Hellenium•Kth✓

By Vivi_Kim

158K 17.2K 3.2K

[ Complete Story ] Story About Kim Taehyung and V Kim. They are the twins brother. Story by, Vivi_Kim Cover... More

Prologue
Ch1. Cold that Warm
Ch2. V!
Ch3. V is My Inhaler!
Ch4: Visit My Mother!
Ch5: There is Love in His Eyes
Ch6: Could I Love Her?
Ch7: Memoria
Ch8: Young Forever
Ch9: This is Not Fair!
Ch11: Miss The Past
Ch12: Selfishness
Ch13 : Fake Smile
Ch14 : Worried About Taehyung.
Ch15 : Date?
Ch16 : Stubborn
Ch17 : Hope of V!
Ch18 : We are Twins!
Ch19 : Bad Feeling!
Ch20 : Maintaining Relationship
Ch21 : Regret?
Ch22 : Faithfulness in the Love!
Ch23: Park Jimin!
Ch24 : Jung Yerin!
Ch25 : Jaehyun-ie!
Ch26 : Sick!
Ch27 : The Twins in Danger!
Ch28 : Kidnapped?
Ch29 : Survive!
Ch30 : Sweet Dream of the Twins!
Ch31: Revenge?
Ch32 : Mission Success!
Ch33 : Dinner.
Ch34 : Winter Bear.
Ch35 : Simple Happiness!
Ch36 : I'm so Tired.
Ch37 : Where is Taehyung?
Ch38 : Welcome back, Tae!
Last Chapter, 39 : Give Up or Regret?

Ch10: Singularity

4K 457 83
By Vivi_Kim

Vote, don't forget! :)
Spam komentar, dibutuhkan!
Ada yang mau kasih kritikan atau saran? Silakan :) asal yang sopan ya.
Atau... mau kenalan? Sini tukeran nomor wa. Lewat PC aja ya jangan sebar nomornya di komentar :)

Rasanya, baru sehari V hilang tanpa kabar tapi sudah membuat Taehyung nyaris mati jantungan. V pulang pada malam harinya, Taehyung langsung memeluk V erat, seakan tidak bertemu bertahun-tahun lamanya.

"Kemana saja, hah?"

"Hei, V! Jawab aku! Kau membuatku khawatir tahu. Dan wajahmu itu kenapa? Kau berkelahi?"

"V bodoh! Kau tidak memikirkan aku yang panik di sini?"

Kira-kira itulah celotehan yang keluar dari bibir Kim Taehyung. Belum sempat membiarkan adik kembarnya bernapas dulu, belum sempat ia istirahat, Taehyung sudah seperti ibu-ibu arisan yang heboh siapa yang akan dapat giliran untuk menang.

"Tae, daripada kau berisik lebih baik buatkan aku makanan."

"Eh?"

Taehyung terkejut. Jarang-jarang V minta dibuatkan makanan. Biasanya Taehyung terus yang memaksanya untuk memakan masakannya.

"Mau makan apa?"

"Apa sajalah, camilan juga boleh. Aku tunggu di kamar."

Taehyung mengangguk semangat. Ia langsung melesat ke dapur, membuatkan makanan untuk saudaranya.

Begitu membuka rak berisikan bahan makanan, Taehyung menempelkan jari telunjuknya di dagu sambil mengabsen satu per satu bahan makanan yang ada.

"Oppa, sedang apa?" tegur Yewon.

Taehyung menoleh. "Membuat makanan untuk V. Masak apa, ya?"

"V Oppa sudah pulang? Bagaimana keadaannya?"

"Dia baik-baik saja. Hanya mendapat luka lebam di wajah, seperti habis berkelahi."

Berkelahi? Yewon membatin. Sesaat kemudian ia melihat kakak pertamanya sedang kebingungan. "Oppa, memang V Oppa ingin dibuatkan makanan berat atau camilan?"

