Takdir Cinta [Sudah Terbit]

By Eria90

397K 36.9K 4.6K

- Zona dewasa - Masih lengkap - Ekstra part cuma ada dalam versi ebook - Sudah tersedia dalam bentuk ebook di... More

๐ŸƒProlog๐Ÿƒ
๐ŸƒSatu๐Ÿƒ
๐ŸƒDua๐Ÿƒ
๐ŸƒTiga๐Ÿƒ
๐ŸƒEmpat๐Ÿƒ
๐ŸƒLima๐Ÿƒ
๐ŸƒEnam๐Ÿƒ
๐ŸƒTujuh๐Ÿƒ
๐ŸƒSembilan๐Ÿƒ
๐ŸƒSepuluh๐Ÿƒ
๐ŸƒSebelas๐Ÿƒ
๐ŸƒDuabelas๐Ÿƒ
๐ŸƒTigabelas๐Ÿƒ
๐ŸƒEmpatbelas๐Ÿƒ
๐ŸƒLimabelas๐Ÿƒ
๐ŸƒEnambelas๐Ÿƒ
๐ŸƒTujuhbelas๐Ÿƒ
๐ŸƒDelapanbelas๐Ÿƒ
๐ŸƒSembilanbelas๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluh๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhsatu๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhdua๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhtiga๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhempat๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhlima๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhenam๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhtujuh[TAMAT]๐Ÿƒ
๐ŸƒEpilog๐Ÿƒ
Promosi Ebook

๐ŸƒDelapan๐Ÿƒ

14K 1.3K 145
By Eria90

Sesuai janji, kalau satu bab udah selesai ditulis, bakal langsung saya update. Buat pencinta kakek Yusuf dan udah sabar menunggu, bab ini hadir buat kalian.

Jujur aja, kondisi badan saya sekarang ini lagi nggak bagus. Batuk, demam, ditambah susah tidur, buat mood saya suka turun naik jadinya. Jadi, kalau update'annya sedikit telat, mohon dimaafkan.

Nggak usah panjang2 curhatnya. Buat bab ini, kalau saya pasang target 400 buat vote, dan 120 buat komen, bisa terpenuhi nggak ya?"

Udah segitu aja, selamat membaca, dan semoga cerita kakek Yusuf bisa menemani kalian di waktu senggang.

🍏🍏🍏

                                                  

Fari tak mampu bergerak, tubuhnya mematung dengan tatapan nyalang mengarah lurus ke depan, lebih tepatnya ke arah seorang gad... tunggu, bukan lagi gadis tetapi seorang wanita muda yang tampak risih duduk di hadapannya.

Menurut cerita singkat dari Yusuf Biantara saat mereka dalam perjalanan menuju rumah duda yang ternyata tak lagi menyandang status duda itu, wanita muda ini telah pria paruh baya itu nikahi hampir 3 minggu yang lalu, dan semua itu adalah bentuk tanggung jawab ayahnya yang tak dapat mengendalikan hawa nafsu akibat obat perangsang yang dimasukan ke dalam minumannya.

Begitu kata 'istri' kembali terngiang di benaknya, Fari rasanya tak sanggup bernapas dengan benar. Ia merasa syok karena memiliki ibu tiri semuda ini.

Dunia mungkin memang sudah terbalik. Karena yang tua bisa saja berpasangan dengan yang muda, begitu juga sebaliknya. Tidak ada siapapun manusia di bumi yang bisa menebak seperti apa pasangan takdir yang telah Tuhan tentukan untuk setiap umatNya. Sebagai contoh nyata, Fari sudah menyaksikan langsung di depan mata.

"Kamu nggak apa-apa, Far?" Yusuf yang duduk di samping Salwa menjadi khawatir karena sejak dikenalkan dengan istrinya, putranya itu belum mengucapkan satu patah kata pun.

"Papa nggak lagi mencoba membohongi aku, 'kan?" Fari masih mencoba menyangkal kenyataan yang terpampang jelas di depan mata.

