Takdir Cinta [Sudah Terbit]

By Eria90

406K 37.3K 4.6K

- Zona dewasa - Masih lengkap - Ekstra part cuma ada dalam versi ebook - Sudah tersedia dalam bentuk ebook di... More

🍃Prolog🍃
🍃Satu🍃
🍃Dua🍃
🍃Tiga🍃
🍃Empat🍃
🍃Lima🍃
🍃Enam🍃
🍃Tujuh🍃
🍃Delapan🍃
🍃Sembilan🍃
🍃Sebelas🍃
🍃Duabelas🍃
🍃Tigabelas🍃
🍃Empatbelas🍃
🍃Limabelas🍃
🍃Enambelas🍃
🍃Tujuhbelas🍃
🍃Delapanbelas🍃
🍃Sembilanbelas🍃
🍃Duapuluh🍃
🍃Duapuluhsatu🍃
🍃Duapuluhdua🍃
🍃Duapuluhtiga🍃
🍃Duapuluhempat🍃
🍃Duapuluhlima🍃
🍃Duapuluhenam🍃
🍃Duapuluhtujuh[TAMAT]🍃
🍃Epilog🍃
Promosi Ebook

🍃Sepuluh🍃

15.7K 1.3K 193
By Eria90

Meski target komennya belum terpenuhi, saya update lagi bab baru ceritanya kakek Yusuf buat teman2 semua yang nggak pernah absen ngasih vote dan komennya.

Target saya di bab ini masih sama kayak di bab sebelumnya. Kalau target belum terpenuhi, saya absen dulu updatenya (hitung2 bisa sekalian nyantai). Dan buat yang gemas pengen tau kelanjutan kisah kakek satu ini, harap ditunggu aja ya sampai targetnya terpenuhi.

Udah, nggak usah panjang2 lagi cuap-cuapnya. Selamat membaca, dan semoga kakek Yusuf bisa menjadi teman buat kalian di sore ini.

🍏🍏🍏

                                               

"Maaf ya, saya tadi tidak bisa menjemput kamu. Ada tamu penting, makanya saya menyuruh Andi untuk menggantikan saya." tutur Yusuf setelah mendudukan dirinya di kursi meja makan. Sedangkan sang istri sedang mengisi piringnya dengan nasi.

Seperti biasa, semenjak hadirnya Salwa di rumah ini, Yusuf tidak perlu lagi merasakan sepi saat menyantap makan malam ataupun sarapan pagi. Wanita muda itu begitu telaten melayaninya makan, bahkan makanan yang dimasak olehnya sangat cocok di lidah Yusuf yang jujur bisa dibilang sedikit pemilih.

"Nggak apa-apa, pak. Saya ngerti kalau bapak lagi sibuk. Mas Andi juga bilang begitu tadi." sahut Salwa yang entah mengapa sangat senang menjalani perannya sebagai seorang istri.

Bahkan sekarang, atau lebih tepatnya setelah mereka mulai tidur satu kamar, Salwa juga sudah mulai menyiapkan pakaian yang akan suaminya itu kenakan untuk ke kantor. Dan saat kata suami semakin sering ia lafalkan dalam hati ataupun cuma sekedar dipikirkan, Salwa selalu merasa ada yang menggelitik dalam dadanya.

Serasa banyak kupu-kupu yang berterbangan. Terasa aneh, tapi menyenangkan.

"Bisa nggak, Sal, kamu jangan manggil Andi dengan sebutan mas? Saya nggak suka, soalnya kedengaran mesra gitu, kamu manggil dia." tanya Yusuf yang tak menyembunyikan rasa tak terima di nada suaranya.

"Lalu, saya harus manggil apa? Panggil nama aja nggak sopan, 'kan dia lebih tua dari saya." Salwa menatap bingung pria yang duduk di kepala meja.

"Saya juga lebih dari kamu, tapi kamu manggil saya bapak bukannya mas, membuat saya selalu merasa lebih cocok jadi ayah kamu daripada lelaki yang pernah menyentuh kamu secara intim." rajuk Yusuf yang juga bingung kenapa ia bisa bersikap kekanakan begini.