"Eum." Ia berpikir sejenak. "Camilan, sih," katanya, setelah ingat permintaan V.

"Kalau begitu buat kentang goreng dan sosis goreng saja. Aku bantu."

Taehyung mengangguk setuju. Untung Yewon datang dan memberikan usul, kalau tidak bisa-bisa sampai detik ini pun Taehyung masih bergeming di tempatnya.


"Aish! Di bawa pergi ke mana, sih, ponselku!" V menggerutu sambil menatap laptopnya.

V masih belum terima ponselnya hilang. Selain karena banyak sesuatu yang penting, ia pun bingung untuk membeli ponsel baru lagi.

Minta pada ayahnya? V tidak yakin langsung dibelikan.

Minta ibunya? Tidak! Dia tidak ingin merepotkan. Pasti beliau panik saat tahu ponselnya hilang ketika dia pingsan.

Uang tabungan pun tidak cukup. Menjual barang-barang? Tidak mungkin. Lagipula apa yang mau dijual? Jam tangan yang dipakai kemarin pun sudah dirampas, padahal harganya bisa membeli tiga buah iPhone keluaran terbaru.

"V! Makanan sudah jadi."

V menatap pintu sebentar, lalu fokus pada laptopnya lagi ketika melihat Yewon berjalan di belakang Taehyung sambil membawa tiga gelas jus jeruk.

"Serius sekali, sih. Sedang apa?" Taehyung mengintip kesibukan saudaranya.

"Sedang melacak ponselku."

"Ponsel Oppa hilang?" Yewon menyambar.

V mengangguk singkat. "Jam tangan hadiah dari Haraboji pun sudah hilang."

"Jadi, Oppa kerampokan?"

"Ya. Tepatnya saat aku pingsan. Berengsek sekali orang itu. Aku bersumpah, orang itu akan kena azab!"

Taehyung dan Yewon mengernyit heran. "Azab? Tahu darimana kata-kata itu?"

"Hoseok si kuda laut itu kemarin memaksaku menemaninya nonton azab. Ada-ada saja dia itu."

Mereka tertawa, jika sedang begini V lucu juga. Jarang-jarang V membuat lelucon. Yah, walaupun wajahnya masih datar tetap saja apa yang diucapkannya mengundang gelak tawa.

"Sudahlah. Ikhlaskan saja ponselmu itu, mungkin orang yang mengambil ponsel dan juga jam tanganmu sedang butuh uang. Berpikir positif saja. Ayo, kita makan. Aku dan Yewon yang menggorengnya, loh."

V melupakan ponselnya ketika bau kentang goreng masuk ke indra penciumannya. Ia menutup laptop, menyingkirkannya dan memakan kentang goreng itu bersama Yewon dan Taehyung.

Sungguh, ini momen langka. Biasanya Yewon tak pernah makan bertiga seperti ini dengan kakak-kakaknya, terlebih di satu piring yang sama.

Ada yang lebih membahagiakan dari ini?

"Hyung, Noona, kalian makan tidak ajak-ajak Jaehyun-ie."

"Oh? Kemari, Sayang!"

Bocah itu langsung berlari ketika Yewon menyuruhnya untuk bergabung, ia langsung duduk di pangkuan Yewon dan mengambil stik kentang dengan asal lalu memakannya.

Tanpa melihat ada saus cabai yang tertempel di sana.

"HAHH... PEDAS!!"

Taehyung dan Yewon terbahak-bahak melihat wajah Jaehyun yang menggemaskan. Ia kepedasan, tapi tidak menangis seperti anak lainnya.

"Minum! Minum!" pintanya kalang kabut.

V tersenyum tipis. Ia mengambil satu gelas jus jeruk miliknya, lalu meminumkan pada sang adik. "Lain kali kalau mau makan itu lihat-lihat. Sekarang kau kepedasan, kan?"

"Baik, V Hyung."