"Memangnya kamu pikir, papa sekurang kerjaan itu sampai mencoba membohongimu dengan hal sepenting ini?" Yusuf mendengus kesal dituduh yang bukan-bukan.

Tadi saja ngotot ingin mengetahui apa rahasia yang ia sembunyikan, tetapi setelah rahasia tersebut Yusuf bentangkan lengkap dengan fakta di depan mata, Fari malah menolak mempercayainya.

Beberapa waktu yang lalu, mungkin Yusuf akan mati-matian menyembunyikan status Salwa sebagai istrinya karena belum siap dicap orang sebagai pencinta daun muda. Akan tetapi sekarang lain lagi ceritanya. Hati dan pikiran Yusuf sudah mantap untuk menerima Salwa dalam hidupnya.

                                                        
"Tapi dia masih terlalu muda, pa, bahkan lebih muda dari Adel. Sedangkan papa udah tua, udah jadi kakek juga, lebih pantas kalau papa jadi ayah daripada jadi suaminya." spontan Fari berucap dan langsung menyesalinya detik itu juga begitu mendapat tatapan tajam dari sang ayah yang pasti tersinggung akan kata-katanya. "Maaf, pa." cicitnya tak enak hati.

Yusuf memalingkan wajah, kesal karena lagi-lagi diingatkan soal perbedaan usia antara dirinya dan Salwa. Namun saat suara tawa kecil nan merdu berasal dari sampingnya itu terdengar, rasa kesal Yusuf menguap seketika. Digantikan dengan rasa bahagia karena bisa mendengar tawa dari wanita bertubuh mungil yang duduk di sampingnya.

Melupakan keadaan sekitar saking terpukau akan wajah yang semakin cantik karena tertawa itu, Yusuf menaruh tangan kanannya di atas kepala Salwa, lalu dibelainya sayang seraya mengucapkan, "Cantik."

Tentu saja Fari melotot tak percaya atas apa yang baru saja ayahnya ucapkan. Dulu, saat masih menikah dengan ibunya, biarpun sang ayah terlihat begitu memuja ibunya, tidak pernah sekalipun Fari mendengar seorang Yusuf Biantara memuji istrinya cantik.

Tetapi menyaksikan langsung drama percintaan antara si tua dan si muda di depannya, Fari merasa dunia seolah-olah dimiliki pasangan 'aneh' di depan sana sedangkan ia cuma mengontrak, dan sewaktu-waktu bisa diusir kalau tidak mampu membayar. Pemikiran konyol tersebut membuat Fari mendengus, merasa geli, lalu ingin tertawa ngakak andai saja ia seperti malin kundang yang tak takut durhaka kepada orang tuanya.

"Stop pa, jangan ngelakuin adegan 'dewasa' di sini, di depan jomblo ngenes yang belum menemukan jodohnya." keluh Fari saat melihat ayahnya yang semakin mempersempit jarak dengan wanita yang masih sangat sulit ia panggil ibu.

Respon Yusuf hanya berupa kekehan kecil, tak terlihat rasa bersalah karena hampir khilaf ingin melumat bibir istrinya yang menggoda di hadapan Fari yang masih menjomblo. Dan tawanya semakin lepas begitu melihat pipi Salwa yang merona malu karena aksi mesra mereka hampir saja dilakukan di hadapan orang lain.

                                                        
"Ampun deh, pa, udah tua juga masih aja pengen keliatan kayak anak muda. Aku jadi nyesal datang ke sini kalau cuma dijadikan penonton dadakan."

Keluhan anaknya tak dipedulikan Yusuf. Pria paruh baya yang semakin merasa senang di setiap harinya berkat hadirnya Salwa di sisinya itu justru menampilkan cengiran yang selama ini tidak pernah diperlihatkannya di hadapan orang lain. "Salahmu sendiri, Far, yang masih betah menduda. Jadi jangan salahkan papa dan istri cantik papa ini yang masih pengantin baru, yang maunya nempel mulu." canda Yusuf dengan melingkarkan tangan di bahu Salwa sebagai sentuhan akhir.

