Hellenium•Kth✓

By Vivi_Kim

158K 17.2K 3.2K

[ Complete Story ] Story About Kim Taehyung and V Kim. They are the twins brother. Story by, Vivi_Kim Cover... More

Prologue
Ch1. Cold that Warm
Ch2. V!
Ch3. V is My Inhaler!
Ch4: Visit My Mother!
Ch5: There is Love in His Eyes
Ch6: Could I Love Her?
Ch7: Memoria
Ch8: Young Forever
Ch9: This is Not Fair!
Ch10: Singularity
Ch11: Miss The Past
Ch13 : Fake Smile
Ch14 : Worried About Taehyung.
Ch15 : Date?
Ch16 : Stubborn
Ch17 : Hope of V!
Ch18 : We are Twins!
Ch19 : Bad Feeling!
Ch20 : Maintaining Relationship
Ch21 : Regret?
Ch22 : Faithfulness in the Love!
Ch23: Park Jimin!
Ch24 : Jung Yerin!
Ch25 : Jaehyun-ie!
Ch26 : Sick!
Ch27 : The Twins in Danger!
Ch28 : Kidnapped?
Ch29 : Survive!
Ch30 : Sweet Dream of the Twins!
Ch31: Revenge?
Ch32 : Mission Success!
Ch33 : Dinner.
Ch34 : Winter Bear.
Ch35 : Simple Happiness!
Ch36 : I'm so Tired.
Ch37 : Where is Taehyung?
Ch38 : Welcome back, Tae!
Last Chapter, 39 : Give Up or Regret?

Ch12: Selfishness

3.3K 374 41
By Vivi_Kim

Maap baru bisa update, dari kemaren ujan terus seharian dan mati lampu se-kabupaten Bogor. Lampu mati sinyal juga ikut mati-_ jadi nggak bisa internetan samsek.

Makan malam di rumah Kim Gyujin sangat mewah. Terdapat banyak jenis makanan berjejer rapi di meja panjang yang pastinya membuat orang yang melihatnya akan tergiur.

Kini, Taehyung dan V duduk berhadap-hadapan dengan kedua Putri Gyujin yang bernama Kim Sana dan Kim Tzuyu. Keempat remaja itu diam membisu dan fokus pada makanannya masing-masing.

Yang mereka lakukan selain makan adalah mendengarkan percakapan kedua orang dewasa itu.

Sepertinya ada yang mencurigakan. V melirik sang ayah yang kini tengah tertawa lepas.

Akhirnya, makan malam selesai. Mereka berenam tidak langsung beranjak, melainkan masih di meja makan untuk membincangkan sesuatu.

"Bagaimana makan malamnya? Enak?" tanya Gyujin pada anak kembar Taesung.

"Sangat enak, Ahjussi. Terima kasih untuk makan malamnya," jawab Taehyung membuat Gyujin tersenyum senang.

Sedari tadi V hanya diam tak bersuara, ia yakin sekali pasti ada yang tak beres dengan acara makan malam ini.

"Jadi, kita sepakat untuk menjodohkan anak kita kan, Taesung?"

Mata keempat remaja itu membola seketika dan reflek menatap Gyujin dengan tatapan sulit diartikan. Terlebih Tzuyu yang tersedak minumannya.

"Appa, apa-apaan ini? Appa tidak bilang kalau kami akan dijodohkan!" sahut Tzuyu tak terima.

"Sssttt! Appa tidak menerima penolakan, Tzuyu Sayang. Lagipula Taesung juga sudah setuju dengan perjodohan ini. Taehyung akan dijodohkan denganmu, sedangkan V akan dijodohkan dengan Sana."

V menggeleng. "Aku tak mau!" tolaknya keras.

"V Kim, rendahkan suaramu!"

"Tapi aku sama sekali tak mau dan tak setuju dengan perjodohan ini, Appa."

"Ya, V benar. Lagipula, kita tidak saling mengenal mana mungkin bisa saling jatuh cinta," tambah Taehyung.

"Bukan masalah. Kalian bisa kenalan secara perlahan, urusan jatuh cinta itu bisa belakangan. Nah! Berhubung sekarang makan malam sudah selesai, kalian diberi waktu untuk berkenalan dulu."

"Hah?" Tzuyu berdecak kesal setelahnya. Ia melirik sang kakak; Sana yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.

