Takdir Cinta [Sudah Terbit]

By Eria90

397K 36.9K 4.6K

- Zona dewasa - Masih lengkap - Ekstra part cuma ada dalam versi ebook - Sudah tersedia dalam bentuk ebook di... More

🍃Prolog🍃
🍃Satu🍃
🍃Dua🍃
🍃Tiga🍃
🍃Empat🍃
🍃Lima🍃
🍃Enam🍃
🍃Tujuh🍃
🍃Delapan🍃
🍃Sembilan🍃
🍃Sepuluh🍃
🍃Sebelas🍃
🍃Duabelas🍃
🍃Tigabelas🍃
🍃Empatbelas🍃
🍃Limabelas🍃
🍃Enambelas🍃
🍃Tujuhbelas🍃
🍃Delapanbelas🍃
🍃Sembilanbelas🍃
🍃Duapuluh🍃
🍃Duapuluhdua🍃
🍃Duapuluhtiga🍃
🍃Duapuluhempat🍃
🍃Duapuluhlima🍃
🍃Duapuluhenam🍃
🍃Duapuluhtujuh[TAMAT]🍃
🍃Epilog🍃
Promosi Ebook

🍃Duapuluhsatu🍃

8.6K 1.1K 200
By Eria90

Saya mau beri sedikit pengumuman nih. Ceritanya kakek Yusuf mulai sekarang akan saya update sehari sekali (dengan catatan targetnya udah terpenuhi), soalnya saya juga sedikit memiliki kesibukan di dunia nyata.

Target saya sih masih nggak muluk-muluk amat. Buat bab ini, 580 vote dan 190 komentar (kalau bisa lebih, saya pastinya senang sekali). Nggak tinggi 'kan targetnya? Dan pastinya nggak akan buat teman2 semua kerepotan.

Udah sih, segitu aja. Selamat membaca, dan semoga cerita kakek Yusuf bisa menjadi teman buat kalian di pagi ini.

🍏🍏🍏

                                                  

Hari sudah mulai beranjak malam saat Yusuf melangkah memasuki rumahnya. Rasa lelah tentunya tak terhindarkan lagi karena banyaknya pekerjaan yang harus ditangani semenjak beberapa hari ia absen ke kantor demi menemani sang istri yang belum terlalu membaik kondisinya.

Rumah sudah dalam keadaan sepi. Seperti hari-hari yang telah lalu, Mina pasti sudah pulang, dan hanya menyisakan satpam, yang berjaga di depan sana, serta adanya 2 orang pria yang ditugaskan Arsakha Virendra untuk mengawasi keamanan istrinya dari dalam mobil yang terparkir tak jauh dari rumahnya.

Setidaknya, dengan adanya penjagaan tersebut, Yusuf merasa sedikit tenang saat harus meninggalkan Salwa di rumah kala ia harus mengurus pekerjaan penting di kantor.

Kemudian langkah Yusuf terhenti sebelum ia melangkah menuju kamarnya begitu matanya terpaku tepat ke arah sofa ruang keluarga, dimana ada Salwa sedang tidur di atasnya. Tanpa dapat ditahan, kedua sudut bibir Yusuf tertarik membentuk senyuman. Istrinya itu tampak begitu bercahaya di tengah lampu yang menyala terang.

Sudah beberapa hari berlalu, dan kini kondisi Salwa telah kembali seperti sedia kala. Wanitanya itu sudah mulai beraktifitas seperti biasanya, membantu Mina memasak, dan terkadang kedua wanita itu menghabiskan waktu dengan merawat beberapa tanaman di halaman samping rumah yang cukup luas.

Meskipun sudah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan dari kondisi istrinya itu, Yusuf tetap tak mengizinkan ibu yang tengah mengandung anaknya itu keluar dari rumah. Bahkan untuk sementara, setidaknya sampai situasi membaik dan pelaku pembunuhan sang ayah mertua ditemukan, Yusuf pun meminta Salwa menghentikan dulu kegiatan kursus menjahitnya.

                                                        
Nanti, saat semuanya sudah aman kembali, Yusuf tidak akan melarang kemana pun wanitanya itu ingin melangkahkan kakinya. Tetapi itupun harus dengan beberapa syarat. Demi keselamatan wanita yang sedang mengandung itu, dan pastinya demi kesehatan jantungnya karena tidak perlu lagi takut jika istrinya akan dilirik pria lain.

Posessif, memang. Tetapi Salwa adalah istrinya, jadi terserah Yusuf ingin bersikap dan berlaku seperti apa terhadap wanita pemilik hatinya itu.

"Sayang." panggil Yusuf pelan setelah berdiri di samping sofa, lalu tangannya mengelap titik keringat yang ada di kening istrinya itu.

