Hellenium•Kth✓

By Vivi_Kim

158K 17.2K 3.2K

[ Complete Story ] Story About Kim Taehyung and V Kim. They are the twins brother. Story by, Vivi_Kim Cover... More

Prologue
Ch1. Cold that Warm
Ch2. V!
Ch3. V is My Inhaler!
Ch5: There is Love in His Eyes
Ch6: Could I Love Her?
Ch7: Memoria
Ch8: Young Forever
Ch9: This is Not Fair!
Ch10: Singularity
Ch11: Miss The Past
Ch12: Selfishness
Ch13 : Fake Smile
Ch14 : Worried About Taehyung.
Ch15 : Date?
Ch16 : Stubborn
Ch17 : Hope of V!
Ch18 : We are Twins!
Ch19 : Bad Feeling!
Ch20 : Maintaining Relationship
Ch21 : Regret?
Ch22 : Faithfulness in the Love!
Ch23: Park Jimin!
Ch24 : Jung Yerin!
Ch25 : Jaehyun-ie!
Ch26 : Sick!
Ch27 : The Twins in Danger!
Ch28 : Kidnapped?
Ch29 : Survive!
Ch30 : Sweet Dream of the Twins!
Ch31: Revenge?
Ch32 : Mission Success!
Ch33 : Dinner.
Ch34 : Winter Bear.
Ch35 : Simple Happiness!
Ch36 : I'm so Tired.
Ch37 : Where is Taehyung?
Ch38 : Welcome back, Tae!
Last Chapter, 39 : Give Up or Regret?

Ch4: Visit My Mother!

4.9K 544 89
By Vivi_Kim

Sorry yang kemaren ada kesalahan ya :v sekalian apdet deh 1 chapter, sekalian doain biar nilai uts vivi memuaskan yaa :') semangat Juga buat kalian yg lgi uts.


V memasuki kediamannya dengan langkah santai, ia membuka hoodie yang menutupi kepala lalu mengalungkan headphone di lehernya.

Keadaan rumah sudah sepi, yang pastinya sang ayah sudah bekerja sedangkan Taehyung dan Yewon masih di sekolah sedangkan Jaehyun bermain di taman bersama pengasuhnya mengingat sekarang pukul dua siang.

"Selamat siang, Tuan Muda V." Seorang pelayan yang melintas menyapa dan membungkukkan badan pada V.

V hanya berdeham lalu melanjutkan perjalanan ke kamar. Para pelayan yang sudah lama bekerja di rumah itu sangat memaklumi sifat V, terkecuali pelayan baru. Pasti mereka mengira jika V adalah lelaki yang angkuh dan tidak peduli sekitar.

Tangan kanan V meraih kenop pintu dan membukanya lebar-lebar. Langkahnya terhenti ketika melihat Taehyung ada di dalam, sedang berbaring di atas tempat tidur dengan napas memberat juga masih mengenakan kemeja sekolahnya.

Melihat itu, V mengembuskan napas berat. Pantas saja sejak di bus dadaku sakit, ternyata Taehyung kambuh.

V menghampiri saudara kembarnya yang masih tertidur. Mengambil sebotol minyak aromaterapi dari dalam laci.

Saat laci tertutup, Taehyung terusik. Ia membuka kedua mata sayunya, ketika tahu V-lah yang datang, ia tersenyum.

"Kau sudah pulang, V."

"Kenapa tidak meneleponku kalau kau kambuh?"

"Aku hanya tidak ingin membuatmu terganggu."

"Bodoh! Kenapa bisa kambuh, hah?"

Taehyung terdiam, otaknya berputar untuk mencari alasan yang tepat. Tidak mungkin ia mengatakan jika Jimin dan Jungkook-lah yang membuatnya kambuh, bisa-bisa V langsung menghajar mereka.

Taehyung tidak mau membuat V bertengkar dengan Jimin atau Jungkook, karena mereka berteman; walau tidak dekat, karena V mengikuti ekstrakurikuler dance dan karate yang juga diikuti Jimin dan Jungkook.

"Aish! Kau tuli, Tae? Sudahlah, tidak usah dijawab. Sekarang ganti seragammu, lalu aku akan mengobatimu."