Seminggu setelah V menghilang, Taesung baru menginjakkan kakinya lagi di rumahnya setelah bertugas ke luar kota, sekalian mencari wanita penghibur.

Anak-anaknya sudah tidak heran lagi melihat kelakuan sang ayah. Sudah terbiasa tanpa kehadirannya malah.

Tapi tidak untuk malam ini, entah ada angin apa Taesung makan malam bersama anak-anaknya di rumah. Langka sekali.

"Bagaimana sekolah kalian?"

Ditanya soal sekolah, Jaehyun menyahut dengan semangat. "Nilai ulangan harian matematika aku dapat seratus!"

Taesung tersenyum bangga, lalu menepuk kepala Jaehyun beberapa kali. "Anak pintar. Pertahankan nilaimu."

Jaehyun mengangguk mantap. Ia merasa senang diperlakukan seperti ini oleh ayahnya.

"Bagaimana dengan kalian bertiga?"

"Seperti biasa, Appa. Tugas osisku semakin menumpuk tapi aku bisa mengejar pelajaran yang tertinggal," kata Taehyung.

"Aku juga," tambah V.

"Kalau aku... maaf nilai ulangan harian matematika aku hanya bisa meraih peringkat dua. Aku belum bisa meraih peringkat pertama yang Appa inginkan."

Lagi-lagi, Taesung tersenyum bangga. "Ini baru anak-anak Appa. Kim Yewon, belajar lebih giat lagi agar mendapat peringkat pertama."

V, Taehyung, dan Yewon saling berpandangan setelahnya. Ini aneh, tidak biasanya Taesung lembut begini, terlebih pada Yewon.

Kesambet setan apa dia?


"Yerin-ie."

"Iya, Halmeoni?"

"Temanmu tidak main ke sini lagi?"

"Waktunya mepet, Halmeoni. Banyak tugas yang harus dikerjakan. Apalagi Sojung Eonni sudah di tingkat akhir."

Wanita tua yang sedang mengunyah makanan pun mengangguk paham. "Lalu gadis yang baru gabung di anggota kalian, kenapa tidak pernah kemari? Halmeoni ingin sekali bertemu dengannya."

"Yewon tidak akan sempat main ke sini. Ayahnya galak sekali. Oh iya, Yewon itu adiknya Taehyung."

Nenek tua itu terkejut. "Adiknya Taehyung? Taehyung remaja tampan yang saat itu main ke sini, kan?"

Yerin mengangguk mantap, lalu menyantap makan malamnya lagi.

Yerin bukanlah anak orang kaya seperti teman-temannya. Ia hanya tinggal bersama sang nenek yang kebetulan memiliki kedai pinggir jalan. Terkadang Yerin suka membantu neneknya di kedai. Walau begitu Yerin tak pernah merasa malu hidup seperti ini.

Perihal orang tuanya, mereka sudah bercerai, ayahnya memang kaya raya tapi suka bertindak seenaknya. Ia lebih memilih ikut sang ibu, dua tahun setelah perceraian ibunya sakit keras lalu meninggal dunia.

Setiap malam, gadis itu selalu menangis merindukan sang ibu. Beliau adalah sosok yang lembut, sama halnya seperti ayahnya. Sebenarnya ayah Yerin sangat menyayangi putri semata wayangnya itu, tapi karena sifat keras kepala dan egoisnya, mereka berpisah.

Bahkan ayah Yerin dulu sempat menangis kala Yerin memilih ikut sang ibu. Setiap bulan, laki-laki itu selalu rutin mengirim uang ke rekening Yerin. Sesekali membantu mantan ibu mertuanya kala sedang kesusahan akibat kedainya yang sepi pelanggan.

"Oh iya, Halmeoni baru ingat, tadi ada paket untukmu, Sayang."

"Dari siapa?"

Sang nenek mengendikkan bahu. "Sebentar."