                                                        
Salwa menunduk malu. Warna merah tak hanya menghiasi wajah tapi juga menjalar hingga ke telinga. Mendengar kata menyentuh kembali diucapkan, Salwa jadi mengingat kejadian tadi pagi. Saat ia terbangun dalan pelukan suaminya, sama seperti hari-hari sebelumnya.

Namun yang membedakan, seluruh kancing piyamanya telah terbuka, hingga membuat kedua payudaranya yang tak mengenakan bra terpampang begitu jelas, dan terdapat beberapa bercak merah yang menghiasinya. Saat itu Salwa cuma bisa ternganga dengan wajah merona.

"Kenapa muka kamu merah begitu?" tanya Yusuf yang sudah melupakan rasa kesalnya, karena wajah Salwa yang memerah membikin wanita muda itu jadi semakin cantik saja di matanya. "Pasti kamu lagi mikirin kejadian tadi pagi, 'kan? Kenapa, kamu mau saya tambahin lagi stempel di susu kamu menggunakan bibir saya?" iseng Yusuf menggoda, tidak merasa takut ada orang lain yang mendengar kata-kata tak senonoh yang ia ucapkan, toh hanya ada mereka berdua di sana, sedangkan Mina sudah pulang setelah anaknya datang menjemput.

Wajah Salwa bukan kepalang lagi merahnya. Lidahnya keluh, hingga akhirnya ia hanya mampu menunduk dengan kedua tangan saling meremas di atas pangkuan.

Wanita muda itu merasa gelisah. Berada di dekat pria yang telah menikahinya itu, Salwa selalu merasa gerah, lalu keinginan untuk disentuh begitu menggebu ia rasakan. Itulah yang terjadi kepadanya beberapa waktu belakangan ini. Herannya, Salwa hanya merasa bagai cacing kepanasan terhadap satu orang pria saja yaitu pria paruh baya yang masih terlihat begitu menawan di usia senjanya itu.

Seakan tahu apa sebabnya wajah Salwa memerah, Yusuf yang merasa senang menarik lembut tangan wanita itu agar berdiri dari duduknya. Saat sang istri telah berdiri di samping kursi yang ia duduki, dituntunnya wanita itu untuk duduk di atas pangkuan dengan posisi mengangkang. Hingga pertemuan dua kelamin yang terhalang pakaian yang dikenakan tak lagi terelakan.

Sontak saja baik Yusuf maupun Salwa sama-sama terkesiap. Mereka masih mengingat dengan jelas bagaimana tubuh bagian bawah mereka menyatu dalam pusaran gairah yang tak tertahankan.

Hidangan makan malam lezat yang terhidang di atas meja pun terlupakan. Yang ada dipikiran mereka hanyalah agar keintimana tersebut tidak berakhir.

                                                        
"Pak... " gumam Salwa pelan, semakin ia bergerak gelisah, maka benda keras di bawah sana terasa semakin keras menekan dirinya.

"Saya sebenarnya rada nggak rela, Sal, kamu panggil saya begitu. Tapi saya juga nyadar diri, umur kita memang terpaut sangat jauh, wajar kalau kalau kamu bingung mau manggil saya apa." tutur Yusuf yang tangannya sudah bergerak sendiri membuka kancing kemeja kebesaran yang dikenakan oleh Salwa. Seperti biasanya, begitu kancing tersebut terbuka seluruhnya, pemandangan payudara tanpa penutup menjadi hal terindah yang ia lihat. Dan tangannya langsung menggenggam kedua tangan Salwa saat istrinya itu terkesiap ingin menutup kembali pakaiannya. "Jangan ditutup." pinta Yusuf seraya membalas tatapan malu-malu Salwa padanya.

Salwa yang awalnya tidak menyadari tangan kokoh itu membuka kancing pakaian yang ia kenakan, hanya bisa tertunduk malu. Dengan kedua tangannya berada dalam genggaman, Salwa merasa begitu rentan.

"Indah." gumam Yusuf serak, sedangkan matanya kembali terpaku ke arah sepasang gunung kembar yang mana masih tercetak jelas bekas permainan bibirnya tadi pagi.