"Terima kasih. Oh iya, bagaimana kabar Eomma dan Harabeoji?"

"Baik."

"Apa mereka tidak merindukanku?"

"Tidak."

Kau berdusta, V. Tak ingatkah tadi ibu dan kakekmu bilang kalau mereka merindukan Taehyung?

"Kelas 1-1!" Seorang siswi kelas 3 bername-tag Kim Sojung berseru agar adik kelasnya memperhatikan, karena ia dan empat teman lainnya ingin menyampaikan pengumuman.

Setelah semua murid diam, siswi di samping Sojung maju selangkah. Dia Jung Eunha. "Kami dari anggota dance Hanlim ingin menyampaikan pengumuman penting. Bisa minta waktu kalian sebentar?"

"Iya!" Mereka jawab dengan serempak, termasuk Yewon yang duduk di kursi paling belakang.

"Kami ingin menampilkan bakat kami di acara ulang tahun sekolah yang diadakan enam hari lagi. Berhubung satu anggota kami mengundurkan diri, jadi apa di antara kalian ada yang ingin menggantikannya? Tentu yang sudah bisa menari dan menghafal gerakan dengan cepat." Siswi bernama Jung Yerin menjelaskan.

Para siswi berbisik-bisik, ada yang menggeleng, ada juga yang tersenyum tak pasti.

Melihat responnya tidak mengenakkan, Sojung mengerucutkan bibirnya. Semua kelas sudah didatangi, ini adalah kelas terakhir. Dan hasilnya pun semua murid tidak ada yang mau.

"Apa ada yang ingin menggantikannya? Seru, loh!" kata Hwang Eunbi, berusaha membujuk teman seangkatannya agar mau masuk ke grup dance-nya.

Tetap tidak ada yang berminat. Yewon pun tidak berani mengangkat suara karena takut diejek oleh teman-teman sekelasnya.

"Baiklah, jika memang tidak ada yang berminat, terima kasih."

Dengan perasaan kecewa, Sojung, Yerin, Eunha, Yuna dan Eunbi pun keluar dari ruang kelas tersebut. Bersamaan dengan itu, bel pulang sekolah berbunyi keras.

Para murid berhamburan keluar kelas, beda dengan lima siswi itu yang masih setia merenung di dalam ruang latihannya.

"Bagaimana ini?" kata Yuna.

Eunha menyandarkan tubuhnya pada Yerin kemudian menutup wajahnya. "Eomma... aku putus asa."

"Teman-teman, kita tidak boleh menyerah! Kita harus bisa tampil berlima saja!"

"Tapi itu sangat sulit, Eonni," Eunbi mengeluh.

"Tidak akan sulit jika kita mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Ayo! Kita harus semangat," kata Sojung lagi.

Para adik kelasnya pun mengangguk, walau mereka sendiri tidak yakin bisa tampil berlima.

Saat sedang mengambil tas-nya masing-masing, pintu ruang latihan mereka terketuk beberapa kali, lalu terbuka dan menampakkan sosok gadis berambut panjang; Kim Yewon berdiri di sana.

"Permisi," cicitnya.

Sojung mempersilakan Yewon masuk. "Ada yang bisa kami bantu?"

Yewon berdiri dengan gugup. "A-Aku ingin menggantikan anggota kalian yang mengundurkan diri. Tapi–"

"Benarkah? Kau serius? Assa!" Eunbi melompat kegirangan, lalu mendekati Yewon.

Yang lain hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Eunbi.

"Eunbi-ya, biarkan dia berbicara sampai selesai," tegur Yerin.

Eunbi terkekeh. "Maaf, Eonni. Aku hanya terlalu senang. Baiklah, lanjutkan."

Yewon tidak berani berbicara lagi. Ia menggelengkan kepala lalu membungkuk. "Maaf sepertinya aku tidak jadi. Aku permisi."

Yewon berlari meninggalkan mereka. Yang lain menyalahkan Eunbi karena bersikap berlebihan dan membuat calon anggota barunya membatalkan niat.

Sojung melihat Yewon yang terduduk di halte bus seorang diri, ia berinisiatif untuk mendekati dan duduk di sampingnya.