Sambil menunggu sang nenek mengambil paket yang dimaksud, Yerin melanjutkan makan. Tak sampai dua menit beliau sudah kembali dengan membawa sebuah kotak.

"Ini bukalah!" perintah sang nenek.

Yerin menelan makanannya, meneguk sedikit air lalu membuka paket asing itu.

Setelah dibuka, wajah Yerin berubah datar, terlebih ketika membaca pesan yang tertulis dalam sebuah kertas di dalamnya. Gadis itu mendorong kotak sedikit lebih jauh.

"Dari siapa?" tanya sang nenek.

"Siapa lagi."

Nenek tua bermarga Park itu sangat tahu sifat Yerin yang satu ini. Jika cucunya sudah pasang wajah datar setelah membuka kiriman paket, pasti kiriman itu dari sang ayah.

Nenek Park menarik kotak itu untuk melihat isinya, ternyata isinya adalah sepatu. Mungkin untuk sekolah Yerin. Lalu membaca sederetan tulisan yang berada dalam kertas kecil berwarna biru muda.

To : Tuan Putri Yennie.

Appa dengar, beberapa minggu kemarin kau tampil di acara ulang tahun sekolah, ya? Maaf, Nak. Appa tidak bisa datang karena ada urusan mendadak. Sebagai gantinya, Appa ada hadiah untukmu. Appa rasa sepatu ini cocok di kakimu, Sayang. Jangan lupa dipakai, ya ♡

Salam rindu, Ayahmu.

"Ya ampun sepatunya bagus sekali, Yerin. Pasti cocok di kakimu." Nenek Park berusaha mengembalikan mood cucunya seperti semula.

"Sepatu itu sama sekali tidak cocok di kakiku."

"Sayang, kau harus menghargai pemberian ayahmu."

"Halmeoni." Yerin merengek.

Bagaimana pun sikap ayah Yerin, beliau tetaplah masih sedarah dengan cucunya. Ia akui, Jung Yeonho; ayah Yerin, memang sangat menyayangi Yerin. Tidak pernah ia telat mengirim uang setiap bulan, bahkan tanpa sepengetahuan gadis itu setiap minggu ayahnya selalu datang menanyai kabar.

"Besok pakai sepatu ini ke sekolah, ya? Pasti kau semakin cantik."

Yerin bergumam pasrah. "Baiklah. Aku selesai makan, Halmeoni. Selamat malam." Gadis itu bangkit, dan mulai menjauh dari meja makan meninggalkan sang nenek.

Begitu Yerin sudah tidak terlihat lagi, nenek tua itu mengembuskan napas. "Kenapa masih belum bisa menerima ayahmu lagi, hm?" gumamnya, disertai dengan air mata yang membasahi pipi keriputnya.


Jam pelajaran ketiga berlangsung begitu cepat bagi seorang V Kim. Guru bahasa inggris yang sedang berada di depan sana tidak berhenti melantunkan sederet kalimat panjang yang tentunya menggunakan bahasa inggris.

Sebagian murid ada yang mengantuk, dan sebagian lagi ada yang tidak paham karena guru itu menjelaskannya terlalu cepat.

"Ah, aku pusing," keluh seorang gadis berkuncir kuda tepat di samping V.

Pemuda itu menoleh sebentar. "Sering-sering baca kamus agar nilai bahasa inggrismu tidak kebakaran," celetuk V.

Pelan tapi menusuk. Yerin mendelik tajam. "Tidak usah sombong. Suatu saat nanti akan kubuktikan kalau aku pintar bahasa inggris."

"Terserah!"

"Ish!" Yerin hampir saja melempar tempat pensilnya ke arah V.

Sabar Yerin, batinnya sambil mengelus dada. Daripada mengurusi V yang akhir-akhir ini semakin menyebalkan; menurutnya, ia lebih baik fokus pada guru di depan, begitu juga dengan V.

