My I

By Nipa5896

175K 17K 5.9K

one-three shot otp SVT, lebih dominan SoonHoon (Soonyoung & Jihoon) bisa bergenre GS atau BxB. -soonhoon -ver... More

SoonHoon (GS) : Milk Candy
A Sky Full of Star (1)
A Sky Full of Star (2)
23:45 (1)
The Truth Untold
Cinderella, it's you (1)
Cinderella, it's you (2)
Cinderella, it's you (3-end)
Monochrome Rainbow (VerKwan oneshot)
Heavy Starry Chain
Heavy Starry Chain (2 - end)
RIVAL (1)
RIVAL (2)
RIVAL (3-end)
Dress Code
Thunder
Thunder (2 - SoonHoon end)
LOVE SCENARIO
LOVE SCENARIO (2)
LOVE SCENARIO (3-end)
Fight the Strom (1)
Fight the Strom (2)
Fight The Strom ( 3-end)
Truth or Dare? (JunHao)
))Sefruit promosi, bukan update((
OH MY!
Sweet Lies (VerKwan OneShot)
OH MY! (Part 2 - end)
Growing Pains
Mighty Long Fall (1)
Mighty Long Fall (2)
Chaos.myth
Magenta
When I Grow Up (VerKwan)
Let Me Know
Si Deus Me Requeit
Bukan cerita, Cuma promosi (2)
Set Fire to the Rain.
PLEDGE
PLEDGE (2)
PLEDGE (3)
PLEDGE (4-End)
VerKwan : Your Smile
LUVSICK
Canon
Broery (1)
Broery (2)
Broery (3)
Broery (4 - End)
THE EVE
SoonHoon : Sweet like a Honey Bee
SoonHoon : When You Love Someone
VerKwan : If Only
Meanie : Fool
Meanie : Fool (2)
Meanie : Fool (3 - End)
Feel My Soul
)))Sefruit Promosi bukan Oneshot(((
SoonHoon : BLESS
Mingyu : Mannequin
)))Polling Sekuel Story yang Menggantung(((
Set Fire to the Rain (Sekuel)
SoonHoon : HOSHI (1)
SoonHoon : HOSHI (2)
Chaos.myte (2)
After Rain (1)
SoonHoon : Boomerang
GyuHoon - Do You Know
SoonHoon : Good To Me (1)
SoonHoon : HOME
SoonHoon : KARMA
SoonHoon(+HoWoo) : MEMORIA (1)
SoonHoon(+HoWoo) : MEMORIA (2-end)
SoonHoon : Bad Habits
SoonHoon : Baby Breath
SoonHoon : Flowers
SoonHoon : Shhh (Part 1)
SoonHoon : Shhh (Part 2)
SoonHoon : White Rose
Signature Perfume no. 8 (part 1)
SoonHoon : First Love
SoonHoon : Dreamcatcher (1)
pengumuman!!
SoonHoon : Love Story (1/3)
SoonHoon : Love Story (2/3)
SoonHoon: Love Story (3/3)
promosi (lagi)
SoonHoon merman AU (one shot)
SoonHoon : Fast Pace
bertanya!
🔞 SoonHoon : Fantasy
🔞 Soon/GyuHoon : Gameboy
🔞 SoonHoon - With You (1)
🔞 SoonHoon : With You (2)
🔞 SoonHoon : With You (3)
🔞 SoonHoon : With You (4)
🔞 SoonHoon - With You (5 end)
SoonHoon Merman AU part 38

SoonHoon : Good To Me (2-end)

1.3K 191 29
By Nipa5896


MY I

Good To Me (1)

SoonHoon

Soonyoung – Jihoon (Gs for Uke)

)))terselip asupan UwU moment, tiati~ XD(((






Sabtu yang Jihoon maksud masih lusa depan. Menghitung jam waktu tempuh, rasa-rasanya membuat jenuh dan tak sabaran. Jahatkah sikap Soonyoung ini?

Jika itu Jihoon yang ditanyai, jelas menjawab YA dengan lantang. Jujur, Kwon sangatlah aneh. Bukankah perihal hasil pernyataan cinta tidak ada hubungannya dengan Kwon?