Karena tak mendapat respon, Yusuf akhirnya menunduk, menggunakan sebelah lutut untuk menyanggah tubuhnya. Kemudian karena gemas melihat Salwa yang akhir-akhir ini suka sekali tidur dimana saja, Yusuf mengecup pipi mulus tanpa noda tersebut, lalu melumat bibir Salwa yang sedikit membuka, seakan mengundangnya untuk mengulum bibir tipis itu dalam kuluman gairahnya yang selama beberapa hari ini harus sekuat tenaga ia tahan.

Rupanya aksi Yusuf tersebut membuahkan hasil. Kelopak mata yang menaungi sepasang mata cantik itupun perlahan terbuka, lalu suara merengek dan serak, khas orang baru bangun tidur dan merasa terganggu karena ulahnya terdengar begitu merdu di pendengaran Yusuf.

"Bapakkk... "

"Apa, sayangku?" tanya Yusuf yang sudah duduk bersila di atas lantai berkarpet tebal.

"Kenapa pulangnya lama sekali? Saya udah nungguin dari tadi." ucap Salwa dengan bibir mengerucut sebal. Mata ibu hamil itupun sudah membuka lebar, memaku tatapan ke arah pria yang selalu menatap lembut dirinya.

"Ada beberapa kerjaan yang nggak bisa ditinggalkan, Sal, trus harus ketemu beberapa klien juga, makanya nggak bisa pulang tepat waktu." suara Yusuf terdengar lembut saat menjelaskan keterlambatannya pulang hari ini, sementara tangannya bergerak untuk memberikan elusan sayang perut datar istrinya. "Bagaimana kabar dedek bayi hari ini? Dia nggak buat kamu susah 'kan?"

Salwa memberikan gelengan kepala. "Dedek bayinya baik dan nggak bikin susah. Dia malah terus saja buat saya merasa kelaparan, lalu nggak bisa berhenti makan."

                                                          Yusuf terkekeh senang. Hatinya menghangat mengetahui jika Salwa yang usianya masih sangat muda bisa menerima kehamilannya dengan baik. Wanitanya itu bahkan tak malu-malu lagi untuk mengutarakan keinginannya, apapun itu bentuknya.

Semuanya dengan senang hati Yusuf berikan. Hanya ada satu keinginan dari Salwa yang belum bisa Yusuf kabulkan, serta membuat ia kalang kabut jika diberi pertanyaan tak terduga yang keluar dari bibir tipis nan menggoda tersebut. Pertanyaan itu ialah...

"Bapak, kapan mau nyentuh saya lagi? Saya udah sehat, tapi bapaknya ngehindar mulu." bibir Salwa mencebik, tatapannya berkaca-kaca karena tak kunjung dituruti keinginannya.

Cebikan bibir serta mata berair tersebut tentu saja membuat Yusuf nelangsa. Meski sangat ingin menyentuh istrinya itu, Yusuf takut percintaan mereka akan berdampak buruk bagi sang buah hati yang sedang berjuang di dalam perut Salwa.

"Bapak udah bosan ya, sama saya, makanya nggak mau bercinta lagi sama saya?"

Sontak saja Yusuf menggeleng cepat. Yusuf yang takut jika Salwa berpikiran buruk tentangnya segera memegang pinggang wanitanya itu, mengangkatnya sebentar di udara, lalu mendudukannya di atas pangkuan dengan punggung Salwa bersandar di tepian sofa.

"Aku nggak akan pernah bosan sama kamu, istriku." Yusuf mengecup bibir tipis itu sebagai pembuktian kalau pemikiran buruk yang ada di kepalaa Salwa tidaklah benar. "Pantat seksimu itu pasti bisa merasakan kalau kejantananku sudah keras, selalu begitu dan hanya kepada kamu, aku merasakan gairah sebesar itu."

"Kalau begitu, kenapa bapak nggak mau nyentuh saya?" tanya Salwa yang sengaja bergerak di atas pangkuan suaminya, mengikuti keinginan hati untuk mengoda sang suami untuk mau menyentuh diri.

Reaksi Yusuf tentulah berupa desahan tertahan. Sungguh, hanya dengan ditindih bokong Salwa saja, gairah Yusuf rasanya tak lagi tertahankan.

"Bapak... " kembali Salwa merengek.

"Oke." akhirnya Yusuf mengalah, ia juga tidak yakin bisa menahan diri lagi jika terus digoda dengan gesekan di bawah sana. "Tapi janji, kalau nanti kamu merasa nggak nyaman, kamu harus cepat-cepat bilang sama aku."