Selang beberapa menit kemudian, bel berbunyi. Pelajaran bahasa inggris telah usai dan guru laki-laki itupun keluar setelahnya. Para murid meregangkan ototnya yang kaku, sebagian lagi ada mengeluarkan buku mata pelajaran selanjutnya.

"Hei! Sudah ada yang mengerjakan tugas Song Sonsaeng-nim?"

Krik krik

Semua murid terdiam ketika ada salah satu siswa yang terkenal nakal berseru di bangkunya.

"Aish, sialan! Kacang semua!"


Hari ini Taehyung izin tidak masuk sekolah karena ingin ke rumah sakit. Bukan karena sakit, tapi ia sudah di telepon pamannya untuk datang, hasil tes pemeriksaan sudah keluar. Dan ia datang seorang diri, tidak ada sang ibu atau siapapun yang menemani.

Taehyung terjebak macet. Tidak ada celah sedikitpun untuk menyalip. Ia mendesah keras, terjebak macet begini bukan hal yang bagus. Taehyung benci kemacetan karena bisa membuat dadanya sesak walau sudah pakai masker.

"Permisi? Kalau boleh tahu kenapa jalanan bisa macet, ya?" tanya Taehyung, pada pengendara lain di sampingnya karena beliau sudah terjebak lebih lama dari Taehyung.

"Sepertinya ada kecelakaan di depan sana. Aish! Aku juga kesal daritadi tidak jalan-jalan."

Taehyung mengembuskan napasnya berat, ia terbatuk satu kali. "Ya Tuhan, kalau begini bisa-bisa aku tepar di tengah jalan," gumamnya.

Taehyung menoleh, ia menyalakan lampu sein ke kanan untuk putar balik. Lebih baik lewat jalan kecil saja, biarpun jauh tapi terbebas dari macet.


"Ini masalah serius, Taehyung. Selama ini kau bukan pengidap asma."

Dahi Taehyung mengkerut. "Lalu?" tanyanya.

Nadanya terkesan santai, tapi tidak dengan hatinya yang berkecamuk dan seolah berteriak tidak ingin mengetahui kenyataan.

Sang paman menghela napas, lalu mengeluarkan hasil rontgen dari amplop coklat besar.

"Lihat! Paru-parumu rusak, penuh asap dan... hitam. Asap di paru-parumu semakin menumpuk, itu karena kau tidak pernah mau periksa dari kecil."

"Penuh asap? Tapi aku tidak merokok, Samchon! Saat berkendara pun aku pakai masker."

"Kau menjadi perokok pasif, itu lebih berbahaya dari perokok aktif. Sepertinya Samchon harus memanggil ibumu lagi, Tae."

"Jangan!" Taehyung menahan sang paman yang sudah memegang ponsel. "Aku tidak mau Eomma semakin khawatir. Katakan saja langsung padaku," mohonnya.

"Taehyung, ini bukan untuk main-main. Jika dibiarkan, kau bisa terkena penyakit kanker paru-paru atau jantung koroner."

Taehyung diam seribu bahasa, lalu menundukkan kepala. Sekuat apa pun Taehyung menyuruh hatinya untuk tetap tegar, tapi tetap gagal. Ia menjerit dalam batinnya, kenyataan pahit ini bagaikan sebilah pedang yang menancap tepat di jantungnya. Dan rupanya, keanehan yang Taehyung rasakan sejak melakukan tes pemeriksaan terungkap hari ini.

"Ini memang sudah takdirku, Samchon."

Jisung yang sedang mencari kontak ibu Taehyung pun segera menoleh, mendapati wajah keponakannya yang tampak putus asa.

Apa kata-katanya barusan terlalu keras?

"Taehyung... Jangan menyerah. Kau pasti bisa, Nak."

Remaja itu mendongak guna menahan air mata agar tidak mengalir, kemudian tersenyum. "Aku tidak ingin Eomma tahu. Kasihan dia. Aku... aku..." Air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya jatuh juga.

