Lentera Humaira ✔

By pengagum_pena

8.5M 618K 18.6K

(Romance-Spiritual) Tahap Revisi. "Disaat kau merasakan cinta yang benar-benar tulus karena Allah. Maka, bag... More

Prolog.
1) Semu Merah.
2) Memilih Bertahan.
3) Chandra vs Arman.
4) Sekedar Pengasuh!
5) Masa lalu Fanya.
6) Akankah dia Cinta?!
7) Lentera Jingga
8) Cahaya Temaram
9) Istana Kasih.
10) Mau Sampai Kapan?
11] Mulai Khawatir
12] Mencari Sang Pengasuh.
13] Sisi Lain Seorang Arman.
14] Cemburu.
15] Terperangkap Pesona Si Pengasuh
16] Kenyataan Pahit
17] Kekecewaan.
18] Calon Istri?
19) Orang Ketiga
21) Rapuh
22) Bidadari Yang Disia-siakan.
23) Menyerah
24. Benar-benar Pergi.
25) penyesalan.
26) Frustasi.
27) Pertanda Buruk.
28) Pertemuan.
29) Debar.
30) Perasaan Yang Terpendam.
31) Cinta Tapi Gengsi
32) Terlambat.
33) Khitbah Kedua.
34) Berjuang Sekali Lagi.
35) Lamaran.
36) Harapan kecil
37) Senyum Yang Patah.
38) Peri Kecil Rapuh.
39) Mengikhlaskan.
40) Saling Diam, Dalam detak.
41) Aku Cemburu, Maira!
42) Menjelang Akad.
43) Penculikan.
44) Misi Penyelamatan.
45) Surat Untuk Humaira
45) Surat Untuk Maira 2
46) Siapa Suamiku?
47) Takdir Yang Tak Terduga.
48) Masih Dengan Trauma Yang Sama.
49. Egois.
50 Menetap Di masalalu
51. Beranjak Dari Masalalu.
52. Terulang lagi.
53. Malaikat kecil.
54) Akhir.
Epilog
Extra Part 1
Sequel Lentera Humaira

20] Menetap Atau Pergi?

138K 11.2K 366
By pengagum_pena


Suatu saat akan tiba masa di mana kita harus merelakan yang mungkin tidak di takdirkan untuk kita. Lalu, pasrah akan ketentuan ilahi. Seperti halnya mendung yang harus berlalu setelah datangnya hujan. Lalu, percaya akan datangnya pelangi.

Jika pelangi tidak pernah datang setelah datangnya badai mungkin ia datang di tempat lain. Itu artinya seseorang harus mencari sendiri kebahagiannya. Allah telah menulis takdir setiap hambanya di laukhul mahfudz, bagaimanapun seseorang berusaha melawan, jika memang tidak di gariskan niscaya tidak akan kejadian. Kucuali do'amu mampu menggetarkan arsyi.

"Bunda," panggil pria jangkung itu pelan.

"Hhmm?" Sang bunda tetap dengan aktifitasnya mengobati luka di sudut mata anaknya yang lebam.

"Aku mau menerima perjodohan dari, Bunda." Chandra meringis ketika Ainun tanpa sengaja menekan lukanya lantaran terkejut dengan ucapan putranya.

Ainun tidak menjawab dia masih berpura sibuk dengan luka anaknya. Ibu mana sih yang rela melihat anaknya terluka? Tidak! Tidak ada ibu yang rela jika anaknya terluka. Termasuk Ainun, tapi, keputusan yang di ambil secara mendadak dan terpaksa akan lebih menyakitinya. Kelak. Terlebih, orang yang mendapat peran sebagai pelarian.

"Bunda akan lebih senang jika kamu melakukannya tanpa terpaksa."

"Apa Bunda lebih suka aku selalu terluka seperti ini?"

Lagi. Ainun terdiam tanpa kata. Menimbang-nimbamg kejadian yang lebih buruk dari ini.

"Baiklah, berhubung kamu besok dinas siang, paginya Bunda suruh perempuan itu ke sini. Akan lebih baik lagi jika kamu istikharah, minta sama Allah yang terbaik. Dan berhenti menyebut nama dalam do'amu. Allah lebih tahu mana yang baik untuk hamba-Nya."