Dia siapa? Tidak ada posisi penting diantara mereka. Bahkan Jihoon mengakui baru kemarin pagi ia berbincang panjang berdua sejak dua tahun sekelas. Lalu apa masalah Kwon hingga berambisi ingin melihat Jihoon tertolak?

Jihoon memang ingin berubah sejak lama, hanya saja belum mendapatkan ilham sebelum akhirnya jatuh hati pada Jeon Wonwoo. Bukankah itu bagus? Ia jadi punya niatan untuk merombak diri dan sikap.. meski pertanyaan Kwon kemarin sempat membuat khawatir.. tentang nantinya jika tertolak.


.


Biasanya, sepulang sekolah Jihoon langsung ke halte depan, duduk manis memasang headset dengan musik pop volume 65%. Tapi hari ini langkah pendeknya ia bawa ke ruang eskul komputer. Berniat ingin mengintip apakah Jeon Wonwoo disana atau tidak.

Bergerak lambat, Jihoon mencuri lihat melalui kaca buram sebatas dagu. Menyesalkan tinggi badannya yang kelewat mungil dan membuat dirinya kesulitan mengintip.

"Lee Jihoon?"

Berbalik cepat, awas bulatnya mengerjap gugup saat nama disebut, terlebih itu Wonwoo. Tersenyum canggung, Jihoon melirik pada sosok disamping kiri si pemuda.. ada Kwon Soonyoung. Sial, untuk apa dia kemari?

"Sedang apa?"

"I-ini, buku latihan soal kimia yang kupinjam minggu lalu dan tak sengaja aku lewat kemari jadi sekalian ingin mengembalikan, kau?"

Tersenyum hangat, Wonwoo kembali berjalan cepat menerima si buku. sedang Soonyoung masih pada posisi.

"Ada computer yang bermasalah, aku akan memperbaikinya dan melanjutkan bermain game"

Hanya mengagguk kecil, Jihoon secara gugup pamit akan pulang. tepat sebelum berbalik, Wonwoo memekik nada rendah dengan ucap yang sukses membuat si gadis kalang kabut.

"Jihoon-ssi. Warna rambut barumu manis.. kau terlihat seperti Woozi"

Tak ingin ketahuan berwajah merah padam, segera ia melangkah. sengaja melewatkan Soonyoung karena ia malas melihat wajah menyebalkan si pemuda.

"Wonu-ya. Sepertinya ponselku tertinggal. Aku kembali ke kelas dulu.."

Jihoon sudah berjalan lima langkah dan tercekat saat mendengarnya. Si Kwon pasti sengaja dan ingin kembali mencerca. Mempercepat langkah, debar jantung semakin tak keruan saat tahu Kwon sudah di samping kanan. Ikut mengejar.

"Yak, Kau serius akan ikut kencan buta?"

"B-bukan urusanmu.."

"Tsk. Kuanggap ini pertanda kau benar akan ditolak, Lee Jihoon hahaha"

Menghentikan langkah, Jihoon menatap nyalang. Kesal karena ledekan tak mutu dari bibir bebal Kwon Soonyoung.

"Jaga bicaramu. Kau bukan cenayang yang seenaknya memprediksi hal konyol!"

"Apa salahnya mengandaikan. Toh persentase kau diterima pun tak lebih dari 35%"

"M-menyebalkan!"

Menghentakkan kaki sebal, Jihoon berjalan jauh lebih cepat bahkan melupakan didepan sana akan ada tangga pendek pemisah antar gedung, dan... BRUK!

Tersungkur.

"Ah.. lututku..."

Mengaduh sakit, Jihoon kesulitan berdiri. Lutut terasa perih dan nyeri efek gesekan semen kasar. Dibelakang si gadis, Kwon sigap ingin menolong, namun cepat-cepat ditepis oleh jemari mungil Lee Jihoon.

"Kau menolak bantuanku?"

"Ya! Seperti apa katamu tadi, aku gadis nerd tak acuh dan tidak butuh bantuan orang lain! Pergi sana dan jangan mengekoriku"

Jihoon masih pada posisi, terlentang dengan kaki kanan yang terasa kram. Manik berlensnya basah.. sudah akan menangis antara malu, sakit dan menyesaki ucapan. Ia butuh uluran tangan untuk berdiri, tapi egonya teramat tinggi karena si Kwon.

"Tsk. Gadis aneh. Terserahmu..."