Bagai anak kecil Fari mencebik, lalu memaling wajah ke arah istri baru ayahnya, yang entah harus dipanggilnya apa.

Dilihat selama apapun, Fari tidak menemukan ada yang aneh dari ibu tirinya itu. Wanita muda itu terlihat begitu sederhana, senyumnya memancarkan ketulusan, dan tidak tampak seperti wanita penggila harta. Mungkin penilaiannya masih terlalu awal, tetapi melihat bibir ayahnya terus merekahkan senyuman, entah mengapa dengan sendirinya Fari berpikiran mungkin saja sang ayah telah menemukan jodoh yang sesungguhnya. Terlambat memang, tetapi lebih baik terlambat daripada seumur hidup, kita menghabiskan usia dengan orang yang salah.

"Far, kamu mau sekalian makan malam di sini?"

Pengamatan singkat Fari langsung teralihkan begitu mendengar suara sang ayah menyapa telinganya. "Papa ngomong apa tadi?" tanya Fari untuk memastikan.

Yusuf yang tahu bahwa anaknya tadi mencoba menilai Salwa mencoba memaklumi dengan kembali mengulang pertanyaan, "Mau makan malam di sini atau pulang ke apartemen?"

Tentu saja Fari tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mengenal lebih dalam istri baru ayahnya. Karena itu ia mengangguk tegas. "Boleh, kalau istri papa nggak keberatan."

Yusuf kembali menatap istrinya untuk menanyakan, "Gimana, Sal, kamu nggak apa-apa 'kan, anak saya makan malam di sini?"

"Nggak apa-apa." jawab Salwa setelah dari tadi terdiam dan menjadi pendengar pembicaraan dua orang pria yang ada di dekatnya.

Kemudian, sepanjang makan malam berlangsung, kembali Fari menambahkan poin plus untuk istri belia ayahnya yaitu wanita itu benar-benar tulus, melayani ayahnya makan, dan tidak mengeluh bahkan saat ayahnya yang tiba-tiba manja selalu meminta perhatian kepadanya.

Ketulusan yang dulu tidak pernah sekali pun Fari lihat ada pada ibunya, karena wanita paruh baya itu lebih mementingkan kumpulan sosialitanya ketimbang memberikan perhatian kepada suaminya sendiri.

                                                          🍏🍏🍏

                                                         
Malam ini hujan lebat kembali mengguyur bumi. Suara guntur dan petir saling bersahut-sahutan seakan berlomba, menunjukan suara mana yang paling keras hingga membuat orang-orang ketakutan mendengarnya.

Malam ini, kembali Yusuf menyaksikan bagaimana tubuh Salwa bergetar dengan mata memejam erat, dan kedua tangan kecil itu dipakai untuk menutup telinganya.

Awalnya saat Yusuf meninggalkannya sejenak untuk mengurusi pekerjaannya di ruang kerja, wanita muda itu sudah terlelap mengarungi alam mimpi. Namun saat hujan tersebut tak lagi terbendung, Yusuf yang sempat terperanjat mendengar suara kemarahan langit yang menggelegar dengan segera melupakan pekerjaannya, lalu bergegas kembali ke kamar, kemudian menemukan kondisi Salwa sudah seperti beberapa malam yang lalu.

Tidak ada yang bisa Yusuf lakukan selain melangkah mendekati ranjang, mengambil posisi duduk di pinggirnya, lalu mengguncang bahu Salwa, agar istrinya itu menyadari keberadaannya di sana.

"Bangun, Sal, jangan terus pejamin mata kamu seperti itu." saat guncangan tangannya dan direspon, Yusuf menggunakan suara demi membuat si wanita bertubuh mungil mau membuka matanya. "Saya ada di sini, jadi kamu tidak perlu takut lagi." Yusuf menambahkan.