"Kau yang tadi datang ke ruang latihan kami, kan?"

Yewon yang sedang melamun terkejut mendengar suara Sojung. Bibirnya berubah pucat.

"Kenapa tidak jadi menggantikan anggota kami? Apa karena Eunbi? Maaf, ya. Dia memang suka berlebihan."

Yewon menggeleng setelahnya. "Bukan karena Eunbi-ssi. Ini murni keinginanku. Aku hanya merasa tidak pantas ikut bersama kalian," jelasnya dengan suara kecil.

"Jangan merendah diri. Kau ini cantik, sopan pula. Jelaskan apa alasannya, hm?"

"Itu... aku hanya tidak ingin nama grup kalian jelek karena ada aku."

Sojung menukik alisnya tak mengerti.

"Aku tidak disukai murid-murid di sini, Sunbae. Aku hanya tidak ingin jika aku masuk ke grup kalian, kita mulai pentas dan mereka melempari kita dengan gumpalan kertas atau benda lain. Aku hanya tidak mau itu terjadi."

Sojung membulatkan bibirnya. "Kau tidak usah khawatir. Eum... siapa namamu?"

"Kim Yewon."

"Baiklah, Kim Yewon. Kenalkan aku Kim Sojung. Besok saat jam istirahat pertama datanglah ke ruang latihan dan kami akan mengajarimu."

Yewon mendesah kecewa karena lagi-lagi kota Seoul diguyur hujan deras. Wajahnya menghadap jendela bus yang masih dialiri air hujan, lalu jarinya membentuk pola bintang pada jendela tersebut yang berembun.

"Aish! Aku lupa membawa payung ataupun jaket." Yewon menggerutu saat bus hampir tiba di halte tempat biasa ia turun.

Bus berhenti, Yewon nekat turun dan menerobos hujan lalu berteduh di halte. Rambut dan tubuhnya sedikit basah, tapi dia tidak peduli.

Yewon duduk di halte bus sembari menunggu hujan reda, nyatanya sudah hampir setengah jam menunggu pun hujan tidak kunjung berhenti dan semakin deras. Angin kencang membuat Yewon kedinginan.

Ponsel!

Yewon baru ingat memiliki benda penting tersebut, ia mengambilnya dari dalam tas, lalu mencari kontak Taehyung dan menghubunginya.

"Angkat, Oppa!" Yewon bergumam.

Detik berikutnya panggilan di terima oleh Taehyung, ia memekik senang. “Halo? Yewon-ah, kau di mana? Hujan deras sekali, jangan main hujan-hujanan nanti kau sakit.”

Oh, lihatlah betapa pedulinya Taehyung pada Yewon. Rasa perhatian yang Taehyung berikan cukup untuk gadis itu yang tidak disukai oleh ayahnya.

"Aku di halte depan, Oppa. Aku ingin pulang tapi hujannya deras sekali."

“Ya sudah kau tunggu di sana, aku jemput, ya.”

Yewon berdeham, panggilan terputus dan Yewon kembali terdiam di halte. Ketika mengembuskan napas asap putih keluar dari mulutnya, menunjukkan betapa dinginnya cuaca saat ini.

Tak lama kemudian, sebuah mobil berwarna merah berhenti di depan halte. Yewon mematung. Tidak, ini bukan mobil Taehyung, tapi...

"Masuklah! Kau mau mati beku?"

Itu mobil V. Kakak yang selama ini ditakutinya lah yang menjemput. Dengan ragu, Yewon memasuki mobil tersebut dan duduk di sebelah V.

"Oppa, t-terima kasih," cicitnya.

"Tidak perlu berterima kasih. Aku hanya kebetulan lewat dan melihatmu di sini," balasnya dingin.

Yewon kembali bungkam. Jemarinya saling meremat satu sama lain di atas pahanya. Ia benar-benar takut sekarang. Ingin bertanya kenapa tidak Taehyung saja yang menjemput, tapi Yewon tidak berani karena takut dianggap tidak tahu diri.

Lebih baik diam saja.

V melirik Yewon, gadis itu tengah memeluk dirinya sendiri akibat dingin. V menghela napas, ia menepikan mobilnya dan melepas jaket yang dikenakan lalu memberikannya pada Yewon.