Pemuda surai arang berdecil sebal, memilih akan meninggalkan karena kecewa. Namun meragu saat mendapati rok si gadis robek nyaris setengahnya efek paku sialan yang ada pada padatan semen saat si gadis mencoba duduk. Terlebih melihat luka pada kedua lutut.. nampak merah segar dan perih.

"Sssh. sakit..."

Mengaduh lirih, Kwon mendengarnya ngilu. Nada bicara si gadis gemetar, menahan perih dan nampak akan menangis setelahnya. Tanpa peduli si gadis akan mengamuk, Soonyoung menarik paksa Jihoon berdiri, memapah dan membawanya pergi dari sana.

"K-kwon—lepaskan!"

"Diamlah"

"Lepas—aku bisa berjalan sendiri... aku tidak butuh—"

"Sekali ini jangan menolakku. Aku hanya ingin membantu mengobati lukamu. Kau tidak ingin Wonwoo jijik melihatnya lalu menolakmu kan?"

Membungkam, Jihoon terpaksa menurut, digiring paksa menuju lapangan outdoor dan terhenti pada kran air di pinggir lapangan baseball. Kata Kwon, Uks sekolah terlalu jauh dan yang terdekat hanya itu.

"Aku selalu sedia plester dan obat luka karena seorang dancer. S-sekarang basuh lututmu.."

Jemari panjang Kwon meyodorkan saputangan bergambar hamtaro hadiah ulangtahun dari Seokmin, ia tidak mungkin melakukannya... membasuh luka Jihoon dari lutut hingga paha.

Paham dengan sikap gugup si sipit, gadis Lee segera membersihkan luka sendiri. Sesekali mendesis perih saat kwon sibuk mencari P3k cadangan dalam tas.

Jihoon pikir Kwon juga akan meminta dirinya memasang plester itu sendiri, nyatanya tidak. dengan telaten ia memberi obat merah dan memasangkan plester luka.

"Ternyata Lee Jihoon punya sifat ceroboh juga ya.."

"Tidak sengaja jatuh! Hiks.. pelan-pelan Kwon"

"Tsk. Dan cerewet..."

Mengejek memang, tapi Kwon puas saat melihat Jihoon merah padam dikerjai. Tanpa sadar dirinya tertawa lepas, berdiri kembali sembari mengusak poni si gadis. Mata segarisnya menangkap sisian kanan rok yang tersingkap karena robek, dan sepertinya Jihoon belum sadar.

Kejadian yang begitu cepat, bahkan Jihoon dibuat membeku saat Kwon membungkus lingkar pinggang dengan jaket parka miliknya dengan hati-hati setelah berucap kata permisi.

"A-apa yang kau lakukan?!"

"Rokmu sobek. Bahaya..."

"O-oh.."

"Sudah. Dimana rumahmu? Akan kuantar"

"H-hah? Tidak perlu! Aku bisa pulang sendiri!"

Menatap datar, Soonyoung paham, Jihoon masih malu-malu untuk menerima atau meminta bantuan.

"Begitu? Hmm. Baiklah. Cha—silahkan jalan sendiri ke halte dan pulanglah. Aku lupa kau tidak butuh bantuan... kecuali jika itu Wonwoo, kau pasti akan merengek manja menggelikan"

"A-apa?"

Membalas tatapan tanda tak percaya. Jihoon memasang wajah sedih mendengarnya. Kwon salah.. ia memang egois, tapi bukan berarti ia benar bersifat buruk seperti apa yang Soonyoung fikirkan.

Dan Kwon serius meninggalkan Jihoon. Menatap nanar, debar jantung terasa tak keruan. Ada rasa sesal, kecewa dan sedih melihat Kwon pergi... seharusnya ia marah karena diledek, tapi.. entahlah. Sepertinya kerja hati mulai bermasalah.


.


Hari H.

Jihoon sudah menyelipkan surat undangan pada loker si pemilik hati. Dada terasa panas dingin hanya karena membayangkan prosesi pernyataan. Selama pelajaran hingga jam terakhir, berkali-kali Jihoon mencuri pandang pada si pemuda namun sikap Wonwoo tidak berubah. Tetap tenang dan biasa saja. Ah, Jihoon sengaja tidak menyertakan nama. Teramat malu jika ia lakukan.

