Buat para fansnya kakek Yusuf, maaf ya udah buat kalian harus menunggu buat baca kelanjutan kisah percintaan si kakek dan istri kecilnya.
Seperti yang udah saya bilang, begitu satu bab selesai, pasti akan langsung saya update di wattpad. Maka hadirlah bab ini buat kalian yang udah sabar nunggu update'an dari saya. Semoga hasil coretan sederhana saya ini, nggak terlalu mengecewakan kalian.
Mengenai target, targetnya masih tetap nggak muluk-muluk, cuma ada sedikit penambahan aja. 460 vote dan 130 komentar. Nggak besar dong pastinya, soalnya ada satu bab di cerita ini yang komennya sampai 180 lebih.
Udah sih segitu aja. Selamat membaca, dan semoga ceritanya kakek Yusuf bisa menjadi teman bagi kalian untuk melewati hari.
🍏🍏🍏
Beberapa hari tanpa terasa kembali terlewati dengan cepat. Bagi mereka yang mencinta, tentu saja pergantian hari akan selalu dinanti, agar bisa terus mengukir kisah indah mereka setiap harinya. Akan tetapi, bagi mereka yang kehilangan ataupun tidak pernah merasakan arti cinta yang sesungguhnya, pergantian hari mungkin terasa sama saja, karena tidak berdampak apapun pada mereka.
Dan Imeka adalah orang yang selalu mendengus kesal saat menyambut pergantian hari.
Wanita paruh baya yang pagi-pagi sekali tergesa-gesa keluar dari rumah pasangan kumpul kebonya selama beberapa hari terakhir itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, hingga kemudian di sinilah ia berada. Duduk di balik kemudi, dan bagaikan penguntit mengintai rumah mantan suaminya di seberang jalan sana, yang terlihat belum ada satupun orang yang keluar melewati pagar tinggi berwarna kecoklatan tersebut.
Bukan tanpa sebab Imeka melakukan aksi spontannya pagi ini. Semua itu dikarenakan saat ia sedang disetubuhi oleh pria yang telah memenuhi rekeningnya dengan nominal uang yang banyak, pria gendut dan jelek itu berkata bahwa ada kabar angin yang mengatakan jika Yusuf sudah menikah lagi.
Tentu saja kabar tersebut membuat Imeka terkejut, lalu setengah hati melayani nafsu birahi pria gendut nan jelek itu yang tak pernah puas hanya dengan sekali menyetubuhinya. Lalu, saat tambang emasnya itu kelelahan setelah entah berapa kali menggaulinya dengan berbagai gaya akhirnya tertidur, Imeka segera berkemas seadanya untuk membuktikan semua perkataan teman tidurnya itu.
Imeka rupanya tak perlu menanti terlalu lama. Karena, setelah lebih dari 15 menit menunggu, tampak Surya, si kacung yang menjaga rumah Yusuf, melangkah keluar dari pagar tinggi yang telah terbuka lebar tersebut. Tak lama kemudian, mobil yang selalu dikendarai Yusuf keluar dari dalamnya.
Imeka yang sudah menanti kesempatan ini tentu tak mau menyia-nyiakan sampai kehilangan jejak mantan suaminya itu. Segera ia menyalakan kembali mesin mobilnya, dan segera menguntit mobil Yusuf yang sudah berada di depan sana. Imeka sudah memutuskan, sampai ia bisa menemukan kebenaran dari kabar angin yang membuat telinganya panas saat mendengarnya itu, Imeka akan terus mengikuti Yusuf, berapapun lamanya waktu yang diperlukan.
Kening Imeka berkerut tak mengerti kala melihat mobil yang dikendarai Yusuf bukannya melewati jalan yang akan membawa mantan suaminya itu menuju perusahaan miliknya tetapi malah melewati satu jalan yang cukup sepi karena tak dilalui oleh pengendara lainnya.
"Mau ke mana kamu, mas?" tanyanya kepada ruang hampa, karena hanya ada ia sendiri di dalam mobil.
Imeka masih terus menguntit dengan jarak yang dirasa aman. Sampai kemudian, wanita paruh baya itu melihat mobil Yusuf berhenti di sebuah bangunan dengan plang bertuliskan kursus menjahit di bagian depannya.
Dengan ketidak-mengertian yang kental, Imeka turut memberhentikan mobilnya di bawah pohon besar yang tak jauh dari bangunan yang keseluruhannya berwarna coklat tersebut. Untuk beberapa detik lamanya, perhatian Imeka sempat teralihkan oleh suara ponselnya yang terus berdering, hingga dengan kekesalan yang sudah mencapai ubun-ubun, wanita itu mematikan ponselnya dengan kasar.
Lalu, saat fokusnya kembali ke depan, mata Imeka membelalak besar kala melihat pemandangan yang ada di pelataran parkir sana. Di mana sang mantan suami telah berdiri di samping mobil dan ada seorang wanita di dalam pelukannya, membikin Imeka kesulitan untuk melihat jelas wajah wanita yang bisa membuat senyum selebar itu merekah di bibir mantan suaminya yang dulu begitu pendiam dan sangat memuja dirinya.