Jisung berdiri, ia mendekati anak saudara kembarnya, lantas memeluknya erat.

Taehyung membalas pelukan Jisung tak kalah erat sambil menangis. Jisung mengusap kepala Taehyung yang saat ini mendekap di perutnya; karena posisi Jisung berdiri sedangkan Taehyung duduk.

"Sstt, jangan menangis, Nak. Mulai sekarang kau harus bisa memulai hidup sehat. Jangan terlalu kelelahan, terlalu banyak pikiran. Kalau bisa, berhenti jadi ketua osis."

Taehyung menggeleng cepat. "Aku tidak bisa. Appa memaksaku, menuntutku untuk terus belajar dan mengikuti kegiatan di sekolah." Napas Taehyung tersendat karena tangisannya.

Ya Tuhan, Taesung-ah kau benar-benar keterlaluan sekali.

Jisung mengelus punggung keponakannya dengan lembut. Sikap kebapakan Jisung memang patut diacungi jempol.

Dari dulu, ia berperan sebagai ayah si kembar juga. Berkali-kali ia menegur saudara kembarnya tuk merubah sifat, tapi tak pernah dituruti.

Jisung ingat, dulu keluarganya memang sangat kesusahan. Hanya tinggal di sebuah rumah kecil, sering di hina tetangga karena hidupnya yang sangat miskin.

Hanya tinggal bersama dengan sang ayah yang bekerja sebagai tukang parkir di sebuah mall. Kadang pula, sepulang sekolah mereka berdua turut membantu meringankan pekerjaan ayahnya.

Dulu, Taesung tidak seangkuh sekarang. Memang emosional, berbeda dengan dirinya yang sabar dengan cacian orang-orang. Tapi, mereka saling menyayangi dan melindungi satu sama lain.

Begitu hari kelulusan, kepala sekolah mengumumkan kalau Jisung dan Taesung mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Seoul University. Dengan perasaan bahagia, keduanya pulang sambil membawa sertifikat juga piala karena berhasil mendapatkan nilai tertinggi.

Kebahagiaan mereka lenyap kala melihat ayah kesayangannya, yang selalu membanggakannya, tergeletak tak berdaya di atas lantai dengan wajah yang pucat pasi dan tubuh yang sudah mulai kaku.

Ayah mereka dinyatakan meninggal karena terkena serangan jantung mendadak. Satu hari setelah pemakaman, Taesung mengamuk hebat di kamarnya. Sebagai yang lahir lebih dulu, Jisung menenangkan. Ia mengatakan, 'Kita hanya manusia, Tuhan yang berkuasa. Manusia hidup di dunia ini hanya menumpang. Entah kapan pasti kita akan kembali pada Sang Pencipta.'

Mulai dari sana, Jisung dan Taesung mengemasi barang-barangnya untuk pindah ke asrama Seoul University dan kuliah mengambil fakultas yang berbeda. Jisung mengambil fakultas kedokteran sedangkan Taesung Fakultas Administrasi Bisnis. Beruntunglah karena semua biaya mereka ditanggung oleh pihak kampus, seperti tempat tinggal, uang jajan bulanan dan lain-lain. Tapi, tidak selamanya mereka bergantung kepada pihak kampus.

Mereka mencari pekerjaan paruh waktu. Taesung dapat pekerjaan paruh waktu di toko kue, sedangkan Jisung di sebuah restoran menjadi pelayan. Dari sanalah awal mula kisah asmara mereka.

Di mana Taesung dipertemukan oleh seorang gadis cantik yang berasal dari keluarga konglomerat yang sangat rendah hati bernama Go Hyunra, yang kebetulan selalu rutin membeli kue di jam tiga sore. Sedangkan Jisung dipertemukan dengan Jung Sohee, yang kebetulan menjadi sahabat baik Hyunra.

