Takdir Cinta [Sudah Terbit]

By Eria90

406K 37.3K 4.6K

- Zona dewasa - Masih lengkap - Ekstra part cuma ada dalam versi ebook - Sudah tersedia dalam bentuk ebook di... More

๐ŸƒProlog๐Ÿƒ
๐ŸƒSatu๐Ÿƒ
๐ŸƒDua๐Ÿƒ
๐ŸƒTiga๐Ÿƒ
๐ŸƒEmpat๐Ÿƒ
๐ŸƒLima๐Ÿƒ
๐ŸƒTujuh๐Ÿƒ
๐ŸƒDelapan๐Ÿƒ
๐ŸƒSembilan๐Ÿƒ
๐ŸƒSepuluh๐Ÿƒ
๐ŸƒSebelas๐Ÿƒ
๐ŸƒDuabelas๐Ÿƒ
๐ŸƒTigabelas๐Ÿƒ
๐ŸƒEmpatbelas๐Ÿƒ
๐ŸƒLimabelas๐Ÿƒ
๐ŸƒEnambelas๐Ÿƒ
๐ŸƒTujuhbelas๐Ÿƒ
๐ŸƒDelapanbelas๐Ÿƒ
๐ŸƒSembilanbelas๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluh๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhsatu๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhdua๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhtiga๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhempat๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhlima๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhenam๐Ÿƒ
๐ŸƒDuapuluhtujuh[TAMAT]๐Ÿƒ
๐ŸƒEpilog๐Ÿƒ
Promosi Ebook

๐ŸƒEnam๐Ÿƒ

14.2K 1.2K 96
By Eria90

Okelah... krna banyak yang suka dan udah nggak sabar baca ceritanya kakek Yusuf, saya update lagi. Capek sih harus ngebut nulisnya meskipun idenya ada, tapi saya senang karena udah banyak pembaca yang mau ninggalin jejaknya di cerita yang saya tulis (khususnya mungkin cuma di cerita ini aja, karena targetnya cepat sekali terpenuhi).

Baiklah, nggak usah panjang2 lagi cuap nggak pentingnya. Target saya masih nggak muluk2, cuma 312 untuk vote dan 55 komen (kalau bisa lebih, alhamdulillah). Soal typo dan kesalahan dalam penulisan, harap dimaklumi ya teman2.

Udah sih segitu aja. Selamat membaca, dan semoga kisah kakek Yusuf bisa menemani kalian di waktu senggang.

🍏🍏🍏

                                                   

Jam baru menunjukan pukul 9 malam saat Salwa mematikan lampu dapur setelah ia selesai beberes di sana.

Dengan perlahan, Salwa melangkah gontai melewati ruangan demi ruangan dengan sedikit berkhayal ada satu keajaiban yang membuatnya dalam sekejap mata bisa berada di kamar, sesegera mungkin merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan terlelap ke alam mimpi untuk menghilangkan rasa lelah yang dirasa.

Kegiatan kursus yang diikutinya tadi sungguh membuat ia merasa lelah, tak terbiasa berada berada di tempat yang ramai orangnya, lalu harus ditambah harus beramah tamah dengan sesama peserta kursus lainnya. Saking lelahnya, Salwa yang berjalan dalam kegelapan tak memperhatikan sekitar, sehingga kakinya tersandung di undakan tangga pertama.

Salwa terkejut, dalam sekejap ia sudah bisa membayangkan rasa sakit yang akan diderita saat tubuhnya menghantam lantai yang terasa dingin di bawah telapak kakinya itu.

Namun yang dirasakan Salwa kemudian ialah punggungnya berdempetan dengan suatu bidang kokoh, kemudian adanya kedua tangan yang melingkari pinggangnya disertai suara seseorang yang sudah terasa familiar di telinganya.

"Hati-hati." Yusuf berbisik pelan seraya membawa tubuh kecil dan terasa ringan itu untuk berdiri kokoh di lantai marmer, di bawah undakan tangan. "Cerobohnya istri kecilku ini." kekeh pria itu geli kemudian.

Salwa tertunduk malu, tak mau menatap pria paruh baya yang masih terlihat tampan itu saat tubuhnya di hadapkan ke depan. Malu yang Salwa rasa bukan hanya karena sifat cerobohnya, tetapi juga sekilas tadi ia sempat melihat kalau pria di depannya ini hanya mengenakan celana rumahan selutut tanpa pakaian yang menutupi tubuh bagian atasnya.

                                                        
"Kenapa kamu nunduk gitu, Sal? Memangnya kamu tidak mau menatap muka saya, lelaki tua yang sudah menikahi kamu?" tanya Yusuf yang menyembunyikan senyum gelinya.