Usapan pelan di kepala membuat dokter muda itu sedikit tenang, Bundanya benar. Tidak seharusnya ia selalu menyebut nama orang lain dalam setiap pintanya.

Terkadang, kita tidak harus menyebut nama dalam doa. Cukup pinta yang terbaik, karena Allah selalu tahu yang pantas untuk seorang hamba. Jodoh itu cerminan diri, tidak perlu menggebu-gebu meminta seseorang, Allah selalu punya cara membersamakan dua insan yang bahkan tidak saling mengenalpun. Atau bisa jadi yang selalu berada dekat dengan kita.

Chandra membuang napas gusar bersamaan dengan berlalunya sang Bunda. Yang masih dia heran kenapa dia bertahan dengan cinta yang salah.
Duhai pemilik hati, apakah hamba benar-benar akan kehilangan lentara itu, Ya Robb? Hamba bukan tidak ikhlas, hanya saja hamba tidak rela melihatnya terus tersakiti. Kumohon, jaga lenteraku di manapun berada. Berikan kebahagiaan untuknya.

Keesokan paginya Ainun, Dinda--adik perempuan Chandra--sudah duduk di meja makan bersama seorang gadis memakai hijab toska senada dengan gamis yang dipakainya. Wajahnya sedikit bulat, pipi cubby, mata belok dan lesung pipi yang membuatnya terlihat sangat manis ketika tersenyum. Namanya Alya Azzahra ketiga perempuan beda usia itu tengah menunggu Chandra.

Tak lama kemudian Chandra datang, sorot matanya sempat menangkap sosok gadis asing itu. Menurutnya biasa saja, karena dia hanya melihatnya sekilas. Jujur Chandra tidak tertarik dengan gadis manapun saat ini. Hatinya masih tertawan sang Lentera.

"Chandra kenalin ini Alya. Dia seorang desainer muda berbakat loh,"  puji sang Bunda.

Gadis bernama Alya itu mengulurkan tangan ke arah Chandra. "Hai, namaku Alya Azzahra," ucapnya lembut disertai senyum.

"Chandra," jawab Chandra singkat.

Alya menurunkan tangannya yang tidak mendapat respon dari pria itu.

"Bunda, jadi kakak ini calon kakak iparnya Dinda?" Dinda sedikit berbisik pada Ainun, namun masih bisa di dengar semuanya.

Ainun mengangguk meng-iyakan pertanyaan Dinda. "Kak Chan, kakak ipar imut ya?" goda Dinda yang langsung mendapat jitakan dari Chandra.

Jelas saja, saat ini Ainun duduk di kursi kebesaran paling ujung sedang Alya dan Chandra berhadapan. Dinda  duduk di samping Chandra, memudahkan pria itu untuk menyumpal mulut gesrek adiknya yang suka mengganggu.

"Alya ini sudah memiliki butik terkenal yang tersebar di berbagai kota loh, Chan. Kamu tahu Alya Galleries, kan?" Puji Ainun.

Chandra mengangguk karena dia memang tahu, butik itu adalah langganan sang Bunda. Aktifitasnya menyantap sarapan seperti tidak terganggu sedikitpun dengan keberadaan Alya. Pria itu cenderung cuek, tidak! Dia bahkan terlihat tidak peduli.

Ainun tersenyum menatap kagum pada Alya. "Bunda gak nyangka pemilik butik itu secantik ini." Lagi-lagi Ainun memujinya.

Semburat merah muda menguar dari kedua pipi Alya.  Sudah kodratnya seorang gadis akan blushing ketika mendapat pujian dari seseorang apalagi di depan seorang pria. Alya hanya tersenyum sambil sesekali melirik Chandra.

"Bun, Aku selesai." Chandra beranjak dari duduknya.

"Mau kemana?" tanya Ainun.

"Seperti biasa 'lah, Bunda. Ke taman."

"Kalo gitu, ajak Alya juga ya!" Seru Ainun.

Chandra menilik penampilan Alya yang memang memakai gamis panjang. "Masa iya, joging pake gamis, Bun?"

