Takdir Cinta [Sudah Terbit]

By Eria90

397K 36.9K 4.6K

- Zona dewasa - Masih lengkap - Ekstra part cuma ada dalam versi ebook - Sudah tersedia dalam bentuk ebook di... More

🍃Prolog🍃
🍃Satu🍃
🍃Dua🍃
🍃Tiga🍃
🍃Empat🍃
🍃Lima🍃
🍃Enam🍃
🍃Tujuh🍃
🍃Delapan🍃
🍃Sembilan🍃
🍃Sepuluh🍃
🍃Sebelas🍃
🍃Duabelas🍃
🍃Tigabelas🍃
🍃Empatbelas🍃
🍃Limabelas🍃
🍃Enambelas🍃
🍃Tujuhbelas🍃
🍃Delapanbelas🍃
🍃Sembilanbelas🍃
🍃Duapuluh🍃
🍃Duapuluhsatu🍃
🍃Duapuluhtiga🍃
🍃Duapuluhempat🍃
🍃Duapuluhlima🍃
🍃Duapuluhenam🍃
🍃Duapuluhtujuh[TAMAT]🍃
🍃Epilog🍃
Promosi Ebook

🍃Duapuluhdua🍃

8.1K 1.2K 199
By Eria90

590 vote
185 komentar

🍏🍏🍏

                                         

"Papanya ada di rumah 'kan, bik?" suara Adelia Biantara terdengar gugup meski sang kakak berdiri di sampingnya untuk menguatkan.

Mina yang masih berdiri di ambang pintu tentu saja terkejut saat membuka pintu, ternyata kedua anak majikannya sudah berdiri menanti pintu kokoh tersebut dibukakan untuk mereka.

Waspada, itulah yang Mina rasakan setelah melihat si putri bungsu kembali menginjakan kaki di rumah ini. Mina takut kejadian tempo hari kembali terulang, hingga menyebabkan majikan kecilnya yang sedang mengandung kembali terluka. Yang mana bukan hanya fisik, tetapi hatinya juga turut serta dilukai.

"Bik... kali ini Adel datang nggak lagi ingin buat keributan. Dia datang cuma mau minta maaf karena papa nggak pernah mau ngangkat telfon darinya." Fari ikut bersuara karena mengetahui apa yang sedang wanita paruh baya yang baik hati itu.

"Tapi... "

"Bik Mina," ketakutan bik Mina yang terpancar dari kedua matanya tentu saja harus dimaklumi, tapi Fari juga mengetahui jika adiknya tidak akan pernah merasa baik-baik saja sebelum mendapat maaf dari ayah mereka. "Percaya sama saya ya, bik. Saya jamin, Adel nggak akan buat ulah lagi."

Mina menghela napas panjang demi membuang curiga dalam hati. "Sebentar ya, mas, saya panggilkan tuannya. Mas Fari dan mbak Adel tunggu aja di dalam, soalnya tadi saya liat, bapak lagi nyuapin non Salwa yang sepagian ini nggak mau makan."

"Memangnya Imu lagi  sakit, bik?" tanya Fari yang merasa khawatir akan kondisi ibu tirinya.

Mina menganggukan kepala. "Iya, mas, badannya agak panas." jawabnya seraya mempersilahkan kedua anak majikannya itu masuk, dan menunggu di ruang keluarga, baru setelahnya Mina pamit untuk memanggil sang majikan yang sangat telaten menyuapi istrinya.

                                                          Sedang di ruang keluarga, sepeninggalan Mina, si putri bungsu mengerutkan keningnya bingung. "Imu itu siapa sih, mas? Nama istrinya papa, ya?" tanyanya penasaran.

Fari terkekeh geli. Ditepuknya sayang puncak kepala sang adik, yang untungnya setelah tempo hari menyaksikan secara langsung perbuatan tak senonoh ibu mereka, tidak membuat gadis muda itu histeris. Dan Fari langsung menyetujui kala Adel ingin ikut pulang ke apartemen dengannya daripada pulang ke rumah ibu mereka yang megah.

"Mas Fari ih, bikin kesal. Ditanya bukannya dijawab, malah senyum nggak jelas gitu." gerutu Adelia memalingkan wajah.

"Imu itu singkatan dari Ibu muda, Del, bukan nama istri barunya papa." jawab Fari yang tak tega melihat wajah Adelia yang tertekuk.

Si adik yang tak lagi merajuk, kembali menatap sang kakak yang duduk di sampingnya. "Kok dipanggil Ibu muda? Emangnya, istri barunya papa, umurnya berapa?" tanya gadis itu dengan tatapan tak mengerti.