🖤

Keempat remaja itu sudah duduk-duduk di atas rumput yang berada di taman kota. Tidak banyak yang dilakukan, hanya mengobrol seadanya saja. Obrolannya pun terkesan canggung.

Kim Sana, ia gadis anggun yang memiliki sifat sedikit pendiam. Ia seumuran dengan si kembar dan bersikap lebih feminim ketimbang Tzuyu yang sedikit tomboy dan blak-blakan, ia juga berbeda satu tahun di bawah Sana.

"Omong-omong, aku minta maaf dengan perjodohan ini." Taehyung menatap dua gadis itu.

Sana menghela napas. "Sebenarnya, aku pun tidak tahu kalau Appa berniat menjodohkan kami dengan kalian. Ini di luar dugaan."

"Lalu, sekarang apa yang harus kita lakukan? Jujur saja, aku tidak mau menerima perjodohan konyol ini," kata V.

Gadis berambut cokelat itu mendelik tajam. "Kau pikir kau saja, hah? Aku juga tidak mau!" pekiknya.

Remaja kembar yang tertua mengembuskan napas panjang. "Daripada kita pusing memikirkan ini, lebih baik kita makan jagung bakar saja."

Ketiganya menatap Taehyung yang sedang tersenyum kotak. "Kenapa melihatku begitu?"

"Tae, ini bukan waktunya untuk makan."

Dua gadis itu menyetujui.

"Daripada pusing memikirkan ini, lebih baik makan, kan?" Ia tersenyum kotak. "Aku belikan, ya. Kalian tunggu di sini. Ada yang mau ikut aku?"

Sana menghela napas lalu menyahut. "Kalau begitu sekalian aku yang beli air minumnya."

🖤

Sembari menunggu jagung bakarnya matang, Taehyung duduk bersampingan bersama Sana di kursi. Taehyung sengaja memilih kursi yang letaknya jauh dari tempat pembakaran, karena ia tidak ingin mengambil resiko jika penyakitnya kambuh akibat menghirup asap.

"Taehyung-ssi?"

"Hmm?" Taehyung bergumam, tangannya membuka tutup botol setelah itu meminumnya.

"Kau sekolah di mana?" tanyanya.

Taehyung menyahut setelah menyelesaikan minum. "Aku sekolah di Hanlim Senior High School. Kau?"

"Aku dan Tzuyu sekolah di Daewoo Senior High School. Karena Tzuyu masuk ke kelas akselerasi, dia satu tingkat denganku," jelasnya. "Berarti sekolah kita berdekatan, ya."

Taehyung tersenyum tipis. Kalian masih ingat sekolah Daewoo, kan? Ya. Sekolah yang sangat membenci sekolah Taehyung karena selalu kalah saing. Jadi, dua gadis itu sekolah di sana?

"Sana-ssi, kalau bisa, jangan beritahu teman-temanmu kalau kau dijodohkan dengan kami yang notabenenya bersekolah di Hanlim. Jika mereka tahu, kalian bisa di bully habis-habisan."

🖤

Sejak malam itu, Taesung memang berniat sekali menjodohkan putra kembarnya. Karena, sudah seminggu ini dia selalu menanyakan hubungan anaknya dengan Sana dan Tzuyu. Mau tak mau, mereka pun berbohong.

Begitu juga dengan Sana dan Tzuyu yang berbohong pada ayahnya. Mereka lakukan itu semata-mata agar tidak dimata-matai oleh pesuruh ayahnya.

"YO! V KIM!" Seorang remaja berambut cokelat berteriak heboh sambil menepuk punggung sahabatnya.

V berdecak kesal. "Jangan mengagetkanku, bodoh!" kata V.

Dia; Jung Hoseok, tersenyum lebar. "Kau kenapa, sih? Pagi-pagi sudah melamun saja. Nanti kalau guru matematika kita mati bagaimana?" tanya Hoseok.

V melirik Hoseok sebentar, lalu menidurkan kepalanya di lipatan tangan di atas meja.

"Kau sakit?" Hoseok mulai khawatir.

Sahabatnya itu menggeleng pelan. "Aku tidak apa-apa."

Melihat wajah V yang pucat begitu apa Hoseok harus percaya? Tentu saja tidak. Walaupun remaja itu suka sekali bercanda, tapi dia paling peka jika sahabatnya sakit atau ada masalah.