"Lah? Kenapa? Bisa kok. Ya Sudah sana kalian berdua pergi." Ainun menarik tangan Alya mendorongnya untuk mengikuti Chandra.

"Tapi, Tante!"

Ainun langsung menutup mulutnya mengisyaratkan untuk diam saja. Membuat Alya benar-benar tak berkutik mengikuti Chandra dalam diam.

Suasana taman sedikit ramai dikarenakan hari weekend banyak orang tua yang mengajak anaknya bermain di taman. Kebisuan diantara dua orang asing itu agak lama. Sampai akhirnya Chandra membuka suara, "kamu sudah lama jadi desainer?"

Alya menarik sudut bibirnya menjadi lengkungan sabit yang indah dengan lesung pipi. Kemudian mengangguk. "dari kecil aku suka bikin baju-baju buat bonekaku, pertama belajar buat baju sendiri itu pas masih SMP," jelasnya. "Kalo kamu? Memang dari awal punya cita-cita jadi dokter?"

"Iya. Karena almarhum Ayahku seorang dokter, aku selalu berharap jadi dokter sehebat beliau."

Alya mengangguk paham, tidak ingin mengungkit masalah yang bisa buat lelaki di sampingnya jadi sedih. Setelah percakapan itu keduanya berjalan santai dalam sunyi diantara keramaian. Langkah Alya ikut terhenti tatkala pria yang masih asing itu berhenti mendadak. Alya mengikuti arah pandang lelaki itu. Ia baru sadar di depannya berdiri perempuan berwajah cantik sedang menggendong anak kecil. Tatapan keduanya saling mengunci seakan ingin mengutarakan sesuatu namun tidak bisa.

"Maira, maaf," lontar Chandra dengan wajah menyesal.

Maira terdiam memperhatikan wajah Chandra yang juga lebam. Apa mungkin ...?

"Mai, gue--"

Kalimat Chandra terpotong oleh suara berat seorang lelaki.

"Sayang, ternyata kamu disini." Seorang memeluk pundak Maira dari belakang, kemudian mencium Zhira dengan gemas. Siapa lagi jika bukan Arman. Si cowok egois plus plin-plan itu tengah menjadi kompor meleduk, untuk memanas-manasi Chandra.

Alya hanya terdiam melihat drama di antara ketiganya. Detik selanjutnya ia terkejut ketika Chandra meraih tangannya lalu membawanya pergi dari hadapan satu keluarga itu.

****

Maira masih tak beranjak sedikitpun dari tempatnya berdiri. Kenapa Chandra juga babak belur? Itu kebetulan atau mereka berdua berkelahi?

"Mas! Apa luka Mas Arman akibat berantem sama Chandra?"

"Bukan urusanmu," balas Arman, "ayo cepat, Rissa sudah menunggu di sana."

Arman berjalan terlebih dulu tanpa memikirkan perasaan Maira yang sudah berkecamuk. Kenapa suaminya ini seperti bunglon yang suka berubah-ubah?
Ya Robb ... hamba yakin Engkau selalu bersama hamba-Mu yang berserah diri. Walau ingin sekali ia berbalik dan menanyakan langsung pada sahabatnya. Tapi, hubungannya yang diujung tanduk menjadi prioritas utama saat ini. Akhirnya Maira terpaksa mengikuti Arman tanpa bertanya lagi.

Dengan berat hati Maira menyerahkan Zhira pada Risa. Mengizinkan mereka bermain dan bercanda tawa tanpa bertanya perasaan Maira. Sungguh! Hati Maira serasa remuk redam serasa dipukul telak oleh kenyataan pahit yang menyiksa batinnya.

Ibaratnya Lentera ditengah badai, memilih menetap ia akan mati perlahan. Jika beranjak, ia akan terhempas lalu Boom hancur tak tersisa.

"Ya Allah ... berilah hamba petunjuk. Bertahan dengan rasa cemburu yang bertubi-tubi? Atau pergi dengan membawa luka hati yang teramat perih? Hamba tak sanggup jauh dari putri hamba."