Pukul 15:30 dan seluruh siswa kelas sudah membaur untuk pulang. Seungkwan heboh sendiri saat berkoar ia akan kencan buta dan kembali meyakinkan Jihoon untuk ikut. Padahal pagi tadi Jihoon sudah menolak ajakan. Ia sungguh hanya ingin fokus pada targetnya.

Berjalan sulit menuju tempat janji bertemu. Kedua kaki terasa gemetar hebat saat sudah sampai dipuncak tangga. Tinggal selangkah lagi dan dengan berat hati Jihoon menapaki atap gedung C.

Masih sepi. Wonwoo belum datang, padahal ia yakin tadi pemuda berkaca mata bulat itu sudah keluar dari kelas mereka.

Sepuluh menit Jihoon menunggu. Duduk pada tepian berpagar besi sembari memperhatikan langit sore yang mulai berubah jingga.

Cklek

Berdiri terburu. Jihoon kira yang datang adalah Wonwoo, ternyata bukan.

Bukan juga Soonyoung.

Tapi Im Nayoung, ketua kelas mereka. Gadis semampai itu nampak sama terkejutnya. Mendekati si mungil lalu tersenyum aneh dimata Jihoon.

"Jadi kau yang memberikan surat ini di loker Wonwoo?"

Manik sempit Jihoon melebar saat gadis Im menunujkan secarik surat undangan miliknya. Bagaimana bisa itu ada pada Nayoung?

"Kau menyukai Wonwoo, Lee Jihoon? Oh ya ampun aku terkejut..."

Mengerutkan kening tanda tak suka diledek, jemari mungilnya mencoba menggapai miliknya. Ia kesal, Nayoung dengan tak sopan mengambil itu dari loker Wonwoo lalu mencerca.

"Kembalikan itu padaku Im Nayoung-ssi! Itu bukan untukmu"

"Ya memang bukan ditujukan padaku, tapi aku berhak melarangmu bertindak jauh"

"Apa maksudmu...?"

Menghela napas pendek, si ketua kelas memijit pelipis. Ia bukan gadis kasar yang akan melabrak, dirinya hanya ingin memberi peringatan dan penjelasan.

"Wonu kekasihku. Kami sudah menjalin kasih tiga tahun Lee Jihoon.. kami memang sepakat untuk tidak mengumbarnya. Tapi melihat perubahanmu dan medapati surat ini, sepertinya aku perlu memberi penjelasan sebelum kau semakin berambisi"

Melotot tak percaya, Jihoon jatuh terduduk. Isi otak terasa kosong, sungguh ia baru mendengarnya.. tentang Wonwoo sudah memiliki kekasih, bahkan sudah jalan tiga tahun.

"Aku datang bukan atas perintah Wonu. Bahkan aku yang pertama kali menemukan ini dan tidak kuserahkan. Jadi Lee Jihoon, sebelum kau jatuh hati semakin jauh.. kumohon berhentilah menyukainya. Sungguh aku tak enak hati melihatmu patah hati karena hal ini.. tapi maaf, Wonu tidak akan mudah jatuh hati hanya karena kau merubah penampilan menjadi sosok baru"

"Maafkan aku Lee Jihoon... ini, kukembalikan"

Nayoung meletakan surat Jihoon pada gengaman si gadis. Berjongkok lalu menepuki puncak surai lemon Jihoon lembut.

"Tapi aku senang kau jadi berubah setelah menyukai Wonu. Kurasa siswa kelas kita menerima perubahanmu, pertahankan Ji. Kau manis saat tersenyum.. kuharap kau akan mendapatkan lelaki yang baik"

Gadis Im beranjak pergi. Meninggalkan Jihoon yang kini menangis tersedu karena patah hati.

Ingatan dua hari lalu berputar. Tebakan cenayang Kwon benar... Jihoon hanya akan mendapatkan jawaban penolakan—ah bahkan lebih buruk dari itu. Menyatakan cinta saja gagal, yang ada ia mendapat kabar buruk hubungan diam-diam Wonu dan Nayoung.

Tangis terhenti saat dering ponsel memekikkan telinga. Seungkwan menelpon diwaktu yang kurang pas.

"Jihoon-ahhh! Kita kurang orang, kumohon datanglah.. ya? Di café Pledis, tak jauh dari sekolah kok. Kukirimkan peta lokasinya ya.."