Bibir Fari menyengir lebar. Tatapannya memancarkan sinar geli kala menjawab, "Kalau nggak salah, kata papa nggak sampai 2 minggu lagi umur istrinya baru genap 18 tahun. Dan pada hari pertambahan usia itu, papa mau bikin syukuran, sekalian buat ngasih tau orang-orang sama rekan kerja kalau dia sudah beristri lagi."

Asyik menjelaskan perihal mengenai ibu tirinya, Fari tak menyadari jika mata Adelia sudah membelalak, kaget setelah mendengar informasi mengenai betapa mudanya istri ayahnya yang baru. Bahkan wanita muda yang hampir saja ia buat keguguran itu berusia hampir 2 tahun lebih muda darinya.

Dan Fari baru menghentikan ucapannya setelah tak mendengar sedikit pun tanggapan dari adiknya. Begitu memalingkan wajah untuk mencari tahu ada apa dengan Adelia hingga bisa sesenyap itu, Fari akhirnya hanya bisa tertawa geli melihat ekspresi adiknya yang melongok. Kemudian, saat bibirnya baru saja membuka untuk menyadarkan Adelia dari keterkejutan, suara langkah kaki yang mendekat menghentikan niatnya tersebut.

                                                          Lalu, kedatangan Yusuf yang melangkah tenang dan tak tampak sedikit pun kelelahan di wajahnya bahkan setelah semalam harus terjaga demi memastikan Salwa bisa tidur nyenyak, membuat kedua anaknya menegakan posisi duduk mereka.

Bersama-sama kakak dan adik itu mengucapkan, "Pa... " langsung mendapat anggukan ringan dari Yusuf yang memilih duduk di hadapan kedua anaknya.

Adelia tak dapat membendung air mata karena akhirnya bisa bertemu dengan sang ayah yang sudah ia buat kecewa akan sikapnya. Gadis itu bergerak cepat, kemudia berakhir dengan posisi bersimpuh dengan kepala diletakan di atas pangkuan yang rela menyembunyikan luka agar ia tak merasa sedih. "Maafin aku, pa. Maaf karena udah buat papa kecewa karena sikap aku yang kekanakan."

Yusuf tak membalas perkataan putrinya. Tetapi, pria itu menggerakan tangannya, lalu membelai surai panjang nan halus milik sang putri yang amat ia kasihi.

"Aku salah, pa, karena udah asal nuduh papa. Tapi aku mohon, jangan terus diam dan nggak mau ngejawab setiap aku nelfon."

Suara Adelia yang serak karena menahankan tangis membuat rasa kecewa yang masih tersisa di hati Yusuf akhirnya menguap, hilang tak berbekas. Pria paruh baya itu kemudian berkata, "Kamu nggak apa-apa 'kan, setelah ngeliat apa yang mama kamu lakukan?"

Adelia semakin terguguh. Sekuat tenaga ia menahan tangisnya. Gadis itu merasa begitu menyesal karena sudah melimpah semua kesalahan kepada pria paruh baya yanf tengah mengelus rambutnya ini padahal pria dengan kasih sayang tulus itu selalu memikirkan perasaannya. Entah apa sebabnya sampai ibunya begitu sampai hati mengkhianati ayahnya yang baik hati.

"Papa dengar, sudah 3 hari ini kamu tinggal dengan kakakmu? Kamu masih bisa tidur nyenyak dan makan teratur, 'kan?" kembali Yusuf mengajukan pertanyaan yang mewakili kekhawatiran dalam hatinya. Takut jika sang anak akan terpukul setelah melihat tingkah buruk ibunya, hingga akhirnya membuat Adelia terpuruk dan tak ingin melakukan apapun juga. "Ayo angkat kepala kamu, papa mau ngeliat muka anak papa yang cantik." imbuh Yusuf dengan suara lembutnya.

Bahu Adelia terguncang. Isak tangisnya mulai terdengar saat kemudian dengan perlahan kepalanya terangkat, lalu membalas tatapan sang ayah, yang dari dulu selalu menatapnya penuh kasih. "Maafin Adel, pa, karena udah buat papa kecewa."

Yusuf mengangguk dalam keharuan. Di bawanya tubuh bergetar Adelia ke dalam pelukan erat kedua lengannya seraya memberikan kecupan sayang di puncak kepala sang putri yang tak menyimpan curiga lagi padanya.