"Oppa?"

"Pakailah. Kalau kau sakit pasti sangat merepotkan."

"Terima kasih."

Dari jendela kamarnya, Taehyung melihat mobil saudara kembarnya memasuki pekarangan rumahnya. Ia tersenyum kecil, apalagi saat melihat Yewon mengenakan jaket V untuk menutupi tubuhnya yang basah.

Taehyung bergegas keluar kamar dan menunggu kedatangan adik-adiknya di bawah.

"Kalian sudah pulang," kata Taehyung.

Yewon tersenyum, ia menghampiri Taehyung.

"Oh iya, maaf aku tidak bisa menjemputmu, ya."

"Tidak apa-apa, Oppa. Untung saja ada V Oppa, kebetulan dia lewat dan kami sekalian pulang bersama."

Taehyung tersenyum mendengar alasan V dari Yewon. Sekalian lewat apanya? Bahkan saat Yewon menelepon kau ada di sampingku.

"Ya sudah kau mandi dulu, habis itu istirahat."

Yewon mengangguk. "Apa Ahjumma masak? Aku lapar, hehe."

Taehyung tersenyum gemas. "Mandi dulu, habis itu makan dan istirahat."

"V!"

Tidak ada jawaban.

"V?"

Masih tidak ada jawaban.

"Aku tahu kau belum tidur, V."

Seorang lelaki yang berada di dalam gundukan selimut berdecak sebal. "Kau itu sangat berisik, Tae."

"Kenapa melewatkan makan malam?"

"Aku tidak lapar."

"Aku khawatir padamu, V. Hatiku tidak akan tenang jika belum melihatmu makan."

V mengembuskan napasnya, lalu berbalik menghadap Taehyung yang masih setia duduk di pinggiran kasur.

"Sekarang maumu apa? Aku ingin cepat-cepat tidur."

Taehyung menempelkan jari telunjuknya di dagu seraya berpikir, sesaat kemudian menjentikkan jari. "Aku ingin makan malam bersamamu."

Alis V terangkat sebelah. "Bukankah kau sudah makan malam?"

"Memang apa salahnya? Aku kan ingin makan yang banyak agar tubuhku bisa sepertimu."

V menggeleng-gelengkan kepala. Jika sudah melihat tingkah Taehyung yang begini, V semakin yakin jika dirinyalah yang pantas lahir duluan.

Pintu utama terbuka dengan kasar. Seorang lelaki berkepala empat berjalan dengan sempoyongan sambil menenteng tas kerjanya.

Remaja lelaki yang sedang berbaring di sofa depan televisi pun terkejut mendengar pintu terbuka dengan amat keras.

"Aish, sepertinya dia pulang," gumamnya, sambil melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

V, remaja itu meraih remote TV dan mematikan benda tersebut, lalu beranjak dari sofa menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

Saat tengah menaiki tangga, sang ayah yang baru pulang dalam keadaan mabuk itu terjerembab ke lantai karena tersandung kakinya sendiri. V menoleh sebentar, kemudian memutar bola matanya malas.

V memerhatikan ayahnya yang berusaha bangkit, setelah berhasil berdiri sepenuhnya, ia berjalan ke arah sofa, menghempaskan tas kerjanya ke atas meja.

"KIM TAEHYUNG!" Taesung berteriak lantang.

V menatap pintu kamarnya yang terletak di atas, belum ada tanda-tanda Taehyung akan keluar. Lelaki itu langsung berlari dan melihat keadaan saudara kembarnya.

Begitu sampai di kamar, V mengembuskan napas lega ketika melihat Taehyung sudah tertidur lelap. Ia pikir Taehyung kambuh lagi.

"TAEHYUNG!"

Ayahnya kembali berteriak. V berdecak kesal, ia berniat menutup pintu dan menguncinya, tapi diurungkan ketika telinganya mendengar suara teriakan adik perempuannya dari bawah.

V berusaha tidak peduli, tapi saat bunyi pecahan benda menusuk gendang telinga, ia menjadi sedikit khawatir.

"Suara apa itu, V?"