Sungguh, pagi itu Yusuf sudah berada di batas ambang kesabarannya. Merasakan kedua puting kecil itu menekan dadanya, Yusuf merasa kepanasan. Gairahnya menggelegak dan minta segera dipuaskan. Namun hal yang bisa dilakukannya saat itu hanyalah membuka seluruh kancing piyama yang Salwa kenakan. Mengulum bukit kembar itu bergantian dalam mulutnya, dan merasa sangat puas saat mendengar Salwa melenguh dalam tidurnya.

"Malam ini, boleh saya meminta hak saya dari kamu, istriku?" tanya Yusuf setelah memutuskan tidak ada gunanya lagi menahan diri. Salwa adalah istrinya, tidak akan ada siapapun yang bisa melarang dirinya untuk berdekatan dengan istrinya itu.

"Maksud bapak?" Salwa balas bertanya, sementara tatapan sudah tidak fokus, efek hembusan napas Yusuf yang langsung mengenai dadanya.

"Saya ingin bercinta dengan kamu, Salwa, seperti malam itu. Tapi kali ini berbeda, karena saya tidak dalam pengaruh obat." tandas Yusuf langsung.

Bibir Salwa yang baru saja membuka sudah disergap Yusuf lebih dulu dalam kuluman. Tak diizinkannya wanita muda itu kembali memberi alasan. Hanya ada mereka berdua di sana, tidak akan Yusuf biarkan Salwa kembali menghindar seperti pagi tadi padahal tahu jika istrinya itu juga menginginkan dirinya.

Dengan bibir yang masih mengulum bibir Salwa, Yusuf menggerakan tangannya untuk meremas sepasang payudara yang terasa sangat pas dalam tangkupan tangannya yang besar.

Mendapat godaan tidak hanya di bibir, tapi juga di dada, dan juga tubuh bagian bawah, Salwa yang tak berpengalaman hanya bisa mengungkapkan rasa melalui lenguhan serta tubuhnya bergerak gelisah di atas pangkuan.

Kedua sejoli yang terpaut usia sangat jauh itu tidak lagi mempedulikan keadaan sekitar. Yusuf bahkan sudah menanggalkan kemeja Salwa dan membuangnya sembarang di lantai, hingga tubuh bagian atas istrinya itu polos tanpa ada sehelai benang pun yang menutupinya.

Tentu saja keintiman tersebut akan berlanjut dengan pergulatan dua tubuh tanpa busana andai suara bel yang nyaring tak merasuk dalam indra pendengaran mereka.

"Si*l." maki Yusuf kesal, disandarkannya kepalanya di tengah-tengah kedua gunung kembar yang sesaat lalu hampir saja ia mainkan dalam mulutnya.

Setelah menghirup rakus aroma tubuh Salwa yang menggoda, Yusuf mendongakan kepala. Dibelainya sayang pipi merah istrinya yang masih saja malu padanya itu. "Kamu masuk ke kamar. Jangan tidur, dan tunggu saya di sana. Setelah memarahi tamu kurang kerjaan itu, saya akan mengajari kamu bagaimana caranya menyenangkan saya." bisik Yusuf pelan, lalu mengecup berulang kali bibir Salwa yang merah dan sedikit bengkak karena ulahnya.

Kemudian beberapa detik setelahnya, Yusuf dengan tak rela membiarkan Salwa turun dari pangkuannya dan melangkah menuju kamar mereka. Barulah setelah punggung Salwa tak lagi terlihat, Yusuf memutuskan berdiri dan merapikan pakaiannya yang sedikit acak-acakan. Pria paruh baya itu terkekeh geli kala matanya tertuju ke baju Salwa yang teronggok di atas lantai.

"Benar-benar si*l. Kalau bukan karena tamu tak diundang itu, aku pasti sudah bisa mencicil bakal adik buat Fari dan Adel." dengus Yusuf kesal sambil melangkah menuju pintu utama, untuk menemui tamu yang masih juga memencet bel di luar pintu sana.

                                                          🍏🍏🍏

                                                         

Yusuf tak henti-hentinya mendengus kesal. Wajahnya tertekuk, serta tatapan menyorot marah ke arah sang mantan istri yang duduk di depannya. Andai tak memikirkan jika wanita itu adalah ibu dari kedua anaknya, Yusuf tidak akan segan untuk mengusir wanita tak setia itu dari rumah ini.