Sedangkan Fari sendiri memandang penuh haru pemandang paling indah yang tersuguh di depannya. Membaiknya hubungan Adelia dengan ayah mereka tentu saja membuat hatinya senang, dipenuhi kebahagiaan yang meluap dalam jiwa.

"Semoga nggak akan ada lagi masalah." doa Fari, berharap yang terbaik bagi keluarga mereka.

                                                          🍏🍏🍏

                                                         
Sang surya mulai lengser ke peraduan, namun sinarnya masih menyinari langit kala Salwa dan Mina melakukan rutinitas mereka seperti biasanya, yaitu merawat beberapa tanaman di taman samping rumah yang lumayan luas, namun tak seperti hari sebelumnya, hari ini ada Adelia diantara mereka, karena sejak berbaikan dengan ayahnya, gadis itu sering menghabiskan waktunya di rumah Yusuf Biantara, sepulangnya Adelia dari kampus.

Ketiga wanita beda usia itu sibuk bercengkrama. Mencoba membangun keakraban satu dengan yang lain, terutama Adelia yang selalu merasa bersalah jika menatap wajah ayu istri baru ayahnya karena pernah berlaku kasar kepada wanita muda yang tengah mengandung adiknya itu.

"Benaran umurnya Imu baru mau 18 belas?" tanya Adelia lagi untuk memastikan, takutnya ia salah mendengar informasi yang kakaknya berikan.

Salwa yang kikuk berhadapan dengan sang anak tiri yang berusia lebih tua darinya memberikan anggukan pelan. "Iya, mbak, seminggu lagi baru genap 18 tahun."

Bibir Adelia membentuk senyuman kala melihat ibu tirinya yang berusia sangat muda berbicara begitu sopan padanya. "Imu...aku ini anaknya papa, suaminya Imu. Biarpun lebih tua, tetap aja aku bisa dibilang anaknya Imu juga. Jadi, jangan sopan gitu ngomongnya. Santai aja, nggak usah canggung ataupun kikuk, aku janji nggak akan jahatin Imu lagi." tutur gadis itu seraya menggenggam tangan yang ukurannya sedikit lebih kecil darinya itu, namun telapak tangannya terasa agak kasar, bukti jika istri baru ayahnya ini sudah menjalani hidup yang jauh lebih keras darinya. "Aku juga nggak bosan buat minta maaf sama Imu, soalnya dalam keadaan marah, aku udah hampir celakain dedek bayi dalam perut Imu. Maafin aku ya, Imu. Aku janji nggak akan bersikap brutal dan selalu jagaian Imu, gantiin papa kalau suami Imu itu lagi sibuk ngurusin pekerjaannya di kantor."

"Mbak Adel, kal... "

Perkataan Salwa tak terselesaikan karena suara derap langkah kaki yang begitu cepat, lalu menyusul ucapan yang suaranya sangat ia kenali siapa pemiliknya terdengar keras. "Anak nggak tau terima kasih, di sini rupanya kamu tinggal."

                                                          Sontak saja baik Salwa, Adelia, dan juga Mina berdiri dari posisi berjongkok mereka dan berhadapan langsung dengan dua orang wanita yang berpenampilan cukup sopan, layaknya penampilan wanita yang bekerja di kantor, kini sudah berdiri sambil berkacak pinggang di hadapan mereka.

"Ibu... " suara Salwa terdengar lirih, matanya membelalak terkejut karena tak menyangka bertemu dengan sang ibu tiri di rumah ini.

"Cih... perempuan benalu, saya nggak nyangka kalau kamu bisa menjelma jadi perempuan jalang dan merebut mas Yusuf dari saya." decih Yasmin sinis seraya menatap menyeluruh ke arah putri mendiang suaminya, yang tak lagi sekumel dulu. "Hebat ya kamu, udah jadi istri orang kaya, makanya penampilan kamu juga ikutan berubah. Sekarang coba bilang sama saya, cara apa yang kamu gunakan sampai mas Yusuf mau menikahi perempuan nggak guna kayak kamu?"

"Bu... nggak kay... "

"Ah, saya tau, pasti kamu gunain kemaluan kamu yang busuk itu buat ngerayu mas Yusuf. Benar 'kan begitu, Salwa Zalyka?" potong Yasmin yang ditingkahi oleh anaknya dengan tatapan menghina.

Salwa seketika terdiam, tak mampu membalas perkataan penuh hinaan dari wanita paruh baya di depannya itu. Dari dulu, baik ia bersalah ataupun tidak, wanita paruh baya yang masih tampak cantik itu selalu mencercah habis dirinya. Tak pernah sekalipun Salwa diberikan kesempatan untuk membela diri. Jika itu sampai ia lakukan, maka Salwa akan dikurung dalam kamarnya yang sempit dan selama 2 hari tak diberi makan sebagai bentuk hukuman buatnya.