"Ke mana saja kau baru pulang jam segini, hah?" bentak Taesung.

Yewon menangis keras. Ia memegang pipinya yang habis ditampar oleh sang ayah.

"Kalau ditanya orang tua itu jawab, anak sialan!" Pria dewasa itu membanting vas tepat di samping tubuh Yewon.

"A-Aku sedang latihan untuk acara nanti, Appa," sahutnya pelan.

"Latihan?" Ia tertawa remeh. Berjongkok di hadapan anak gadisnya dan dengan tidak berperasaan ia menjambak rambut Yewon. "Jangan coba-coba membohongiku. Anak tidak berguna sepertimu latihan apa?"

Yewon meringis. Bau alkohol yang sangat menusuk membuatnya ingin muntah saja. Taesung melepas jambakan itu dengan kasar, lalu berdiri.

"Aku tidak bohong, hiks. Aku–"

"Mulai besok dan seterusnya, aku tidak akan pernah memberimu uang lagi. Kau dan ibumu sama saja, sama-sama menyusahkanku."

Setelahnya, sang kepala keluarga pergi meninggalkan putrinya seorang diri di ruang keluarga. Yewon menangis tersedu-sedu. Kenapa keluarganya begini? Siapa ibunya? Kenapa sang ayah bilang bahwa ibunya hanya bisa menyusahkan.

Yewon tidak menyalahkan takdir karena ia terlahir dari seorang wanita nakal. Hanya saja, ia sedikit iri pada kakak kembarnya dan juga sang adik, walaupun mereka juga pernah dibentak, tapi tidak pernah dibedakan sampai seperti ini.

"Yewon-ah."

Gadis itu mendongak, air mata yang sedari tadi tertahan di pelupuk langsung terjun bebas melewati pipinya ketika sang kakak sudah berada di depan.

Taehyung berjongkok. "Kau kenapa, hm?" tanyanya lembut.

"Ak-aku..."

"Ayo, ke kamarku saja. Nanti Appa memarahimu lagi kalau dia tahu kau masih menangis di sini."

Taehyung memapah tubuh Yewon yang bergetar. Isakan pilu itu sungguh menyayat hati seorang Kim Taehyung.

Taehyung yang awalnya sedang asyik tidur pun terkejut ketika mendengar suara pecahan benda dari lantai bawah, ia bertanya pada V pun percuma saja karena saudara kembarnya sama sekali tak menyahut.

Ketika dirinya sampai tangga, rasa kantuknya mendadak sirna saat melihat sang adik sedang menangis. Wajahnya sembab dan terlihat lelah, jangan lupakan rambutnya yang berantakan.

V tidak tidur. Ia hanya memejamkan mata saat Taehyung masuk ke kamar bersama Yewon yang menangis sesenggukan.

Sudah lebih dari limabelas menit Taehyung bertanya, tapi V belum mendengar penjelasan apapun dari Yewon, dalam artian Yewon belum mau menceritakannya.

"Yewon-ah, kumohon jangan menangis lagi," pinta Taehyung.

Ia paling tidak suka melihat adiknya bersedih. Melihat tangis Yewon tak kunjung berhenti, Taehyung berinisiatif mengambil air minum yang berada di kamarnya, lalu menyerahkan pada Yewon.

"Minum dulu, sedikit saja tidak apa-apa."

Gadis itu mengambil gelas yang diserahkan Taehyung dengan tangan gemetar, lalu meminumnya secara perlahan.

Taehyung masih menunggu adiknya tenang, tak peduli sekarang sudah pukul setengah sebelas malam.

"Oppa?"

"Hm?"

"Apa kehadiranku sangat salah di mata Appa?"

Taehyung tersenyum lantas menggeleng. "Kenapa kau berpikiran begitu, hm?"

"Apa sebaiknya aku pergi saja dari sini? Aku ingin tinggal bersama nenekku saja." Ia kembali menitikkan air mata.

"Maksudmu apa? Aku tidak mengizinkan, kau harus tinggal di sini bersama kami!" bantah Taehyung.

Gadis itu menghapus air matanya. "Lalu bagaimana aku membayar uang sekolah, Oppa? A-Appa bilang aku hanya menyusahkan, Appa tidak akan  memberikan uang lagi untukku."