Rupanya usaha Yusuf tak sia-sia, karena di detik berikutnya perlahan kelopak mata itu terbuka untuk menunjukan sepasang mata yang telah digenangi air mata dan tampak ketakutan.

Yusuf merasa begitu tak berdaya melihat ketakutan terpancar dari mata Salwa yang selama ini bisa membuat ia tenang hanya dengan menatap sepasang mata jernih milik istrinya itu. Ia juga tidak mengerti mengapa balita cantik yang dulu pernah ditemuinya beberapa kali itu terlihat ketakutan seperti ini. Jadinya, satu-satunya usaha yang terpikirkan oleh Yusuf untuk menenangkan Salwa adalah dengan mengangkat tubuh bergetar itu ke atas pangkuan, lalu membuainya.

"Kamu kenapa, hm? Mengapa kamu bisa ketakutan seperti ini?" tanya Yusuf sembari mengelus punggung rapuh yang tak lagi terasa bergetar di bawah sentuhan telapak tangannya.

Akan tetapi si pemilik bibir tipis nan manis dalam kulumannya itu masih mengunci rapat-rapat mulutnya. Saat Yusuf menunduk, rupanya sepasang mata yang berair itu juga tengah menatap dirinya. Dan dapat dibantah lagi, Salwa memang cantik, bahkan saat sedang berada di kondisi terburuknya.

                                                          "Kalau ada masalah yang tidak sanggup kamu tanggung sendiri, kamu bisa cerita sama saya. Saya ini adalah pasangan hidup kamu, bukan hanya akan ada di saat senang tetapi juga saat susah." ujar Yusuf seraya menghapus jejak air mata di pipi mulus walau tanpa perawatan salon itu. "Jangan lagi merasa sendirian, karena untuk sekarang sampai saya menutup mata nanti, saya akan sel... "

Kepala mungil yang rambutnya berantakan itu menggeleng pelan. Cengkraman tangannya di kaos bagian depan yang Yusuf kenakan mengencang. Kemudian bibir itu membuka dan terbata mengatakan, "Ja... ngan ngo... mong kayak gitu lagi."

"Kenapa?" Yusuf berbisik pelan, matanya membalas tatapan Salwa yang juga menatapnya.

Awalnya Salwa tak tahu harus memberikan jawaban yang seperti apa. Kesakitan dan luka yang Salwa bawa sudah dirasakannya sedari kecil. Namun tatapan teduh pria yang memangkunya itu menenangkan jiwanya yang gelisah, meredam rasa takut, juga menimbulkan keberanian dalam dirinya.

Sambil memantapkan diri, Salwa yang selama ini tak berani bersikap cengeng karena merasa hidup sebatang kara di duni ini, ingin sekali menunjukan dirinya yang sebenarnya. Bahwa ia adalah Salwa, putri dari pasangan Amar Zamzani dan Melodya Shaufani, yang bebas tertawa di kala senang dan menangis di saat merasakan sakit.

"Kamu masih belum mau berbagi cerita sama saya, suami kamu sendiri? Biar tua, tapi saya bisa jadi pendengar yang baik." Yusuf berucap lembut, berharap istrinya itu merasa nyaman dan mau berbagi cerita dengannya.

"Salwa... "

"Malam itu hujannya begitu lebat... " Yusuf seketika terdiam, ia memilih mengunci rapat mulutnya saat sang istri kembali menuturkan, "Di malam itu juga saya kehilangan bunda setelah beliau berjanji akan selamanya menemani saya. Dalam sebuah kecelakaan tragis, bunda meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit."

                                                        
Yusuf masih terdiam. Tetapi dalam diamnya ia berpikir, meninggalnya seseorang dalam sebuah kecelakaan, apakah bisa menyebabkan seorang anak ketakutan?