"Saya malu kalau ngeliat bapak nggak pakai baju. Belum terbiasa. Lagian, memang bapak nggak dingin apa, malam-malam gini telanjang dada kayak gitu?" gumam Salwa dengan masih menundukan kepala.

"Salwa Zalyka."

"Ya... " cicit Salwa pelan saat mendengar panggilan untuknya itu.

"Waktu di hotel, saya bahkan pernah telanjang bulat sewaktu memaksa menggauli kamu. Dan di ronde yang entah ke berapa, kalau tidak salah ingat, saya pernah melihat bagaimana kamu menatap kejantanan saya saat memasuki surgamu yang sempit itu. Lalu kenapa sekarang kamu harus malu karena saya yang tidak mengenakan baju?" tanya Yusuf dengan suara yang tiba-tiba saja serak, dijepitnya pelan dagu yang terasa halus tersebut, lalu didongakannya ke atas. "Saya juga masih ingat, saya pernah menuntun tangan kamu untuk memegang dada saya saat kita akan mencapai kepuasan. Lihat saya, Sal, saya masih orang yang sama, yang malam itu merampas keperawanan kamu. Jadi istriku, kamu jangan merasa malu kalau melihat saya berpenampilan seperti ini." imbuh Yusuf yang langsung terkekeh kecil saat melihat wajah Salwa memerah akibat kata-kata vulgarnya.

Entah mendapat dorongan dari mana, malam ini Yusuf ingin sekali membebaskan jiwanya yang terkekang oleh belenggu masa lalu, dimana ia selalu menahan dirinya dalam setiap hal. Mulai dari tutur kata, sampai perilakunya di hadapan orang lain. Tetapi setidaknya, di sini di hadapan wanita muda yang belum genap 2 minggu ia nikahi, Yusuf ingin menunjukan dirinya yang sesungguhnya.

Seorang pria tua yang tiba-tiba saja ingin merasakan sebentuk romansa dengan lawan jenis, khususnya dengan Salwa yang selalu membuat jantungnya berdebar menyenangkan kala membayangkan bagaimana setiap hari saat berangkat ataupun pulang bekerja, wanita selalu ada di muka pintu.

Yusuf merasa hangat dalam hatinya. Ia bisa merasakan arti hadirnya sebagai seorang suami karena perlakuan kecil Salwa itu, dimana dulu Yusuf tidak pernah sekali pun merasakannya.

                                             
"Bapak nggak kedinginan ya, nggak pakai baju?" Salwa kembali mengulang pertanyaannya di awal.

Yusuf menggeleng dengan tatapan mendamba terarah lurus ke seraut wajah mulus di depannya itu. "Saya justru merasa kepanasan, Sal, karena tidak bisa berhenti membayang kamu yang telanjang berada di bawah saya, lalu saya yang menyatukan kejantanan saya dalam diri kamu, dan kamu mendesah saat saya memenuhi diri kamu."

"Tapi... "

Yusuf menggeleng tegas. "Saya tidak mau mendengar bantahan dari kamu, Sal. Nanti, ada masanya saya akan memperkenalkan kamu ke semua orang sebagai istri saya. Mulai hari ini, jangan lagi merasa canggung saat ada didekat saya. Mengerti?"

Kepala yang rambutnya diikat menggunakan kareta tersebut mengangguk pelan. "Iya... kalau begitu, boleh saya pergi ke kamar sekarang? Saya ngantuk dan pengen tidur."

Sejenak Yusuf terdiam. Namun saat Salwa perlahan mulai melangkah menjauh dan menjejakan kaki di anak tangga terbawah, Yusuf bergerak mengikuti kata hati. Diraihnya pergelangan tangan kecil itu dalam genggaman, guna membuat si pemilik tangan tak bergerak semakin menjauh darinya.

Lalu, sebelum Yusuf bisa berpikir, bibirnya sudah terlebih dahulu membuka, mengatakan hal yang membuat ia meringis malu jadinya. "Mulai malam ini dan seterusnya, kamu tidur di kamar saya."

"Tapi 'kan nggak hujan, pak, kenapa saya harus tidur di kamar bapak?" tanya Salwa dengan ekspresi tak mengerti.

Situasi akhir-akhir ini, mengenai hubungan pernikahan antara ia dan pria di depannya yang mulai membaik. Meski begitu, Salwa masih merasa kikuk, canggung, serta bingung harus melakukan apa. Semuanya begitu asing, namun anehnya memberikan rasa yang tak biasa dalam hati bagi Salwa yang baru pertama kali berinteraksi terhadap lawan jenis seintim ini.

"Kita ini suami istri, sudah seharusnya tidur dalam satu kamar." Yusuf memberikan alasan yang pertama kali terpikirkan olehnya. "Sudah, jangan banyak berpikir lagi. Sebaiknya kita segera tidur karena hari sudah semakin malam." tak membiarkan Salwa menolak, Yusuf menarik pelan tangan istrinya itu, membawa langkah mereka menuju kamar, dan menutup pintu setelah mereka masuk ke dalamnya.