"Apa?"

Baik Taehyung maupun V yang berada di balik selimut pun terkejut. Taehyung membuang napas kasar. Ayahnya memang sudah keterlaluan.

"Ya sudah kau tidak usah khawatir. Sekarang coba ceritakan padaku, kenapa kau selalu pulang malam?"

"Aku latihan dance untuk acara ulang tahun sekolah nanti."

"Latihan dance?" Taehyung terkejut. "Kau masuk club dance?"

Gadis itu menggeleng pelan. "Aku hanya menggantikan salah satu anggota yang tiba-tiba mengundurkan diri."

"Jadi... kau menggantikan posisi salah satu teman Sojung Noona? Astaga kenapa tidak bilang dari kemarin, Won-ie?"

"Aku takut Oppa tidak mengizinkan."

Taehyung terkekeh gemas. Ia mengusak rambut tebal sang adik. "Tapi mereka memperlakukanmu dengan baik, kan?"

Gadis itu mengangguk mantap. "Mereka baik sekali padaku, Oppa. Terlebih Yerin Eonni."

"Yerin?"

Yewon mengangguk mantap. Sedangkan Taehyung berusaha mengingat-ingat nama itu.

"Iya, Jung Yerin nama lengkapnya. Dia baik sekali Oppa, bahkan dia selalu menyuruhku untuk main ke rumahnya. Tapi sayang, rumahnya jauh sekali." Yewon menghentikan perkataannya saat melihat sang kakak terdiam memikirkan sesuatu.
"Oppa kenapa, sih? Daritadi melamun terus!" sentaknya.

Taehyung menggeleng cepat. "Tidak apa-apa. Ya sudah kau kembali ke kamar, ya. Sudah malam."

Sementara sang adik sudah pergi meninggalkan kamarnya, Taehyung terduduk di tempat tidur sambil memandang langit yang sedikit mendung.

Angin malam yang berembus terasa seperti membelai wajah Taehyung. Pemuda itu tersenyum kecil.

"Tutup jendelanya, Tae."

Suara V yang amat rendah membuat senyum Taehyung luntur. "Kupikir kau sudah tidur," kata Taehyung.

"Cepat tutup jendelanya. Bukankah angin malam tak bagus untuk kesehatanmu? Jika kau kambuh lagi, aku yang repot."

Taehyung cemberut. Seperti anak kecil, ia menurut dan menutup kembali jendela itu dengan wajah sulit diartikan. Lalu berbaring di tempat tidur sambil memainkan ponsel.

Tiba-tiba, nama Jung Yerin kembali menari-nari di pikirannya lagi. Baru mendengar namanya saja, Taehyung sudah penasaran.

Tak lama, sekelebat ide muncul di kepala Taehyung. Ia berpindah tempat ke kasur saudara kembarnya yang langsung mendapat decakan sebal.

"V, aku mau bertanya." Taehyung menggoyang-goyangkan badan V yang masih berbaring.

"Apa lagi, sih?"

"Kau juga masuk club dance di sekolah. Apa kau kenal dengan Jung Yerin?"

"Tidak."

"Bagaimana bisa tidak tahu. Kalian kan satu anggota. Pasti—"

"Kenapa kau terobsesi sekali pada gadis bernama Yerin itu?"

"Aku hanya ingin tahu saja."

"Tidak penting sekali. Sana pindah ke tempat tidurmu sendiri!"

"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Taehyung tersenyum jahil lalu ikut berbaring di samping V, bahkan ia memeluk saudara kembarnya dengan erat.

"Hei! Kim Taehyung lepaskan!"

"Tidak mau." Putra sulung di keluarga Kim itu semakin mengeratkan pelukannya, membuat sang saudara pasrah. "Sudah berapa lama kita tidak tidur satu kasur seperti ini ya, V?"

"Mana kutahu! Ish, sesak bodoh! Longgarkan sedikit pelukanmu. Sudahlah, kalau kau mau tidur di sini jangan berisik."

"Tapi—"

"Sekali lagi bersuara kutendang bokongmu sampai kau jatuh."