Tangan kanan Hoseok terulur tuk menggapai dahi V, sedetik kemudian matanya membola. "Kau demam, V!"

Pekikan Hoseok membuat gadis yang duduk di meja samping V menoleh. "V demam?" tanyanya.

Hoseok mengangguk. "Astaga, tumben sekali anak ini demam. Yerin-ah, jika nanti namaku dan V di absen, tolong beritahu Sonsaeng-nim kalau kita di pusat kesehatan sekolah, ya."

Gadis berjepit rambut biru itu mengangguk semangat. "Cepat bawa dia ke pusat kesehatan sekolah. Wajahnya pucat sekali."

V tetap menggeleng pada posisinya. "Jangan urusi aku," katanya dengan suara serak.

Hoseok tak bisa tenang, ia mengecek leher dan tangan V. Ternyata hasilnya sama, kulitnya langsung terasa panas ketika bersentuhan dengan V.

"Kau harus ke pusat kesehatan sekolah, V."

"Diamlah, Jung."

"Tapi tubuhmu panas, Kim. Ayolah, jangan buatku mati dalam keadaan tampan begini."

V tetap tidak mengindahkan. Ia memilih memejamkan mata, mengabaikan Hoseok yang tak berhenti membujuknya tuk segera ke pusat kesehatan.

Lima belas menit yang sia-sia. Sampai guru datang pun V masih tidak mau. Akhirnya Hoseok menyerah, ia mengusap lengan V sebentar kemudian memosisikan tubuhnya ke depan karena guru sudah datang.

"Sebelum memulai pelajaran, saya akan memberikan sedikit informasi. Mulai hari ini sampai dua bulan ke depan, pelajaran Bahasa Inggris akan digantikan oleh salah seorang guru magang."

Para murid mulai berbisik-bisik tentang guru magang tersebut.

"Tenang semuanya! Walaupun begitu, saya tetap mengawasi tugas dan absensi kalian, mengerti?"

"Mengerti, Saem," jawab murid serempak, kecuali V tentunya.

"Baiklah. Kalau begitu Bae Sonsaeng-nim, silakan masuk!"

Setelahnya, pintu kelas bergeser. Kelas yang tadinya hening, langsung berisik dan heboh saat melihat guru magang itu, terlebih kaum adam.

Bagaimana tidak heboh, guru magang yang akan mengajar di kelasnya sangatlah cantik. Kulitnya yang putih mulus, rambut hitam lurus yang tergerai indah, ditambah penampilannya yang sederhana namun elegan. Dengan kaus putih yang dipadukan blazer hitam dan celana jeans.

"Perkenalkan, nama saya Bae Irene. Saya berkuliah di Yonsei University. Dan, pada kesempatan kali ini, saya ditunjuk oleh Profesor untuk mengajarkan kalian sampai dua bulan ke depan. Semoga kalian tidak bosan dengan saya, ya."

Gadis itu, Bae Irene, tersenyum lembut pada murid di kelas 2-4. Selesai mengenalkan diri, kaum adam lagi-lagi heboh.

"Kau terlalu cantik untuk dipanggil ibu guru, bolehkah aku memanggilmu 'noona'?" kata salah satu murid lelaki.

"Hei, Cho Myungsoo, jangan berani-berani kau menggoda Bae Sonsaeng-nim. Walaupun usianya tidak beda jauh dengan kalian, tapi dia tetaplah guru yang harus kalian hormati. Mengerti?"

"Iya, Saem."

Guru sekaligus wali kelas 2-4 bermarga Hong itu tersenyum bangga. "Kalau begitu, bisa dimulai belajarnya."

Irene mengangguk patuh. Gadis itu meletakkan buku-buku yang dibawanya, lalu menatap para murid seakan ia sudah menjadi guru bertahun-tahun lamanya.

"Maaf, Bae Saem. Tunggu sebentar." Guru Hong menghentikan Irene yang hendak mengeluarkan suara. Kedua mata yang terlindung kacamata minus itu mengarah pada satu-satunya siswa yang tidur; menurutnya.

"Jangan ada yang tidur di kelas!" tegasnya.

Hoseok merasa teguran itu ditunjukkan untuk V, ia berinisiatif tuk membangunkan dan menggoyangkan lengan V menyuruhnya untuk bangun.

"V, bangunlah. Nanti kau dihukum Hong Sonsaeng-nim."

Tidak ada jawaban. Semua mata sudah tertuju ke arahnya dengan penuh tanda tanya.