Dari dulu, Taesung memang perokok aktif. Sebagai kakak, Jisung sudah memperingati bahaya merokok padanya, tapi tak juga di gubris. Sampai menikah dan Hyunra sedang hamil pun Taesung masih merokok tanpa memikirkan bayi yang ada di dalam perut istrinya.

Dan alhasil, dampak buruk itu diterima oleh Kim Taehyung, putra pertama Taesung.

Ah, mengingat semua itu membuat  air mata Jisung menetes lagi.

"Taehyung sudahlah. Nanti kau kambuh lagi. Hei!" Jisung memegang kedua bahu Taehyung dan melepaskan pelukannya. "Dengarkan kata-kata Samchon, kau harus memulai hidup sehat mulai sekarang. Olahraga teratur, yang ringan-ringan saja, perbanyak makan sayuran dan satu lagi, hindari asap rokok sebisa mungkin. Mengerti?"

Taehyung mengangguk pelan, wajahnya sudah sembab dengan hidung yang merah, rambutnya pun acak-acakan membuat Jisung tak tega.

Tapi lagi-lagi, remaja Kim itu tersenyum. Perlu kalian ketahui, senyuman Taehyung memiliki makna kesedihan yang mendalam. Kedua sudut bibirnya senantiasa selalu tertarik ke atas, semata-mata agar orang lain tak tahu jika kehidupannya sangat sulit.

Taehyung memiliki banyak topeng tak kasat mata di wajahnya. Ia selalu menggunakan topeng agar orang-orang tidak melihat betapa menyedihkan hidupnya melalui jejak air mata.

Ia menjadi orang yang humoris semata-mata agar orang lain mengira bahwa ia tidak memiliki beban hidup.

Dan, ia juga banyak tertawa agar mereka mengira hidup Taehyung di kelilingi dengan kebahagiaan tiada akhir.

Padahal, menurut psikologi, orang yang paling banyak tertawa dan paling keras suaranya, ia sebenarnya adalah sosok yang rapuh dan kesepian.

Taehyung butuh menghibur dirinya sendiri, dengan cara seperti itu misalnya.

Taehyung yang selalu membawa keceriaan, justru memendam duka yang dikubur dalam-dalam.

Meski Taehyung memiliki banyak kesedihan. Meski dadanya selalu sesak oleh berbagai hal yang membuatnya sedih, tetapi dia cukup kuat untuk terus menahan agar dia tidak kelihatan kalau dia sedang sedih dan kesepian. Dia tidak akan menangis didepan orang lain.

Untuk apa? Membuat orang-orang terdekatku jadi khawatir tak ada dan tak kan pernah ada dalam kamus hidupku. Itulah mengapa menyembunyikan masalah jadi solusi terbaikku.

Terakhir, jika Taehyung sudah tidak sanggup menahan semuanya lagi, ia akan menunjukkan sosok aslinya tanpa topeng. Dan, orang yang melihatnya pun pasti bisa langsung menebak seberapa banyak kesedihan yang Taehyung alami.


"V, menurutmu aku dan Eunbi cocok tidak?"

"Tidak."

"Hah? Yang benar saja. Putri cantik seperti Hwang Eunbi tentunya sangat cocok dengan Pangeran tampan Jung Hoseok. Matamu buta, ya?"

V merotasikan bola matanya malas. "Kalau kalian berdua pacaran, aku kasihan pada Eunbi." Hoseok mengernyit bingung. "Masa gadis sepertinya harus punya pacar seperti kuda laut."

"HEI!" Hoseok berteriak tak terima.

Apa-apaan. Dia tampan masa diejek kuda laut? "Minta kujahit mulut tajammu itu, V."

V terkekeh kecil. Membully Hoseok seru juga ternyata. Setelahnya, ia fokus lagi membaca komik. Mengabaikan Hoseok yang berkhayal bisa memiliki kekasih seperti Eunbi.