"Apa lagi maumu, Imeka? Kalau ada hal mengenai Adel yang mau kamu sampaikan, sebaiknya cepat katakan. Saya ingin segera beristirahat." desak Yusuf yang sudah tak sabar ingin segera menemui Salwa di kamar dan kembali bermesraan dengan wanita pendiam itu.

Imeka yang duduk di seberang meja memasang ekspresi cemberut. Dulu, jika ia menginginkan sesuatu dan menggunakan strategi seperti ini, maka Yusuf akan segera mengabulkan apapun permintaannya. "Itu... satpam yang berdiri di belakang kamu itu, usir dia dari sini, mas. Aku nggak nyaman kalau ada orang lain yang ngedengarin omongan kita."

Tapi Yusuf yang dulu berbeda dengan Yusuf yang sekarang. Pria itu dengan tegas menolak kemauan wanita yang mungkin saja kurang kerjaan berpakaian seronok di malam sedingin ini. "Kita tidak lagi memiliki hubungan, Imeka! Saya tidak mau menimbulkan fitnah jika hanya ada kita berdua dalam satu ruangan."

"Tapi 'kan, aku ibu dari kedua anakmu, mas. Masak cuma hal sepele gini aja diributin."

"Kamu memang benar. Tapi di luar itu kita hanyalah orang asing. Maka baiknya ada orang lain diantara kita, untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi. Kalau kamu setuju ada Surya di sini, maka silahkan bicara. Jika kamu tidak setuju, maka sebaiknya kamu segera angkat kaki dari sini. Saya tidak punya waktu hanya untuk meladeni omong kosong kamu." timpal Yusuf dengan nada tak ingin dibantah.

"Mas... " Imeka melotot tak percaya jika Yusuf bisa berkata seperti itu padanya.

"Bicaralah, Imeka, atau kamu pulang saja!" tandas Yusuf dingin.

                                                          Imeka menghela napas panjang untuk menyabarkan diri. Tentunya ia tidak mau tersulut emosi, kemudian marah di sini, dan akhirnya malah mempermalukan diri sendiri. Imeka juga tidak ingin sang mantan suami semakin muak padanya karena melihat ia yang tak juga berubah.

Karena itu, meskipun harus menahan rasa kesal dalam hati karena satpam yang berdiri tegak di belakang Yusuf sana menatapnya dengan tatapan meremehkan, Imeka berusaha untuk tak peduli. Tujuannya datang ke rumah ini sudah sangat jelas yaitu memperbaiki hubungannya dengan Yusuf, segera membuat pria kaya itu kembali menjadi suaminya. Tidak akan ia biarkan siapapun menghalangi niatnya, termasuk satpam udik yang juga mengikuti Yusuf saat mereka bercerai.

"Soal Adel, mas." ucap Imeka memulai obrolan.

"Ada apa dengan Adel?" tanya Yusuf yang bisa merasa jika topik putri bungsunya hanyalah akal-akalan Imeka saja, pasalnya baru tadi siang Yusuf berbicara dengan putrinya itu.

"Adel sering nanyain, kenapa kita nggak rujuk lagi aja? Dia malu katanya, karena sering ditanyain temannya soal kita."

Yusuf mendengus keras-keras sebagai respon setelah mendengar ucapan Imeka yang mengada-ada. Setahu Yusuf, Adel memang menginginkan ia dan Imeka kembali bersatu, tapi tidak pernah sekalipun putrinya itu merengek demi mewujudkan keinginannya itu.

"Aku bingung, mas, mau ngasih jawaban apa sama dia. Aku sadar kalau akulah yang salah, makanya aku malu buat minta rujuk lagi sama kamu." melas Imeka kembali berucap, tak menyadari tatapan jijik yang Yusuf layangkan padanya.