"Um.. aku akan datang"


.

Lee Jihoon dandan habis-habisan.

Masa bodoh dengan imej kalem di minggu lalu. Masa bodoh dengan hari esok akan bagaimana. Cukup sampi hari ini saja dirinya akan menjadi pribadi yang lain.

Patah hati membuat diri menjadi sosok yang kesetanan. Padahal Seungkwan dan yang lainnya masih berpakaian seragam lengkap, sedang Jihoon datang ke lokasi dengan baju bebas yang kelewat terbuka. Terlebih pada dan paha. Ia memang sengaja mampir membelinya sebelum kemari.. entah, mungkin terbawa emosi hingga totalitas dalam menghujami diri.

"J-jihoon? Kau baik-baik saja?"

"Ya, Seungkwan-ah. Aku tak apa"

"T-tapi sikap dan penampilanmu di luar dan dalam sekolah agak berbeda... kau benar Lee Jihoon kan?"

"A-aku memang Jihoon, maaf atas perubahanku yang tiba-tiba.. a-aku hanya.."

Tersenyum paham, sepertinya Jihoon baru saja mengalami masalah hati. Lalu memeluk lengan terbuka si gadis membawanya duduk diantara para pelajar pria.

Manik berdenyut nyeri. Ada Kwon Soonyoung diantara kelima pelajar lelaki yang datang. Seluruhnya memuji dandanan Jihoon yang nampak asing. Manis namun sexy.

Dari kelimanya, Kang Daniel yang paling gencar mendekati. Memaksa gadis Boo pindah tempat duduk hanya untuk memuji fisik si gadis Lee.

"Aku bosan. Mau pulang lebih dulu? Berdua"

Kang memberi penawaran dengan tampang mesum yang membuat tak nyaman. Jihoon duduk disudut kanan samping tembok dan itu membuat Daniel semakin kegirangan. Bahkan dengan lancang jemari lebarnya mengusapi paha secara sensual.

Ingin Jihoon teriak, namun kalimat sarka Daniel mengurungkan niatan menjadikan nyali menciut drastis.

"K-kumohon hentikan..."

"Akan kulakukan jika kau sepakat ikut bersamaku, manis"

"K-kau gila"

"Memang"

Kwon Soonyoung yang duduk di sudut berlawanan sudah kepalang emosi. Ia tahu Jihoon baru saja dilecehkan. Tak sengaja ia melihatnya saat sendok makannya jatuh lalu pemandangan tak mengenakan terekam jelas oleh manik sempitnya.

"Jihoon bilang ia pusing, kami akan pulang lebih awal.. aku harus mengantar Jihoon pulang.."

"A-aku tidak—"

"Ayo Jihoon"

Ditarik paksa, Jihoon nampak enggan beranjak namun tarikan Kang Daniel melemahkan diri. Ia takut sekarang dan tidak tahu harus meminta bantuan siapa....

Kwon Soonyoung..

Haruskah ia berteriak memohon padanya?

Sepertinya percuma, Kwon mungkin tidak akan peduli. Pemuda Kwon sudah mengukir sikap Jihoon terlalu buruk dalam otaknya.


.


"Lepas Kang Daniel-ssi! Kau sudah kelewat batas!"

Melebarkan jarak, Jihoon membuat kuda-kuda jika saja si Kang akan bersikap kurang ajar kembali. Melihatnya, Daniel tertawa remeh.

"Kau yang mengundangku bersikap begitu, manis. Siapa suruh memakai pakaian minim, huh? Sengaja ingin menggodaku?"

"T-tidak.. aku tidak"

"Oh ayolah Jihoon, aku memang tahu seperti apa dirimu sebelumnya. Cukup terkejut saat kau merubah diri, dan semakin penasaran saat tahu ternyata kau punya sikap jalang—"

PLAK

Satu tamparan.

Jihoon terlalu bawa emosi. Ia bukan jalang. Bahkan ia baru saja patah hati karena cinta pertama.

"Jaga ucapanmu! Brengsek mesum gila!!"

Meninggalkan tempat mereka, Lee Jihoon berjalan cepat melawan arah jalan pulang. tidak peduli pada bentakan pejalan kaki yang tak sengaja tertabrak si gadis malang.