Merasa ada yang tak beres, Irene berniat menghampiri. "Sonsaeng-nim, izinkan saya untuk ke sana."

Guru Hong mengangguk. Irene berjalan ke meja V. Setelah sudah berdiri di sampingnya, mata sipit Irene membulat sempurna.

"V Kim? Ya Tuhan, dia kenapa?" Irene panik.

Rupanya dia masih mengingat wajah V; orang yang saat itu di tolongnya, kini tengah memejamkan mata dengan wajah yang pucat. Begitu kulit tangannya menyentuh permukaan wajah V, ia berjengit kaget. "Panas sekali. V? Kau mendengarku? V Kim!"

Para murid dibuat bingung dengan guru magang yang satu ini.

"Apa mereka sudah saling kenal?" Begitulah pertanyaan yang terlintas di otak para murid, termasuk Hoseok dan Yerin.

"Saem, dia pingsan!" seru Irene.

Guru Hong langsung mengambil langkah lebar mendekati meja V. Ia berdiri di tempat Irene berada sebelumnya, lalu mengguncangkan bahu salah satu murid kesayangannya.

V tak kunjung bangun. Murid-murid mulai berisik, karena ini baru pertama kalinya V pingsan di kelas. Orang yang selama ini mereka kenal pendiam, dingin, dan bermulut pedas terkulai tak berdaya di mejanya.

Tanpa berbicara lagi, Guru Hong membawa tubuh V ke pusat kesehatan diikuti oleh Hoseok di belakangnya. Kelas menjadi ramai, Irene berusaha menenangkan anak muridnya.

Tapi, salah satu gadis di sana hanya diam, kepalanya menunduk, jemarinya mengetik dengan lihai di atas keyboard ponsel.

Tae Kim.

Taehyung, saudara kembarmu pingsan!

Read, 11.50 A.M

🖤

"Tae, sudahlah. Aku kenyang."

"Tidak, V. Kau harus makan yang banyak. Kata Seojoon Hyung, asam lambungmu naik. Coba katakan padaku kapan terakhir kali kau makan?"

"Aku tidak ingat. Ck! Sudahlah, Tae. Aku baik. Kembalilah ke kelas."

"Baiklah aku akan kembali ke kelas, tapi kalau makananmu sudah habis."

"Astaga. Sudah tidak bisa lagi, Tae. Lambungku perih jika dipaksa makan. Aku juga mual."

Taehyung memandang saudara kembarnya khawatir. Kernyitan di dahi V tercetak jelas lagi, kedua tangannya digunakan tuk meremas perutnya.

"V!"

Taehyung menahan tangan V sebelum ia menyakiti dirinya sendiri lebih jauh.

"Tae... sakit sekali."

"Aku tahu, V. Jangan sakiti dirimu lagi. Aku mohon."

Cengkeraman di perutnya mulai mengendur. V akhirnya sadar, melakukan tindakan seperti itu tidak akan membuat rasa nyerinya hilang.

"Sekarang tenang, ya?" kata Taehyung sembari memegang perut V penuh kelembutan.

"Minum dulu."

Taehyung menyodorkan gelas berisi teh hangat ke mulut saudara kembarnya. Tangan kirinya ia gunakan tuk menopang punggung V. Setelah selesai, Taehyung meletakkan gelas itu di atas meja dan kembali membaringkan tubuh saudaranya.

"Masih sakit?"

V mengangguk pelan. "Tapi sudah tidak sesakit tadi."

Remaja bersurai hitam tersenyum kecil, lalu memegang kening V. "Kau masih demam, kalau begitu kau tidur saja, jangan memaksakan diri untuk ke kelas."

🖤

Saat jam istirahat tiba, seorang guru magang bermarga Bae menelusuri koridor sekolah yang selalu ramai. Di setiap langkah dirinya selalu mendapat tatapan dari murid, bahkan siswa yang genit bersiul ria ketika dirinya lewat.

Irene menggelengkan kepala, tanpa memedulikan mereka, ia terus melangkah mencari salah satu ruangan yang biasa digunakan untuk murid yang sedang sakit.

Dan sialnya, karena sekolah ini terlampau besar Irene kesulitan mencari pusat kesehatan.

"Permisi!" Irene menegur sekumpulan siswi yang sedang mengobrol di luar kelas.

"Iya?" tanya salah satu siswi.