Berulang kali Imeka menggelengkan kepala, ia bahkan terus mengucek matanya sampai terasa pedih demi harapan agar yang dilihatnya itu tidaklah nyata. Hanya bayangan menakutkan yang akan membuat mimpinya untuk menyandang kembali nama Biantara hancur.
Akan tetapi, sebanyak apapun gelengan kepala, sekeras apapun ia mengucek mata, yang dilihat Imeka tak jua menghilang. Yang ada pemandangan itu semakin membuat dadanya menjadi panas saja. Bagaimana tidak, saat ini, Imeka melihat jika sang mantan suami tanpa malu mengecup bibir wanita yang tak kelihatan wajahnya itu. Dan panas tersebut membuat kepalanya serasa akan meledak karena Imeka dapat melihat dengan jelas bagaimana tangan Yusuf meremas pantat wanita yang menyembunyikan wajah di dada mantan suaminya itu.
Sumpah mati, Imeka ingin berteriak dan mengumpat sejadi-jadinya. Apa yang dilakukan Yusuf saat ini tidak pernah sekali pun pria itu lakukan padanya. Dulu, pria yang semasa muda dikenalnya sebagai sosok pendiam itu hanya akan diam dan tak mau merespon berlebihan saat Imeka sudah terbakar gairah dan ingin mengajaknya bercinta. Yusuf bahkan begitu pasif dan tak memiliki banyak gaya saat menggauli dirinya.
Karena pasifnya Yusuf di atas ranjang itulah, membuat Imeka kembali mencari pelampiasan dari pria lain, sama seperti sebelum ia dan Yusuf menikah. Awalnya cuma sekedar mencoba, namun Imeka tak bisa memungkiri bahwa seks sudah menjadi candu buatnya.
Tetapi kini, pria yang sudah menceraikannya hampir 2 tahun yang lalu itu tampak begitu lepas mengekspresikan perasaannya. Seolah-olah hanya ada mereka berdua di sana, sehingga Yusuf merasa bebas ingin menyentuh wanita jalang murahan itu dimana saja.
"Awas kamu, mas! Aku nggak akan membiarkanmu lepas semudah itu dariku." ucap Imeka dalam kemarahan serta rasa cemburu karena tidak pernah merasakan perlakuan semesra itu dari mantan suaminya.
Wanita itu kembali menghidupkan mesin mobilnya, lalu segera berlalu dari sana setelah sekali lagi menghunuskan tatapan tajam kepada sepasang sejoli di pelataran parkir sana yang rupanya sedang dimabuk asmara.
Dan setelah mobil Imeka berlalu, tampak seorang pria mengenakan pakaian serba hitam, bertubuh tinggi, serta memiliki tatapan tajam menusuk keluar dari persembunyian.
Pria itu kemudian mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya. Menekan nama 'bos', lalu menunggu sejenak hingga panggilannya diangkat.
"Wanita itu sudah mengetahui kalau tuan Yusuf Biantara sudah memiliki penggantinya, bos!" tuturnya tanpa basa basi. "Lalu, apa yang harus saya lakukan selanjutnya?"
"Terus awasi dan jangan lepaskan pantauanmu darinya. Dan satu lagi, pastikan istrinya tuan Yusuf Biantara selalu aman. Aku tidak ingin wanita muda itu sampai celaka, karena aku memiliki hutang budi di masa lalu dengan ayahnya."
"Baik, bos!"
Kemudian pria itu memutuskan sambungan sembari mendesah lelah. Tugas ini benar-benar membuatnya merasa tak nyaman. Ia lebih suka disuruh mengawal politisi ataupun pengusaha kaya daripada harus memantau sepasang sejoli yang saat ini sedang beradu bibir di tempat parkir sana yang untungnya sedang sepi.
"Semoga tugas kali ini tidak berlangsung lama." keluhnya sambil mendongak ke atas, berharap aduannya didengar oleh Dia yang mengatur takdir setiap umatNya.
🍏🍏🍏
Mata Yusuf terus mengikuti pergerakan Salwa yang sedang bercengkrama dengan seorang wanita muda yang sedang memangku bayi mungil nan cantik di atas pangkuannya. Sedangkan di atas karpet bulu tebal bergambar animasi tokoh kartun terkenal, duduk dua orang balita berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Meski katanya tak memiliki ikatan darah, kedua balita menggemaskan itu tampak begitu akur dan saling berbagi mainan. Melihat anak-anak kecil yang terlihat lucu dan menggemaskan itu, Yusuf jadi tak sabar ingin kembali merasakan menimang bayi dalam gendongannya.
Tanpa sadar, melihat Salwa terus tersenyum dan begitu nyaman berbicara dengan seorang wanita muda bernama Khaira Wilda, istri dari pria yang saat ini sedang duduk di sampingnya, Yusuf tidak menyesal telah membawa istrinya itu ke rumah ini, setelah tadi siang harus menebalkan muka di depan sang pengacara untuk menanyakan dimana alamat tempat tinggal sahabatnya.
"Kami memberi si cantik itu dengan nama Lira."
"Hah?" Yusuf menoleh ke samping, ke arah sosok pria ramah, sedikit pendiam, namun sangat pandai membawa diri.