Langkah kaki semakin melemah, pria mabuk menabrak bahu hingga oleng dan terjatuh tepat disamping salon kecantikan yang dulu ia datangi untuk mewarnai rambut. Pantulan diri pada kaca semakin membuat darah mendidih. Ia malu. Marah dan benci pada dirinya sendiri.

Berupaya merubah diri hanya karena lelaki namun berakhir dicampakan. Rasanya usaha itu berakhir percuma. Uang terkuras, tenaga terhempas, metal dipertaruhkan dan terparah hati tercabik hancur patah hati.

Tangis pilu semakin kencang saat sadar lecet lusa lalu kembali merembeskan darah luka baru.

"Sakit.. hiks"

Berjongkok mengusapi kedua lutut, Lee Jihoon dipaksa mengingat kejadian dejavu. Antara dirinya dan Kwon Soonyoung. Tentang bagaimana si pemuda menyebalkan itu memperlakukan dirinya begitu lembut saat lecet di lutut.. Jihoon butuh uluran tangan kembali.

Terlalu sibuk dengan memori manis, secara tiba-tiba seseorang membungkus punggung hingga kepala dengan jaket parka yang dibuka lebar.

"H-hey! Apa-apaan kau... K-kwon?"

Jemari pemuda Kwon tetap bergerak sibuk menyimpukan kedua lengan hingga menutupi separuh wajah si gadis. Agaknya membuat sesak napas karena Kwon melakukannya tergesa dengan deru napas emosi.

"Kwon! Bajuku tidak robek!"

"Tapi terlalu terbuka!!"

Mendiam, Jihoon tetap mempertahankan posisi jongkok, malu saat menyadari dirinya berpakaian minim. Salahkan efek patah hati, Jihoon jadi berperilaku diluar kendali.

"Hiks... lututku luka kembali"

"Hah, ceroboh. Aku tidak bawa P3K"

"Sakit, Kwon"

"Tahan lah sebentar, kita ke apotek"


.


Duduk berdua pada bangku taman kota, Jihoon meringis perih saat Soonyoung kembali memberi obat merah. Selesai dengan itu, Jihoon berniat melepas kaitan jaket milik Kwon karena membuat kepalanya gerah. Namun gagal karena Kwon mencegahnya cepat.

"Ini gerah.."

"Jangan. Jangan lepas ikatan jaket itu"

"Kenapa?"

"Robeknya terlalu dalam"

"H-hah? Yak. Bajuku baik-baik saja dan hanya terbuka dibagian lengan, jangan berlebihan..."

"Bukan itu. Tapi robekan dalam hatimu. Aku tahu kau akan patah hati karena Wonwoo, aku tahu kau pasti akan ditolak. Tapi tak menyangka akan benar datang ke kencan buta dan mengalami pelecehan oleh Daniel. Itu luka beruntun yang terlalu dalam.. dan ketara jelas jika tidak segera ditutupi, Lee Jihoon"

Menatap teduh sosok pemuda di samping, netra kembali berembun. Terisak dan menenggelamkan wajah basah pada jaket milik Kwon.

"Aku malu Kwon. Segalanya berjalan tak sesuai rencana. Aku benar-benar buntu arah.. Aku harus bagaimana? hiks"

Menghela napas dalam-dalam. Soonyoung membawa Jihoon pada bahu kanan untuk dijadikan sandaran. Menepuk punggung teramat pelan takut menyakiti hati yang tengah dilanda bencana.

"Tapi serius Ji, jika bukan karena Wonwoo. Apa kau tetap ada keinginan untuk berubah sikap?"

Diam berfikir, hanya anggukan yang ia beri. Setelahnya Soonyoung tersenyum tipis.

"Bagus. Tetap pertahankan tekadmu ini Lee Jihoon. Semua menyukai perubahan sikapmu.. meski belum terbiasa, tapi mereka paham kau ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik"

"Umm.. Im Nayoung juga mengatakan hal yang serupa"

"Ah—sudah tahu ya?"

Mendongak, Jihoon mengerutkan kening tanda curiga.

"Kau tahu akan hal ini?!"

"Y-ya begitulah. Makanya sudah kukatakan kau akan ditolak. Tapi bisa jadi diterima sih, itu kalau Wonu goyah dan berniat selingkuh dari Nayoung"

"Me-memalukan"

Kembali menenggelamkan wajah pada bahu, perlahan jemari melingkari pinggang. Meremas kemeja dipunggung si pemuda cukup erat mencari kenyamanan.