"Kalau boleh tahu, pusat kesehatan sekolah ada di mana, ya?"

"Oh... ada dua pusat kesehatan sekolah di sini. Ada yang dilantai satu, dan ada juga yang di lantai dua; di sini. Letaknya sama-sama di ujung koridor."

"Baiklah. Kalau begitu terima kasih, ya."

Irene melanjutkan langkah lagi. Di situasi seperti ini ia bingung. V berada di pusat kesehatan sekolah mana? Lantai satu atau dua?

"Irene-ah!"

Gadis itu menoleh, di kejauhan beberapa meter ia dapat melihat seorang laki-laki berpostur tinggi yang memakai pakaian rapi sepertinya sedang berlari ke arahnya. Irene memutar bola matanya malas.

"Kau mau ke mana?" tanya laki-laki itu.

"Bukan urusanmu," jawab Irene jutek.

Gadis itu berjalan lagi, dan laki-laki tadi selalu mengikutinya.

"Hei, Park Bogum! Bisakah berhenti mengikutiku?" bentaknya.

Bogum terdiam. Ia menatap wajah Irene yang memerah karena marah. Omong-omong, Bogum itu teman kuliah Irene, satu fakultas dan mantan kekasih Irene. Merasa tak disahuti lagi, Irene menjauh, berlari kecil demi menghindar dari Bogum.

Memakan waktu lebih dari sepuluh menit tuk menemukan ruang kesehatan. Begitu tulisan 'Pusat Kesehatan Sekolah' terpampang jelas di atas pintu, Irene melangkah masuk.

Hal pertama yang ia lihat adalah dua ranjang kecil yang hanya dibatasi oleh tirai berwarna krem.

Baru beberapa langkah berjalan, ia dikejutkan oleh seorang remaja berambut hitam yang baru saja muncul dari tirai yang tertutup.

"V?" tanyanya tak yakin.

Pasalnya, terakhir yang ia lihat di kelas rambut V berwarna abu-abu. Tapi, kenapa sekarang rambutnya jadi warna hitam?

"Aku bukan V. Tapi saudara kembarnya, Kim Taehyung. Kau siapa?"

"V punya saudara kembar?"

Taehyung mengangguk mantap.

"Namaku Bae Irene."

Bae Irene?

Taehyung berpikir keras. Nama Irene terasa sangat familiar di telinganya. Seperti pernah mendengar, tapi ia tidak ingat kapan dan di mana.

'Dengan siapa kau ditolong?'

'Keluarga bermarga Bae. Dan yang mengurusku bernama Bae Irene.'

"Oh! Apa kau wanita yang saat itu menolong V?"

"Kau benar. Bagaimana keadaan V?"

"Dia tidak apa-apa. Kata Seojoon Hyung, V hanya demam biasa dan ada masalah pada lambungnya."

Irene menghela napas lega. Ia menatap V yang sedang memejamkan mata.

"Omong-omong, kau sedang apa di sekolah kami?" tanya Taehyung.

"Aku guru magang di sini, dan mengajar bahasa inggris di kelas 2-4."

"Oh?" Taehyung membungkuk sebagai permintaan maafnya. "Maafkan saya, Sonsaeng-nim. Saya tidak tahu. Maafkan kelancangan saya berbicara tak sopan pada Anda."

Irene terkikik geli. "Tidak usah formal begitu, aku hanya guru magang, kok. Panggil aku Noona saja. Eum... boleh aku menjenguk V?"

"Silakan. Aku juga akan kembali ke kelas. Titip saudara kembarku, ya."

🖤

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Yang bisa dilakukan V saat ini hanya berdiam diri di tempat tidurnya. Demamnya sudah menurun setelah ia meminum obat tradisional yang diberikan oleh pelayan rumahnya.

V mengembuskan napas bosan, ia melirik tempat tidur Taehyung yang kosong karena penghuninya tidur di kamar adik bungsu mereka, Kim Jaehyun.

Karena bosan, V mengambil ponsel dan memainkan game online. Ketika sedang asyik melawan musuh, ada notifikasi line yang muncul di layar, membuat V salah fokus dan berujung kalah.

"Sial! Siapa, sih, yang menganggu acara mainku?" gerutunya.

Dengan sangat terpaksa ia keluar dari game dan melihat siapa yang mengirim pesan.

Bae Irene.

Hah?