Gadis berkerudung syar'i itu meremas gamisnya dengan erat. Air matanya sudah menetes tanpa ia sadar. Cemburu, sedih, sesak, masih terasa menyayat dalam rongga dadanya. Coba saja bayangkan, jika seorang suami bermesraan di depan mata istrinya sendiri. Itu rasanya seperti bergelantungan di pinggir tebing hampir jatuh, sayangnya orang-orang tidak peduli sedikitpun.

Di tengah asiknya bermain tiba-tiba Zhira menangis, Maira yang tengah dikuasai cemburu menghampiri Risa.
Memarahinya tanpa mau tahu masalah yang sebenarnya.

Maira merebut paksa Zhira dari tangan Rissa. "Bisa ngurus anak gak sih? Bisanya cuma bikin Zhira nangis."

Rissa menatap sinis Maira, ekor matanya menoleh kanan kiri seperti mencari sesuatu. Kemudian tangan Rissa meremas pergelangan tangan Maira sembari berbisik. "Heh! Jangan mentang-mentang kamu istri sahnya Mas Arman kamu bisa seenaknya marahin saya, ya. Saya bukan upik abu yang bisa kamu tindas."

Maira mengaduh kesakitan karena beberapa kuku Rissa seperti menusuk permukaan kulitnya. Dan berharap Arman melihat kejadian ini. Karena tadi Arman sempat pamit sebentar entah mau kemana. Wanita itu mencoba mengambil alih kembali Nazhira. Namun, Maira sudah tidak percaya pada wanita ini. Maira mengeratkan dekapannya, tapi tiba-tiba Rissa menjatuhkan tubuhnya sendiri ke tanah.

"Aw!" Rissa mengaduh kesakitan.

Maira sempat heran dengan tingkah aneh Rissa. Akan tetapi seketika terpatahkan dengan teriakan seseorang di belakangnya.

"Maira!!" Bentak Arman, kemudian membantu Rissa berdiri. "Apa yang kau lakukan?!" Arman merebut Zhira dari Maira.

"Mas, sungguh. Bukan aku yang--"

"Yang apa?" Arman memotong. "Sudah jelas saya lihat pake mata kepala sendiri, MAIRA! Kamu mendorong Rissa! Kamu pikir saya BUTA?!" bentak Arman dengan emosi yang meluap.

Oke! Saat ini Maira penjahatnya di mata sang suami.

"Mas percaya sama aku, wanita ini ... wanita ini--"

"Maira, pergi!"

"Tapi, Mas!"

"PERGI!!"

Kali ini Arman benar-benar berteriak pada Maira. Gadis itu berkaca-kaca, hatinya sungguh terluka. Belum kering luka lama, luka baru sudah tergores. Maira mundur dua langkah, berbalik, kemudian berlari sekencang-kencangnya dari tempat itu.

"Fanya ... bisakah Aku menyerah? Aku sudah tidak tahu lagi caranya bertahan. Semua ini begitu menyakitkan." Maira meremas dadanya yang terasa begitu sesak. Air mata sudah membanjiri pelupuk matanya.

Bersambung ...

Maap baru update sekarang soalnya ide stuck dan gak tahu mau di bawa kemana alur ceritanya.

Menurut kalian Maira harus gimana?
Plis bantu jawab.😂

Buat yang setia nunggu dan ngasi semangat makasih ya ...
Kalian yang terbaik.😚😘😘
Aku sayang kalian.🤗

Continue Reading

You'll Also Like

48.6K 3.1K 33
A story by dianaf_ayn04 (completed.) ••• Ini cerita antara Naya dan Satya. Soal yang berjuang kemudian lelah. Tentang yang mencoba bertahan lalu meny...
4.9M 152K 12
Marriage life. Afrah menolak untuk di jodohkan dengan tetangganya yang bernama Ibra. Padahal, dari segi apapun, dari segi manapun, Ibra itu sosok su...
216K 15.4K 47
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
4K 443 17
•🌱Spin off dari Arshawa. Bisa dibaca terpisah. *** Bagi Kim Hyun Ra, hal yang paling membingungkan itu ketika dihadapkan dengan dua pilihan. Apa la...