"K-Kwon..."

"Hm?"

"Maafkan sikapku. Aku tahu aku egois. Tapi tidak seburuk yang kau kira.. saat merasa lemah aku pun butuh bantuan orang lain, seperti saat ini.. jangan beranjak dan pergi dulu. Aku butuh kekuatan untuk berdiri kembali.. hanya lima menit.. kumohon"

Mengulum senyum gemas, Soonyoung mengangguk dua kali. Setelahnya terasa jelas Jihoon semakin kencang memeluk diri tanda ketakutan ia akan pergi lima menit kedepan.

Mengamati gerak tubuh Jihoon yang perlahan tenang. Dengkuran halus terdengar lirih dari hembus napas si gadis. Lee Jihoon tertidur..

Bahkan hingga satu jam setelahnya si gadis belum berniat bangun dari tidur cantiknya. Sebegitu nyaman kah dirinya? Hey, ia bukan bantal dan kasur gulung untuk ditiduri!

"Ji-jie.. bangun lah. Ini sudah malam. Kau harus pulang"

Tiada balasan. Merubah posisi, Soonyoung meletakan kepala Jihoon pada paha padat miliknya lalu menatap sendu si gadis.

Wajah si gadis memang jauh lebih tenang, namun nampak jelas gurat gelisah dan kecewa. Sempat ia merasa bersalah, kemarin dirinya terlampau kasar mengatai gadis Lee. Pasti ia termasuk dalam pelaku sumbangsih luka disana. Jika sudah merasa bersalah, Kwon termasuk pemuda gencar yang terus mengejar demi mendapat kata maaf.

Dengan kecupan ringan pada bibir apakah dapat sedikit mengobati luka hati?

Memberanikan diri, Soonyoung mengikis jarak. Menghirup dalam aroma vanilla yang akhir-akhir ini membuat candu. Tepat pada puncak bibir tipis yang memucat ia menyatukan tautan, tanpa lumatan nafsu atau sejenisnya karena murni ingin membagi sedikit kehangatan.

Tak selang berapa lama, Jihoon mengerang, terbangun dari tidurnya dengan manik mengerjap lucu mencari jam tangan. Sepertinya Jihoon tak sadar baru kecolongan cium.

"Berapa lama aku tidur?"

"Satu jam empat puluh menit"

"Kenapa tidak kau bangunkan?"

"T-terlihat begitu nyenyak. Aku tak tega"

Merasa tak enak dengan baru apa yang terjadi, Jihoon bergegas pamit. Sudah jam malam Lee Jihoon dan ia tak mau kena amuk omma-appa nya.

Soonyoung mengekor.

Kemudian terhenti saat mengingat peringatan Lee Jihoon kala itu.

"Jangan mengekoriku!"

Hati melengos tak nyaman. Apa ia akan menggangu jika kembali begitu? Bagaimana kalau Jihoon kembali marah dan bersikap seperti sebelumnya?

Sedang sigadis didepan sadar, Soonyoung tertinggal cukup jauh. Ikut terdiam mengamati, Mengerutkan kening heran, bukankah tadi Kwon bilang akan ke halte yang sama? Kenapa sekarang berhenti disana?

"K-Kwon? Tidak jadi pulang bersama?"

"Eh?"

"Kau bilang akan naik bus nomor 17. Kita searah.. ah, sekali lagi aku me-memohon.. ayo pulang bersama"

Bersitatap penuh binar, Kwon Soonyoung melangkah cepat menyamai langkah. Tersenyum simpul dengan jemari yang gemas ingin menggengam jemari mungil si gadis--- ups—

Salahkah jika Soonyoung berkeinginan untuk jatuh cinta kembali? Ia memang lupa kapan terakhir kali jatuh hati, tapi melihat Lee Jihoon yang ada disisi kiri, rasanya ingin segera mengatakan ia tertarik dan mengenal dekat, kalau bisa dalam status hubungan jelas seperti---- kekasih?










END

Continue Reading

You'll Also Like

38.4K 3.2K 69
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...
809K 84.5K 57
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
36.2K 5.3K 34
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
1M 83K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...