Yusuf menyadari saat pintu kamarnya ia tutup, tidak ada jalan baginya untuk mengembalikan semuanya seperti di awal.

Akan tetapi, jika langkah ini tidak ia ambil, Yusuf tidak akan mengetahui, apakah kali ini cinta itu memang ditakdirkan untuk ia miliki? Ataukah ia harus kembali merasakan kekecewaan seperti sebelumnya?

                                                       
🍏🍏🍏

                                                         
Ghifari Biantara masih duduk termenung di sudut kafe yang sepi itu. Bahkan saat orang yang dinanti telah duduk di depannya dan memesan segelas kopi, Fari tak jua berniat beranjak dari lamunannya.

Sedangkan Alva yang merasa kesal karena hadirnya dianggap tak ada, menumpahkan rasa kesalnya dalam kalimat tanya. "Bapak Ghifari Biantara yang terhormat, saya diminta datang ke sini, sebenarnya untuk apa?"

Fari tersentak. Ia menatap penub permohonan maaf ke arah pria yang tampak begitu kesal saat membalas tatapannya setelah menyadari kekhilafannya. "Maafkan saya, mas, lagi banyak pikiran, makanya akhir-akhir ini tanpa sadar suka melamun."

Alva menghela napas panjang. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah dari dua orang anak itu menatap lekat-lekat pria yang pernah menjadi bagian dari masa lalu istrinya.

Mereka tentunya sudah berdamai dengan masa lalu. Baik Alva beserta istrinya bahkan sudah membuka pintu pertemanan dengan pria yang lebih muda beberapa tahun darinya itu. Sebagai orang tua, mereka sudah berjanji untuk memberikan masa depan yang baik bagi balita cantik bernama Daisy Aristawidya dengan membuang ego yang ada sejauh mungkin.

Jadilah akhirnya seperti ini. Mereka bisa duduk disatu meja tanpa ada lagi kecanggungan dan bisa tampak seperti orang yang sudah lama saling mengenal.

"Memangnya masalah sebesar apa yang kamu pikirkan, sampai melupakan keadaan sekitar?" tanya Alva setelah selesai mengamati Fari yang tubuhnya sudah terlihat jauh lebih berisi.

Tak memiliki teman lain untuk bercerita, Fari mencoba membangun kepercayaan jika Alva bisa menjadi satu-satunya tempat baginya berkeluh kesah. "Itu mas... saya ngerasa ada yang sedang disembunyikan sama papa. Mau ditanyakan, takutnya beliau tersinggung dan menganggap saya lancang."

"Memangnya menurut kamu, apa yang disembunyikan tuan Yusuf?"

Fari menggeleng pelan. Ia sendiri masih belum bisa menebak dengan pasti apa yang disembunyikan oleh ayahnya, tapi besar kecurigaan mungkin saja itu berhubungan dengan wanita.

Dewasa ini, sebanyak apapun usia seseorang, ada masa orang tersebut membutuhkan kehadiran orang lain di sisinya. Ayahnya memang sudah tua, tetapi Fari sangat yakin ayahnya masih sanggup memikat wanita di luaran sana. Bukan hanya karena fisiknya yang masih sedap dipandang mata, tapi tidak bisa dipungkiri harta yang pria paruh baya itu miliki menjadi salah satu faktor pendukungnya.

Hal yang terakhir itulah yang menimbulkan rasa khawatir dalam diri Fari. Ia takut ayahnya akan terjebak oleh wanita yang tidak benar-benar mencintainya.

                                                   
"Apa mungkin ada hubungannya dengan seorang perempuan?" tebak Alva langsung saat melihat Fari masih memilih mengunci rapat mulutnya.

Ringisan Fari menjawab pertanyaan Alva tanpa perlu diucapkan dengan kata-kata. Lalu pria yang suka sekali bermanja dengan istrinya itu berkata, "Lalu, apa masalahnya sampai kamu keliatan cemas begitu? Papa kamu walaupun sudah berumur, tapi dia masih gagah, dan yang penting statusnya bukan suami orang. Jadi wajar saja kalau beliau membutuhkan kehadiran seorang perempuan dalam hidupnya."

"Tapi mas, saya takutnya papa mendapatkan perempuan yang salah. Dan lagipula, dua hari yang lalu, saya menemukan sesuatu yang aneh di rumahnya papa." tutur Fari menjelaskan kegundahan hatinya.

"Apa?" tanya Alva yang bersedia meluangkan sedikit waktu demi mendengarkan curhatan pria yang katanya sudah menganggap ia seperti saudara sendiri itu.