Tetapi Yusuf tidak perlu bersusah payah untuk menerka, karena bibir tipis itu kembali menuturkan kisah tragis dari seorang Amar Zamzani yang sama sekali tidak Yusuf ketahui.

"Setelah hampir 2 tahun meninggalnya bunda, suatu hari ayah membawa seorang wanita pulang ke rumah. Kasihan katanya, karena perempuan itu dan anaknya diusir pemilik rumah kontrakan karena tidak bisa membayar. Tak lama ayah dan perempuan itu menikah. Awal pernikahan, semuanya tampak baik-baik saja.

"Sampai suatu hari, saya nggak sengaja mendengar ayah bertengkar dengan istri barunya. Entah apa yang mereka permasalahkan, tapi akhirnya istri baru ayah keluar dari rumah dengan membawa serta anaknya." sampai di sini, tubuh Salwa kembali bergetar. Peristiwa malam itu, saat langit juga sedang memuntahkan amarahnya, Salwa masih mengingat bagaimana kedua pria bertopeng dan berpakaian serba gelap itu memukuli ayahnya hingga tergeletak tak berdaya di atas lantai marmer yang dingin. Seakan belum puas, kedua pria itu juga menikam ayahnya berulang kali, sampai mata teduh ayahnya menutup seusai memberikan seulas senyum padanya yang saat itu bersembunyi di dalam lemari.

"Salwa." panggil Yusuf saat melihat istrinya terdiam. "Apa yang terjadi setelahnya?" tanyanya kemudian sembari mengeratkan pelukan karena merasa tubuh mungil di atas pangkuannya itu kembali bergetar.

Dengan tatapan kosong karena jiwanya tersedot ke masa lalu, Salwa yang berurai air mata tanpa isak tangis kembali berkata, "Ada beberapa orang masuk ke rumah. Dua diantaranya terus memukuli ayah, lalu menusuk perut ayah menggunakan pisau."

Yusuf tercekat, tidak menyangka akan mendengar kisah seperti ini. "Dan dimana kamu saat itu?" tanya Yusuf serak, berusaha mengendalikan emosinya yang mulai meluap.

"Sebelum dua orang laki-laki itu masuk ke kamar, saya yang malam itu sedang tidur di kamar ayah, disembunyikan beliau dalam lemari."

Yusuf tidak lagi ingin bertanya. Sebagai gantinya, diayun-ayunnya tubuh mungil sang istrinya seraya mengecup berulang kali kening yang berkeringat dingin itu.

Akhir riwayat Amar Zamzani tidak pernah didengar Yusuf setragis itu. Pasalnya, menurut kabar yang Yusuf dengar dari beberapa kolega yang berkawan akrab dengan ayah mertuanya itu, Amar Zamzani bukan meninggal karena dibunuh tetapi karena sebuah kecelakaan yang disebabkan oleh lalainya pria itu dalam berkendara. Jika kenyataan seperti ini yang akhirnya ia dengar, Yusuf merasa ada yang tidak beres.

Yusuf berjanji akan mencari tahu dimana letak tidak beresnya itu berasal, tetapi nanti, setelah ia menenangkan istrinya terlebih dahulu.

                                                        
🍏🍏🍏

                                                        

                                                        

🌸🍏🍏🌸
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-25-01-2018 

Continue Reading

You'll Also Like

23.3K 747 16
๐‚๐ž๐ซ๐ข๐ญ๐š ๐Š๐ž๐๐ฎ๐š๐Ÿฅ€ --- "Istrinya mas ?" tanya tukang parkir Parman melirik Lilis di sampingnya, lalu mendekat, "doain aja, calon istri saya i...
3.8M 54.6K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
17M 756K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
78.2K 6.2K 6
๐ŸŒผ Story 19 ๐ŸŒผ Tidak seperti namanya, Binar, gadis tuna rungu yang kesulitan untuk bicara normal itu harus rela kehilangan segalanya karena kehadiran...