Saat itu tidak ada yang bisa Salwa lakukan selain menangis dan menangis demi menahankan rasa lapar seraya membayangkan andai kedua orang tuanya tak secepat itu meninggalkan dirinya.

                                                          "Hei perempuan jalang, perebut kebahagiaan orang lain, kenapa dari tadi kamu cuma diam aja, hah? Kamu pasti takut dan ngerasa bersalah 'kan karena sudah merebut mas Yus... "

"Tante, nggak baik marah-marah gitu. Nggak usah juga pakai urat marahnya. Kalau urat di leher tante putus semua, trus tante mati, 'kan kami yang repot harus gotong mayat tante keluar dari sini." Adelia akhirnya bersuara, tak tahan mendengar istri ayahnya dicerca sedemikian rupa. "Haduh... pak Surya ini, kok ngebiarin tante-tante bermulut comberan ini bisa masuk sampai ke sini? Pasti itu satpam ketipu sama penampilan perempuan karier tante satu ini yang cuma kamuflase, padahal hatinya busuk kayak sampah."

Mata Yasmin seketika melotot, bibirnya menipis geram karena gadis muda yang berdiri di samping Salwa sangat lancang menghina dirinya.

"Siapa kamu, hei gadis kurang ajar? Mulutmu yang lancang itu, pengen aku renggut dan aku tampar berulang kali karena telah berani menghina mamaku seperti itu."

"Aku?" Adelia menunjuk dirinya dengan gaya polos yang dibuat-buat, pasalnya kedua wanita sombong dan tak tahu sopan santun dalam bertamu di hadapannya itu harus dihadapi dengan kepala dingin, supaya kedua wanita itu semakin mempermalukan diri mereka sendiri. "Kalau kalian penasaran siapa aku sebenarnya, maka perkenalkan, aku adalah Adelia Biantara, putrinya bapak Yusuf Biantara."

Yasmin dan putrinya sama-sama melongok. Kemudian mengumpat dalam hati karena sudah menunjukan jati diri mereka yang sebenarnya di hadapan anak si pemilik rumah, yang seharusnya mereka ambil simpatinya.

"Oh ya tante dan anaknya yang aku nggak mau tau siapa namanya, kalau tujuan kalian datang ke sini cuma buat marah-marah sama Imunya aku, sebaiknya kalian pergi aja, sebelum aku panggil satpam untuk ngusir kalian dari sini." ujar Adel kesal, tak mau Imunya kembali dihina.

Tentu saja Yasmin tak terima egonya direndahkan seperti itu oleh anak bau kencur, yang bahkan baru memulai kehidupannya. Wanita yang merasakan amarah menggelegak dalam dirinya itu melangkah cepat dengan tangan kanan terangkat ke udara, siap memberikan tamparan ke Salwa. Ya, ke anak tirinya, karena tidak mungkin ia meluapkan amarah ke anaknya Yusuf yang pasti akan berdampak buruk padanya.

Namun gerakan spontan Yasmin tersebut tertahan saat ada cengkraman kuat di lengannya. Kemudian suara dingin nan menusuk terdengar, membikin bulu kuduknya merinding dan tubuhnya menegang kaku.

"Jangan pernah berpikir untuk menggerakan tangan anda lebih jauh dari ini kalau tidak ingin tangan anda saya patahkan saat ini juga!"

                                                          🍏🍏🍏

                                                         

                                                         

🌸🍏🍏🌸
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-03-02-2019

Continue Reading

You'll Also Like

23.1K 741 16
𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚🥀 --- "Istrinya mas ?" tanya tukang parkir Parman melirik Lilis di sampingnya, lalu mendekat, "doain aja, calon istri saya i...
13.2K 416 43
Tuhan memiliki tujuannya masing-masing dalam menciptakan setiap umatnya dengan kekurangan dan kelebihan mereka. Termasuk ketika Tuhan menciptakan kei...
452K 27K 20
Sudah tujuh tahun Armand menikah dengan Carla, dan sampai saat ini ia belum juga mendapatkan keturunan dari istrinya. Armand selalu mencintai Carla d...
525K 36.2K 42
Di nikahi untuk dijadikan istri ke empat, adalah hal yang tidak akan pernah Alana harapkan dan impikan. Apalagi yang menjadi suaminya adalah seorang...