"Kalau Eunbi benar-benar menjadi kekasihku, aku janji aku akan mentraktirmu sampai pu—Hei, V? Kau menangis?" Hoseok berkata panik di akhir kalimatnya.

Bagaimana tidak, sahabatnya ternyata bukan membaca komik melainkan melamun sambil mengeluarkan air mata. Setelah ditepuk bahunya, V tersadar.

"Kenapa kau menangis, hah?"

"Ya? Aku menangis?" V memegang pipinya yang sudah basah, lalu memandang telapak tangannya. Aku menangis? Taehyung... ada apa dengan Taehyung?


Sepanjang perjalanan, V melamun dalam berkendara. Jalanan yang lenggang membuat remaja itu tak peduli. Pikirannya terus tertuju pada Taehyung; saudara kembarnya.

Perihal ia menangis tiba-tiba, itu sungguh aneh. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada Taehyung. Insting saudara kembar tidak pernah berbohong, kan?

Ketika di tikungan, motor V berbelok. Karena jalanan berlumpur akibat hujan kemarin sore, alhasil motor besar itu tergelincir. V tidak bisa menahan dengan kakinya, motornya langsung ambruk begitu saja ke kiri disertai dengan suara debuman keras. Tubuh V terbanting.

Beberapa orang yang berada di sana terkejut, mereka berbondong-bondong menuju tempat V berada. Ada yang mendirikan lagi motornya, ada juga yang menghampiri V dengan panik.

Selama jatuh sampai tubuhnya terbanting, V tidak merasakan sakit sama sekali. Pikirannya kosong. Saat mengubah posisinya menjadi duduk pun ia masih terdiam.

"Hei, kau baik-baik saja? Bisa berdiri?" kata salah satu warga di sana, memegang kedua pundak V.

"Ah, iya. Aku tidak apa-apa," kata V, seperti orang linglung.

"Yakin kau tidak apa-apa? Kami khawatir kau luka parah."

Kepala V mengangguk di balik helmnya. Ia menatap seragamnya yang penuh lumpur, V menghela napas. "Terima kasih sudah membantuku, Ahjussi."

Setelah membungkuk sopan, V naik ke motornya lagi dan meninggalkan kerumunan warga.

Kali ini V tidak memikirkan Taehyung melainkan kejadian yang baru saja dialami. Dia kecelakaan, motor serta tubuhnya terbanting keras, tapi anehnya V tidak mendapatkan luka serius seperti luka sobek di tubuh.

Rasa nyeri memang ada, telapak tangannya terdapat luka kecil dan mengeluarkan darah. Tapi itu tidak seberapa.

Apa Tuhan melindunginya?


Maap baru sempet update :) niatnya chapter ini mau dipublish pas uas selesai, tapi gatau kenapa tangan Vivi tuh rasanya gatel wkwk.

Nikmatin aja chapter ini. Maap kalo kurang memuaskan, kurang ngefeel, dan segala-galanya. Because vivi ngetiknya ngebut, berasa lagi dikejar utang.

Ditunggu vote dan komentarnya, jangan jadi pembaca gelap dong kawans :)

Bonus foto nih.


Oh iya, sedikit pemberitahuan ya.

Kalian pasti nanya-nanya kan kok momen Taerin jarang muncul.

Jawabannya, di ff ini, Vivi gak fokus nyeritain taerin couple. Tapi, ini lebih fokus ke keluarga. Taerin momen bakalan ada, tapi mungkin gak sering muncul kaya ff taerin couple yang lain. Soalnya ff ini lebih fokus ke keluarga. Diinget ya. Kalo kalian gak mau baca ff ini lagi karena kecewa, silakan tinggalkan. Delete this story from your library :)

Makasih buat yang dukung ff ini :)

Minggu, 9 Desember 2018.

Continue Reading

You'll Also Like

93.7K 14.3K 19
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
294K 30.2K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
73K 6.6K 50
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
101K 9.8K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...