Mantan Suami - Tamat (HAPUS...

By deanakhmad

4M 215K 8.1K

PINDAH LAPAK KE KBM dan HINOVEL Delapan tahun berpisah, takdir kembali mengejek Eliya. Seolah-olah belum puas... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Enam (revisi)
Dua Puluh Tujuh
Tiga Puluh
Say Hi ...
pemberitahuan
Bantu Aku Dong
Epilog

Dua Puluh Delapan

94.4K 9.3K 476
By deanakhmad

Rajendra menatap Eliya yang terlelap dalam tidurnya, hanya dengan menggunakan bath rope ketika ia keluar dari kamar mandi.

Baju mereka belum selesai di laundry. Karena tak ada baju ganti, mereka terpaksa memakai jubah mandi yang disediakan pihak hotel.

Melemparkan handuk kecil, bekas mengeringkan rambutnya kesembarang tempat. Rajendra menghampiri Eliya yang tertidur menghadap balkon.

Tak pernah ada kata bosan bagi Rajendra, memandangi wajah Eliya tengah tertidur selalu bisa menenangkannya. Dari dulu hingga sekarang.

Setelah adegan penuh tangis dan makian di bibir pantai tadi sore, Rajendra membawa Eliya menginap di hotel.

Lagipula tak mungkin mereka pulang dalam keadaan baju basah. Rajendra sendiri pun merasa risih.

Menyingkirkan anak rambut yang berantakan, dan menyelipkannya ke telinga. Rajendra menatap lekat wajah damai Eliya.

"Aku nggak bisa nyingkirin rasa itu, El. Meski seringkali aku berusaha menguburnya dengan berton-ton kebencian." Lirih Rajendra kali ini mengusap lembut pipi Eliya dengan punggung tangannya. Merasai kelembutan yang tersisa.

Mengecup kening Eliya lama, Rajendra masih meraba perasaannya. Mencari reaksi yang hadir saat mereka bersentuhan.

Getaran itu hadir, tak pernah hilang dalam dirinya. Rasa yang ia anggap hilang nyatanya masih menduduki sisi hatinya yang masih dipenuhi nama Eliya.

Gejolak rindu dan sayang membelit menjadi satu, akal sehatnya tak lagi berfungsi. Memilih Menuruti apa kata hatinya.

"Aku mencintaimu, El. Sungguh masih mencintaimu." Bisik sepelan mungkin, membuat Rajendra menjatuhkan bulir airmatanya jatuh tepat dikening Eliya.

Untuk sekali saja, ia ingin memanjakan hatinya. Sebelum ia kembali pada realita.

Menjauhkan diri, kembali Rajendra membelai rambut Eliya. Kemudian Mengusap perut datar Eliya, berharap bahwa benihnya akan tumbuh di rahim wanitanya ini.

"Tumbuhlah dengan sehat di sana, sayang."

Menarik dirinya secepat mungkin, Rajendra menyambar bungkus rokok yang tergeletak di nakas dan menuju balkon.

Tak peduli sedingin apa angin laut pada malam hari, ia hanya ingin sendirian. Menjernihkan pikirannya.

Rajendra memang berharap agar Eliya hamil dan kembali menjadi miliknya. Meski ia tahu caranya begitu licik. Awalnya ia merasa tak terima, karena Eliya tertawa bahagia apalagi dengan pria lain.

Ia tetap tak menyukai kenyataan bahwa dirinya cemburu.

Menghembuskan napas berat, Rajendra bersandar pada pagar besi menghadap ke dalam kamar.

Ada sisi hatinya yang tak terima, jika Eliya pergi dari hidupnya. Apalagi cuma berdua dengan anaknya.

Rajendra mendecih. Anaknya. Anak yang diangkat Eliya dari panti asuhan itu maksudnya. Tidak akan pernah terjadi. Eliya harus tetap berada di dekatnya.

Rajendra mengeluarkan ponselnya, nama Salma tertera di layarnya. Mengabaikan panggilan teleponnya, Rajendra kembali menghisap rokoknya seraya menikmati wajah Eliya yang tengah tertidur.

Bip.

Sebuah notifikasi muncul di layar ponsel pintarnya.

Laporan lengkap bos. Kapan saya menghadap?

Cepat-cepat ia mengetikan sebuah balasan.

Kantor. Besok siang.

Rajendra menyesap batangan nikotin yang diapit dua jemarinya, kemudian menghembuskan asapnya melalui mulut dan hidung secara bersamaan kemudian memutar tubuhnya.

Ah, bahkan langit malam berkonspirasi untuk membuat harinya begitu muram. Tak ada bintang di sana, hanya ada awan merah mudah yang menyelimutinya.

Rajendra menengok ke belakang, melihat Eliya tertidur di tempat yang sama dengannya. Ia tak lagi membutuhkan bintang menemani langit, hanya Eliya yang ia butuhkan.

«««√√√»»»

Eliya mengerjabkan matanya, mengumpulkan setengah nyawanya yang belum genap.

Mengedarkan pandangannya, langit-langit kamar ini tak sama dengan kamarnya sendiri.

Astafirugllah! Dia ketiduran. Di kamar hotel.

Eliya mengedarkan pandanganya, ia tak melihat keberadaan Rajendra di kamar ini.

Eliya mendelik menyadari bahwa ia hanya memakai jubah mandi saat tertidur.