V tidak salah baca, kan? Bae Irene? Ia mengusap matanya berkali-kali, tapi tetap saja nama yang tertera sebagai pengirim pesan itu Bae Irene.

"Dia tahu ID line-ku dari siapa?"

Karena penasaran, ia pun membuka pesan tersebut.

Bae Irene
Today

V Kim? Bagaimana keadaanmu? Sudah membaik? Aku Irene, masih mengingatku?
08.13 PM

V menegakkan tubuhnya. Tidak salah lagi, orang yang mengirim pesan barusan benar-benar Irene.

Dengan cepat, V membalas.

Ya, aku masih mengingatmu, Noona. Aku sudah membaik, bagaimana kau tahu kalau aku sakit? Dan darimana kau dapatkan ID Line-ku?
Read, 08.15 PM.

Syukurlah kalau kau sudah membaik dan masih ingat padaku. Aku dapat ID Line-mu dari Taehyung.
08.16 PM

Taehyung? Kau kenal dia?
Read, 08.16 PM.

Ah, aku lupa memberitahumu. Mulai hari ini sampai dua bulan ke depan aku menjadi guru magang di kelasmu. Kebetulan aku mengajar bahasa inggris, saat aku masuk kelasmu, kau sudah tidak sadarkan diri.
08.18 PM

V termenung, sebelah tangannya masih memegang ponsel, belum ada niatan untuk membalas line dari Irene.

Halo? V? V Kim?
08.22 PM

Sudah tidurkah?
08.23 PM

Ya sudah kalau begitu. Istirahat yang cukup, V. Oh iya, jangan lupa kerjakan tugas dariku, halaman 38, activity 2 sampai activity 5. Kamis dikumpulkan.
08.27 PM

Iya. Terima kasih sudah diberitahu, Noona.
Send, 08.30 PM

V menekan tombol home pada ponselnya, mengeluarkan buku Bahasa Inggris yang masih berada di dalam tas lalu melihat pekerjaan rumah yang dimaksud Irene.

V mengembuskan napas. Tugas yang diberikan Guru Hong maupun Irene, tidak pernah berubah. Sekalinya memberi tugas tidak kira-kira. Banyak sekali.

"Ah... baru sekali ini aku malas mengerjakan PR," desah V.

Ia mengambil ponselnya lagi, mencari kontak Hoseok di aplikasi Line, lalu mengirim pesan pada sahabatnya.

Hope Jung
Today

Test!

Test!

Hei, kuda laut!
Read, 08.52 PM

Aku tampan! Kuda laut tidak ada yang setampan diriku asal kau tahu 😎
08.58 PM

Ada apa, hah? Tumben sekali kau spam chat. Merindukanku, ya?
08.58 PM

😑 Aku hanya ingin bertanya, tugas bahasa inggris yang diberikan Bae Saem sudah selesai atau belum?
Read, 08.59 PM

Aku baru selesai mengerjakannya. Ada apa? Hmm, sepertinya aku mencium bau-bau sesuatu, nih.
09.00 PM

Kirim jawabanmu. Otakku sedang tidak bisa bekerja.
Read, 09.00 PM

Halo?
Read, 09.01 PM

Sialan! Teman macam apa kau ini? Pelit sekali!
Read, 09.15 PM

Send a picture
09.19 PM

Ya Tuhan, untung orang tampan sabar.
09.19 PM

V membaca pesan tersebut, ia membuka foto yang dikirimkan Hoseok, lalu menyalinnya tanpa bilang terima kasih terlebih dahulu.

Di tempat lain, Hoseok menggerutu di meja belajar karena pesan Line-nya hanya dibaca.

"Eh? Apa tadi itu benar-benar V? Aneh sekali rasanya dia minta contekan. Tapi... ah entahlah. Lebih baik aku tidur dan memimpikan bidadari Eunbi."






Ada pendatang baru. Gimana menurut kalian tentang perjodohannya?


Tapi tetep Taerin sama Vrene dong yaa. Ada yang mendukung Vrene sama Taerin? Atau TaeTzu dan Vsana?


Btw, adakah di sini yg kelas 12? Katanya Ujian sekarang lebih berat dari yang kemaren ya? 😫

Kamis, 10 Januari 2019.

Continue Reading

You'll Also Like

62.2K 6.5K 22
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
298K 22.9K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
190K 9.3K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
224K 33.7K 61
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...