Cepat Salwa mengangguk. Wanita muda yang hormonnya selalu menuntut ingin dituruti maunya itu bahkan sudah melingkarkan kedua tangannya di leher sang suami, seolah-olah memasrahkan segalanya kepada pria paruh baya yang masih tampak amat sangat menawan itu.

"Nggak di sini, sayangku, tapi di kamar aja. Jadi, kamu bisa langsung istirahat setelah kita selesai memadu cinta. Dan aku juga nggak perlu khawatir Mina akan berterika melihat kita telanjang bulat di sini."

Melihat Salwa kembali memberi anggukan, Yusuf pun tak membuang waktu. Ia berdiri dengan membawa serta tubuh mungil Salwa dalam gendongan. Berjalan tanpa beban menuju peraduan mereka, dimana di kamar itu mereka bisa bebas memadu kasih dalam keadaan telanjang bulat, lalu berteriak nikmat saat pelepasan itu mereka dapatkan.

                                                          🍏🍏🍏

                                                         
"Sial... sial." Yasmin memaki kesal, tak henti-hentinya wanita itu merengut marah lalu kemudian akan kembali menyalahkan anaknya yang cuma bisa menanggapinya dengan dengusan. "Kamu sih, Al, ngapain coba, ke rumah sakit gitu makai baju yang cuma nutupin puting payudaramu aja. Anaknya mas Yusuf jadi nggak respek sama kita, padahal kita baru pertama kali ketemu sama dia."

"Ma... kalau mama cuma bisa nyalahin aku, trus memangnya mama nggak nyadar apa, gimana kondisi baju yang mama pakai? Masih mending aku yang masih lumayan penampilannya, sedangkan mama, sedikit aja nunduk, orang-orang bakal bisa ngeliat pantat mama yang besar itu. Coba mikir, bukan cuma aku yang dipandang jelek, tapi mama juga sama." bosan dipersalahkan, Alya memaparkan pembelaan diri. "Lagian ya, ma, kita ke sana 'kan buat periksa rutin, jadi nggak tau bakal ketemu sama anaknya gebetan mama."

Yasmin berdecak tak suka. Wanita yang dengan santai meletakan kedua kakinya di atas meja itu melipat kedua tangannya di bawah dada, hingga menyebabkan kedua payudaranya yang tak memakai bra tertekan ke atas sampai menyebabkan cetakan jelas di balik kaos kelonggaran yang ia kenakan. "Sumpah, mama kesal sekali rasanya, Al." nada suara Yasmin tidak lagi setinggi sebelumnya. "Lelaki muda itu, berank-berani merendahkan kita seperti itu. Pengen rasanya mama bejek itu mulut, trus mama sumpahin supaya lelaki itu melajang seumur hidupnya. Biar tau rasa, sampai mati nggak akan ada orang yang nemanin dia."

Alya tertawa lepas mendengar perkataan ibunya. "Mama... mama, memangnya mama pikir, perempuan iblis kayak kita, doanya bakal dikabulin sama Tuhan? Yang ada, doanya mama itu malah akan balik ke kita, trus buat kita apes selamanya."

"Kamu ini... " Yasmin menatap anaknya kesal. "Bukannya bantuin mikir, malah ngomong ngelantur begitu."

                                                          Alya enggan menimpali perkataan ibunya. Wanita muda dengan paras cantik dan pujaan bagi pria hidung belang dalam urusan ranjang itu malah mengikuti jejak ibunya dengan menumpukan kedua kakinya di atas meja.

Kehidupan sebagai pemuas nafsu kelas atas ini bukanlah hal yang pernah Alya impikan akan ia jalani di masa depan. Ia, sama seperti wanita pada umumnya, juga pernah memiliki impian untuk hidup bahagia bersama orang yang dicinta. Namun impian tersebut hancur berkeping-keping saat kekasihnya terdahulu dengan begitu tega membiarkan tubuhnya dijamah beberapa preman sekaligus demi melunasi hutang.

Akan tetapi, saat impian tersebut hancur bersamaan dengan salah seorang preman berhasil menyentak memasukinya dengan kasar, air mata Alya yang meleleh seketika terhenti. Rasa sakit yang ia rasakan di awal perlahan sirna, lalu menyisakan desahan lirih kala rasa nikmat mulai menjalari sekujur tubuhnya.

Alya tak akan memungkiri, bahwa setelah salah seorang preman selesai menggaulinya, ia tak lagi memiliki rasa malu, sakit hati ataupun terhina. Bahkan dengan senang hati ia kembali melayani para preman itu. Entah satu persatu, ataupun bergiliran. Para pria berpenampilan urakan tersebut tentu saja senang karena penyerahan dirinya. Bahkan ada kalanya Alya membiarkan tiga lubang yang ada dalam dirinya dimasuki secara bersamaan. Jalang memang, namun Alya tak malu mengakui bahwa ia menikmati sensasi melayani beberapa orang sekaligus.