Ya Allah! Bagaimana bisa.

Semalam ia memang pura-pura tidur, untuk menghindari Rajendra. Setelah kejadian di bibir pantai kemarin, Eliya ingin menenggelamkan diri saja.

Dipeluk Rajendra tak ada dalam daftar keinginannya.

Ya Allah! Seru Eliya dalam hati.

Eliya menenggelamkan wajahnya di telapak tangannya, dan mengusapnya kasar.

Bagaimana ia akan bersikap setelah ini.

Eliya menyingkap selimutnya, berjalan menuju balkon kemudian mengulet. Merilekskan tubuhnya yang kaku sebangun tidur.

Pantai pagi hari memang indah. Nikmat mana lagi yang kau dustai.

"Sudah bangun, El?"

Eliya berjengkit kaget, mendapati Rajendra sudah berada di sampingnya.

"Jendra." Cicit Eliya.

"Bajumu sudah selesai di laundry, mandilah. Lalu kita sarapan."

Eliya mengangguk pelan, lalu beringsut mundur dan masuk kamar mandi.

Setengah jam kemudian, Eliya sudah berganti dengan bajunya yang kemarin. Ia pun juga terlihat segar.

"Makanlah." Titah Rajendra yang sedang mengunyah sarapannya.

Takut-takut Eliya duduk di seberang Rajendra dan mengambil sepiring sandwich tuna yang dilengkapi drngan kentang goreng.

Eliya mengerling ke arah Rajendra. Pria itu selalu terlihat rapi di manapun berada.

Ia tak bisa memungkiri fakta, jika Rajendra semakin terlihat tampan diusianya yang semakin matang seperti saat ini.

Rayya pasti bangga mempunyai ayah sepertimu. Andai tak ada tragedi itu. Mungkin mereka bertiga akan hidup bahagia. Tidak seperti sekarang. Hidup tercerai berai. Rayya dan Rajendra sama-sama tak saling mengenal jika mereka terikat darah.

"Jika dulu aku bilang sama kamu kalo aku hamil. Apa kamu bakal cerain aku, Jen?" tanya Eliya yang tiba-tiba.

Sesaat Tubuh Rajendra tiba-tiba membeku, ia bahkan berhenti mengunyah.

Hamil?

Rajendra kembali mengunyah makanannya, tapi tak menjawab pertanyaan Eliya.

Merasa diabaikan, Eliya kembali memakan sarapannya.

Pukul sepuluh pagi, Rajendra dan Eliya cek out dari hotel.  Semenjak pertanyaan Eliya tadi, Rajendra tak lagi membuka suaranya. Membiarkan Radio mengisi keheningan dia antara mereka.

Eliya pun turun dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata.

Satu yang menjadi keputusan Eliya. Rajendra tak perlu tahu keberadaan Rayya.

^

^--^^

Rajendra memacu mobilnya kembali ke kantor setelah mengantar Eliya pulang ke rumah.

"Jika dulu aku bilang sama kamu kalo aku hamil. Apa kamu bakal cerain aku, Jen?"

Ucapan Eliya Jelas membayangi pikirannya. Bahkan ia seolah tak menghiraukan keberadaan Eliya, karena pikiran yang berkecamuk.

Jika benar Eliya hamil. Lalu di mana anak mereka? Laki-laki ataukah perempuan? Apa anaknya akan setampan dirinya, atau secantik Eliya?

Ya Tuhan! Dia benar-benar dibuat frustasi.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Rajendra.

"Masuk!"

"Pak! Ada pak Johan yang ingin menemui." Jelas Manda tanpa melepas kenop pintunya.

"Suruh masuk!"

Manda menganggung dan menyingkir dari depan pintu, mempersilahkan Johan duduk di sofa tamu.

Rajendra memilih duduk di single sofa yang lansung disodorkan sebuah map berwarna kuning.


"Semua ada di sana, Pak."

Rajendra menemukan selembar foto lawas yang pernah ia temukan di kamar maminya. Meletakkannya di atas meja, Rajendra mulai membaca semua laporan yang sudah Johan ketik rapi.

Beberapa saat setelahnya ia menutup map tersebut dengan kasar. Wajahnya mengeras, dan kepalan tangannya menghantam meja kaca di depannya hingga retak.

Johan yang menjadi saksi, berjengkit ngeri. Jika bosnya bisa melakukan hal seperti itu. Mengebrak meja saja sudah membuat tangan memerah, apalagi menghantamnya dengan tangan kosong.

Tak mudah memang, tapi kenyataan yang tertera di laporannya, bisa jadi  menguncang Rajendra hingga memicu kemarahan seperti saat ini.

"Kutransfer sisanya. Sekarang pergilah!" Desis Rajendra dengan nada dingin kemudian berlalu keluar meninggalkan Johan.

Manda saja bergidik melihat tampang dingin Rajendra saat mereka besinggungan.

○◎○◎○

Surabaya, 17/11/2018
-Dean Akhmad-

Continue Reading

You'll Also Like

17.2M 823K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
89K 475 5
cerita-cerita pendek tentang kehamilan dan melahirkan. wattpad by bensollo (2024).
349K 117 9
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...
Istri Kedua By safara

General Fiction

177K 5.7K 39
nadilla di paksa menikah oleh suami orang untuk merawat suaminya yang mengalami kelumpuhan di seluruh badannya dan stroke selama 5 tahun ia di paksa...