"Saat masuk ke kamar beliau, saya menemukan banyak sekali baju perempuan dalam kantong belanjaan dari salah satu butik ternama. Dengan berbagai bentuk. Mulai dari baju untuk bersantai, sampai baju tidur. Bahkan juga ada sendal perempuannya di sana. Dari apa yang saya liat, sepertinya baju-baju itu lebih cocok kalau digunakan oleh perempuan muda." ujar Fari yang masih mengingat jelas betapa terkejutnya ia melihat apa yang ada di kamar ayahnya. "Nah... yang jadi beban pikiran saya, saya takut kalau papa demennya sekarang sama yang daun muda. Buat perempuannya sih nggak masalah, tapi takutnya keluarga perempuan itu yang bikin masalah."

Alva tersenyum geli melihat betapa frustasinya Fari yang mengkhawatirkan kisah percintaan ayahnya.

Namun kekhawatiran Fari sebagai seorang anak juga tidak bisa diabaikan. Wajar jika pria itu cemas kalau ayahnya akan kembali mendapatkan pendamping yang salah. Cuma, yang Alva pikirkan, mungkin saja kali ini Yusuf Biantara bisa menemukan wanita yang tepat untuk mengisi hari-harinya.

                                                        
"Yang buat saya tambah pusing, sudah beberapa hari ini tingkahnya papa aneh sekali. Biasanya setiap jam istirahat beliau habiskan di kantor dengan memeriksa berkas yang menumpuk, tapi dua hari ini beliau selalu menghilang entah kemana. Setiap saya tanya sama asistennya, jawaban yang saya dapat hanyalah kata 'tidak tahu'. Sungguh, mas, sumpek rasanya kepala saya mikirin entah rahasia seperti apa yang papa sembunyikan."

Ingin rasanya Alva menertawakan tingkah Fari yang terlihat lucu saat mengatakan kata 'sumpek', namun karena tak tega melihat pria muda itu semakin merana, sebagai gantinya Alva hanya bisa menepuk-nepuk pelan bahu yang terkulai lemas itu.

"Daripada kamu makin pusing, mending kamu tanya aja langsung sama tuan Yusuf. Biar semuanya jelas dan nggak ada lagi rahasia yang disimpan, yang takutnya malah membuat kalian ribut nantinya." ujar Alva memberi saran.

Fari memilih tak menjawab. Pria yang masih asyik menikmati statusnya sebagai duda beranak satu itu turut memikirkan saran yang diberikan oleh pria yang duduk di hadapannya.

Menghembuskan napas lelah sekali lagi, Fari pun berucap, "Tapi ya, mas, saya rasa, baik Mina maupun asistennya papa, mereka berdua tau rahasianya papa. Cuma karena setia sama papa, tiap ditanya mereka kompak nutup mulut rapat-rapat. Kira-kira, kalau saya ngasih sogokan, mereka mau nggak ya, ngekhianatin papa? Sekali ini aja, jadi saya nggak perlu langsung nanya ke papa, yang sudah pasti nggak akan dijawab sama beliau."

Kali ini Alva tak bisa menahan tawa. Sumpah, takdir itu terkadang memang menakjubkan. Siapa yang menyangka, mereka yang dulunya bisa dikatakan rival dalam memperebutkan seorang wanita, nyatanya hari ini bisa duduk di satu meja. Berbagi senda tawa, dan tentunya cerita yang nanti saat sudah tua bisa mereka cerita kepada penerus mereka, bahwa masa lalu maupun masa depan bisa saling berdamai asal tak ada ego yang ditinggikan.

                                                        
🍏🍏🍏

                                                        

                                                        

🌸🍏🍏🌸
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-23-01-2019

Continue Reading

You'll Also Like

29K 871 17
๐‚๐ž๐ซ๐ข๐ญ๐š ๐Š๐ž๐๐ฎ๐š๐Ÿฅ€ --- "Istrinya mas ?" tanya tukang parkir Parman melirik Lilis di sampingnya, lalu mendekat, "doain aja, calon istri saya i...
237K 865 5
๐Ÿ…#1- TemanSekelas (01.09.20) ๐Ÿ…#1- Anonym (12.04.20) - Cerita Paling Berdosa - - Kesamaan Nama Tokoh? Maaf - Kesamaan Alur Cerita? Maa...
11.1K 400 23
[21+] Dijodohkan keluarga โŒ Dijodohkan teman โœ… Itulah Aleesha Aluna. Gadis dua puluh lima tahun itu dengan mudahnya mengiyakan permintaan terakhir da...
1.4M 51.5K 39
Andrea harus pasrah, saat calon pengantin prianya kabur dihari pernikahan. Demi nama baik, ia harus menikah dengan Duda berumur tiga puluhan yang pan...