"Anak perempuan yang sedang bermain dengan putra saya itu, kami memanggilnya Lira. Dia adalah anak dari mantan istri saya, yang hamil tanpa diketahui siapa ayah dari anak yang dia kandung."
"Lalu kenapa anak itu bisa tinggal bersama anda?" tanya Yusuf yang mulai tertarik akan kisah pria bernama Binara Aaraju.
"Dia ditinggalkan ibunya di depan pintu rumah saya. Awalnya kami mengira itu adalah bayi hasil penculikan seseorang, tetapi setelah nenek dari istri saya datang dari desa dan melihat bayi itu, barulah kami tahu kalau si cantik itu adalah anaknya mantan istri saya."
Yusuf mengangguk-angguk kecil. Kisah perjalanan hidup seorang Binara Aaraju hampir serupa dengannya. Bercerai karena istri yang tidak bisa menjaga kesetiaan. Yang membedakan hanyalah kisah cinta mereka. Namun di balik semua itu, Yusuf mensyukuri bahwa ia tidak harus mengalami lumpuh terlebih dahulu untuk bisa menemukan takdir cinta yang sesungguhnya.
"Danu sudah menceritakan semuanya kepada saya. Mengenai kisah anda di masa lalu juga kisah yang sedang anda jalani saat ini. Sebagai sesama lelaki, saya tidak bisa mengatakan apapun selain ingin anda tahu, bahwa umur, harta, ataupun pendidikan janganlah dijadikan alasan untuk menolak cinta yang hadir dalam hidup kita. Terimalah dia, dan yakinlah di akhir nanti, bahagia itu pasti anda miliki." ujar Nara dengan tatapan terus terpaku ke wajah sang istri yang semakin cantik saja setiap harinya. "Dan tolong jangan berpikiran buruk kepada pengacara satu itu. Dia menceritakan semuanya agar saya mengerti situasi dan bisa menempatkan diri."
"Tidak masalah." Yusuf mengedikan bahunya santai. "Jujur saja, saya awalnya bingung karena di umur setua ini harus kembali memiliki tanggung jawab sebagai seorang suami." Yusuf tersenyum lebar, hatinya merasa lega karena memiliki teman untuk diajak berbicara. "Tetapi setelah beberapa waktu berlalu, saya jadi berpikir kalau Tuhan pasti memiliki rencana dengan memberikan saya takdir seperti ini. Perlahan saya mulai berdamai dengan keadaan, lalu kemudian saya menerima hadirnya istri saya itu bukan hanya sebagai bentuk tanggung jawab tetapi juga sebagai pasangan takdir yang baru dipertemukan dengan saya sekarang. Sampai akhirnya, tanpa saya sadari, saya terikat begitu kuat padanya, dan tidak bisa berhenti untuk terus memikirkannya. Memalukan, bukan, di umur setua ini, saya bersikap sangat posessif kepada wanitanya?"
Nara terkekeh kecil. Berbicara dengan tamu yang tak disangka akan datang ke rumahnya, membuat ia merasa mendapat teman baru dalam lingkup pergaulanannya. Walaupun umur mereka terpaut jauh, Nara tak merasa risih. Justru mereka memiliki banyak kesamaan. Terutama, sama-sama memiliki wanita muda dalam hidup mereka, wanita muda yang masih polos, bersegel, setidaknya sebelum segel tersebut mereka yang merusaknya. "Ya mau gimana lagi. Kita ini adalah lelaki beruntung karena mendapatkan istri yang cantik, masih muda, dan pastinya berhati baik. Sudah sewajarnya kalau kita merasa begitu terikat dan tidak bisa berkutik karenanya." timpal Nara kemudian.
"Hidup ini benar-benar penuh misteri, bukan? Yang semula kita anggap tidak mungkin malah bisa menjelma menjadi kenyataan." ujar Yusuf, tak malu menatap penuh pemujaan kepada wanita muda yang sedang bercengkrama dengan istri si tuan rumah.
"Benar sekali." sahut Nara.
Yusuf tak hentinya tersenyum. Berada di sini membuatnya merasa nyaman, dan mungkin itu juga yang Salwa rasakan.
Seorang wanita yang usianya hanya selisih beberapa tahun dari Salwa dan sudah melahirkan dua orang anak bagi seorang pria bernama Binara Aaraju itu tampak begitu tulus. Menerima kedatangan Yusuf dan Salwa di rumah ini dengan tangan terbuka.
Sekarang Yusuf mengerti mengapa Ardhanu Ramadhan menyarankan ia untuk mempertemukan Salwa dengan istri sahabatnya. Karena setelah melihat kedua wanita muda itu duduk bersama, Yusuf merasa Salwa memang memerlukan seorang teman yang tidak pernah berpikiran buruk kepada orang, tulus, dan pastinya bisa membuat istrinya itu tertawa lepas.
Dan saat akan berpamit pulang, Yusuf beserta Salwa langsung mengiyakan saat sang tuan rumah untuk sering-sering berkunjung ke rumah mereka.
🍏🍏🍏
🌸🍏🍏🌸
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-29-01-2018