kalok luu suka, vote nya jangan sampe ketinggalan. Neken bintang gak bakal mutusin urat nadi luu! ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ Haechan tak secerah ketika b...
30.6K 3.7K 41
[ BL!, bahasa!, rioncaine!AU, tnf!AU, tokyoverse!AU, on-going! ] Seorang perusuh dan seorang penolong seharusnya berbeda seperti api dan air. Tetapi...
46.1K 869 66
Kisah kehidupan seorang wanita yang terperangkap dalam hubungan dengan seorang mafia kejam. _Sydney Violet Anderson, seorang mahasiswa di universitas...