Berbeda dengan ibunya yang tak lagi bertenaga melayani lebih dari satu pria dalam satu kali pergumulan, Alya akan menerima 2 sampai 3 orang pelanggan sekaligus dalam satu kali pelayanan.

Tak peduli apa kata orang, namun seks baginya bukan lagi sekedar ajang untuk mengumpulkan pundi-pundi uang dalam tabungan, tetapi Alya juga sudah kecanduan akan rasa dimasuki secara bersamaan dan dihentak kasar.

Dan dari banyaknya pria yang sudah Alya layani, tentu saja para preman yang pertama kali mengajarkan arti nikmatnya surga dunia adalah yang terbaik dalam hal memberikan kepuasan untuknya. Bahkan hingga kini, saat mereka memintanya untuk datang, Alya tak pernah menolak. Malah dengan senang hati melayani mereka.

                                                          "Eh Al, waktu di rumah sakit itu, kamu sempat nggak, ngeliat mukanya perempuan yang ada dalam kamar perawatan bersama mas Yusuf?" tiba-tiba Yasmin menyeletuk, membuyarkan lamunan sang anak yang sempat berkelana ke masa lalu.

"Nggak sempat, ma. Soalnya pas mau buka lebar itu pintu, susternya datang dan ngelarang kita masuk."

"Sayang sekali, padahal rasanya mama pengen masuk, trus ngejambakin itu perempuan yang udah ngerebut mas Yusuf dari mama." gerutu Yasmin tak rela incarannya sedari muda lagi-lagi terlepas dari gengaman. Pertama karena Imeka, lalu yang kedua karena wanita antah berantah yang belum Yasmin ketahu jati dirinya.

"Lagian ya, ma, kenapa sih mama nggak cari mangsa yang lainnya aja. Kakek-kakek tua kaya raya yang badannya bagus masih banyak kok, ini mama malah ngebet banget pengen dapatin om satu itu." gerutuan sang ibu dibalas Alya dengan gerutuan juga. Wanita itu kesal karena obsesi ibunya, di malam penjebakan yang berakhir kegagalan tersebut, ia bahkan harus melepas kesempatan untuk melayani salah seorang pejabat yang menjanjikan sebuah rumah untuknya asalkan pelayanan yang diberikan memuaskan.

"Yang kaya dan gagah memang banyak, Al. Tapi yang kayak mas Yusuf itu, cuma ada satu di dunia. Tampan, mapan, gagah, dan spesialnya dia itu pujaan mama waktu kuliah dulu. Sayangnya dia cuma memuja Imeka, dan mama selalu kalah saing kalau ngelawan nenek tua itu."

Alya terkekeh geli mendengar nasib perjalanan asmara ibunya yang tak kesampaian. "Tapi sekarang, setelah om Yusuf bercerai dari rival abadi mama itu, mama tetap aja kalah. Om Yusuf bahkan sudah menikah lagi, dan menurut perkataan anaknya, lelaki pujaan mama itu, tergila-gila dengan istri barunya."

Yasmin tak menggubris perkataan anaknya. Wanita itu tiba-tiba saja merasa amarah mulai menggerogoti hati. Dan Yasmin mengetahu alasan di balik kemarahan yang kina tengah ia rasakan. Ia berjanji, akan segera menemukan wanita perebut pria idamannya, lalu membuat wanita itu menerima ganjaran darinya.

                                                          🍏🍏🍏

                                                         

                                                         

🌸🍏🍏🌸
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-02-02-2019

Continue Reading

You'll Also Like

90.8K 9.4K 33
Ganas? Dingin? Sadis? Tak kenal ampun? Ya Hinafuka. Sebut saja keluarga ini Mafia, karena kekayaan mereka yang tak ternilai sudah cukup untuk membukt...
78.2K 6.2K 6
🌼 Story 19 🌼 Tidak seperti namanya, Binar, gadis tuna rungu yang kesulitan untuk bicara normal itu harus rela kehilangan segalanya karena kehadiran...
4.8K 209 15
"Saya terima nikah dan kawinnya Hanin Hanania binti Alm. Diki Mudzakar dengan mahar 100 gram emas dibayar tunai!" Kalimat sakral itu seketika menguba...
2K 130 8
Taehyung adalah seorang ketua mafia yang sangat dingin dan kejam tidak akan segan segan membunuh orang yang mengganggu hidup nya Jungkook sorang namj...