Kesabaran Yusuf sudah hampir di ambang batas. Jika dulu ia bisa dengan mudah mempercayai apapun yang Imeka katakan, maka sekarang lain lagi ceritanya. Setelah memutuskan berubah dan mengambil langkah untuk berpisah dari wanita yang semasa muda begitu digilainya itu, hati Yusuf seakan mengeras, khususnya terhadap Imeka dan orang-orang yang berencana ingin memanfaatkan dirinya demi keuntungan diri sendiri.

Katakanlah Yusuf berlebihan, tetapi untuk wanita setipe Imeka, yang mana nama dan kedudukan adalah segala-galanya, maka Yusuf akan mengambil langkah sejauh mungkin agar tak bersinggungan lagi dengannya.

                                                          "Kok kamu cuma diam aja sih, pa?" nekat Imeka menggunakan panggilan sama seperti saat mereka masih menikah dulu. Berharap Yusuf akan kembali terkenang dan mau melembutkan hati untuknya.

Namun sangat disayangkan, harapan tinggallah harapan. Keinginan Imeka tak sejalan dengan tatapan sang mantan suami yang menajam, seolah-olah mengirimkan sinyal bahaya untuknya, membikin merinding jadinya.

"Jangan sekali-kali lagi kamu memanggil saya seperti itu, Imeka! Kita tidak memiliki hubungan apapun lagi, jadi camkan itu supaya kamu tidak besar kepala, sehingga menganggap diamku adalah persetujuan."

Imeka tak mampu berkata. Sikap keras Yusuf dalam menanggapi setiap perkataannya saat ini adalah apa yang dulu tidak pernah ia lihat ada dalam diri pria itu. Imeka dibuat mati langkah dan bingung harus melancarkan rayuan yang seperti untuk membuat pria kaya itu kembali padanya.

"Kalau sudah tidak ada yang mau kamu bicarakan lagi, sebaiknya kamu segera pulang. Kasian Adel sendirian di rumah, ditinggal terus sama ibunya yang lebih mementingkan diri sendiri. Dan mengenai Adel, saya akan bicara langsung padanya tanpa perlu kamu harus repot-repot datang ke sini." ujar Yusuf seraya berdiri dari duduk, hingga membuat sang mantan istri ternganga karena baru saja diusir olehnya. Sebelum benar-benar berbalik dan membiarkan satpam penjaga rumah menghalau Imeka pergi, Yusuf kembali berkata, "Jadilah perempuan yang bisa menjaga diri dari penilaian buruk orang lain, Imeka. Jangan hanya karena ingin menggoda demi memuluskan rencanamu, kamu memakai baju yang bahkan tidak bisa menutupi tubuhmu dengan benar. Ingat, ada Adel yang akan menjadikan kamu panutan. Saya tidak mau kalau suatu hari nanti, dia jadi perempuan yang gemar memamerkan tubuhnya hanya karena mencontoh dirimu."

Usai berkata, Yusuf pun segera berbalik, dan tidak lagi menoleh bahkan saat Imeka meneriakan namanya agar tidak ditinggalkan di ruang tamu sana.

Yusuf menulikan telinga dari hal lainnya. Yang diinginkannya sekarang ini hanyalah sesegera mungkin kembali ke kamar, kemudian mengunci rapat pintunya, dan terakhir bercinta dengan wanita muda yang telah ia peristri.

Hah... hanya dengan memikirkannya saja, sudah membuat Yusuf tak sabar untuk segera menyatukan dirinya dengan Salwa. Menghentak surga dunia wanita muda itu berulang kali, sampai istri kecilnya itu meneriakan namanya saat mereka mencapai puncak kepuasan.

                                                          🍏🍏🍏

                                                         

                                                         

🌸🍏🍏🌸
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-26-01-2019

Continue Reading

You'll Also Like

773K 3.4K 12
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. 🔛🔝 my storys by m...
1.4M 115K 36
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
61.8K 1.9K 18
~~~(TAMAT)~~~ Namanya Bagas. Dia tua dan dia adalah salah satu dosen ku. Tapi, kini. Dia di jodohkan dengan ku Tapi masalahnya, bukannya menolak, aku...
1.2M 40.2K 82
Lengkapnya versi novel. Sakilla Aurellia Brastella, gadis yang selalu terlihat periang tanpa mempunyai beban ternyata ia lakukan hanya untuk menutupi...