Taehyung tutup mulut. Sungguh, walaupun Taehyung itu kakaknya, tapi ia takut jika V sudah mengancam.

"Selamat tidur, V."

Ini hari sabtu, V sudah berjanji pada ibu kandungnya untuk mampir lagi ke sana dengan mengajak saudara kembarnya.

"Kau tidak takut kalau Appa marah, V?"

Yang ditanya menggeleng. "Untuk apa aku takut dengan manusia sepertinya."

Taehyung mengembuskan napas pelan. "Kalau begitu aku akan mengajak Yewon dan Jaehyun juga."

"Taehyung!"

"Kasihan dia, V! Kau mau mereka mati di tangan Appa?" tanya Taehyung emosi. Sesaat kemudian tatapannya menjadi sendu, "kita ini kakaknya, V. Tugasnya melindungi, bukan membiarkan adik-adik kita dalam bahaya."

V memutar bola matanya jengah. "Terserahlah. Tapi tidak pakai lama, aku tunggu di bawah."

Taehyung mengangguk semangat. Ia bergegas ke kamar adik-adiknya untuk memberitahu, setelah itu ia pergi ke kamar sang ayah yang terletak di paling ujung. Ia harus membicarakan sesuatu.

Taehyung mengetuk pintu beberapa kali, setelah sudah dipersilakan masuk, barulah ia membuka pintu cokelat tersebut.

"Appa, bolehkah aku bicara sesuatu?"

Taesung yang sedang berkutat dengan laptopnya pun menoleh sebentar. "Bicara apa, Nak?"

"Mungkin ini sedikit kurang sopan, tapi apa tindakan Appa tidak keterlaluan?"

Taesung mengernyitkan dahi. "Keterlaluan?"

"Ya. Tentang Yewon. Appa serius tidak akan memberinya uang lagi? Bagaimana dengan uang sekolah Yewon?"

Lelaki berusia 40 tahun itu berdecak. "Sebaiknya kau keluar, Tae. Appa masih banyak pekerjaan."

"Kumohon, Appa. Kalau Yewon tidak sekolah lagi karena tidak bisa membayar uang bulanan bagaimana? Bukankah Appa sendiri yang malu pada rekan-rekan Appa? Pasti mereka menggunjing Appa karena Appa tidak mau membiayai sekolah anaknya sendiri."

"Ya... baiklah. Uang untuk membayar sekolah Yewon masih Appa tanggung. Selebihnya tidak ada. Puas? Sekarang kau bisa keluar."

"Kenapa kita menunggu di sini? Memangnya kita mau ke mana?" tanya bocah laki-laki yang berada di gandengan Taehyung.

"Tentu saja kita akan jalan-jalan naik bus. Kau mau, kan?"

"Asyik! Aku naik bus tayo!"

Beberapa orang yang juga tengah menunggu bus di halte merasa gemas dengan Jaehyun yang sangat cerewet dan tidak bisa berhenti bicara sejak tadi.

Memang sejak tadi Taehyung belum memberitahu ke mana mereka akan pergi, karena Taehyung khawatir Yewon tidak mau ikut ke rumah ibu kandungnya.

Ia juga sengaja tidak memilih naik mobil pribadi, malas mengemudi katanya. Apalagi jarak dari rumah ke rumah ibunya lumayan jauh, yang pasti jika naik mobil pribadi akan memakan waktu yang sedikit lama dibandingkan naik bus.

Tak lama, bus berwarna kuning itu datang. Jaehyun melompat kegirangan. "Yeay! Lani sudah datang! Ayo naik, Hyung, Noona!"

Rasanya, jika sudah bersama Jaehyun ia tidak bisa berhenti tersenyum. Ada saja yang dilakukan anak itu.

Sekarang V, Taehyung, Yewon, Jaehyun dan penumpang bus lain sudah berada di dalam dan mendapatkan tempat duduk masing-masing.

Taehyung memilih duduk di pinggir, sebelahnya ada Yewon yang kini tengah memandang ke luar jendela. Dan di belakangnya ada V dan juga Jaehyun yang tidak berhenti mengoceh.

"V Hyung, lihat! Itu ada Ghani!"

"Hmm."

V merespon dengan malas. Ia tak mengindahkan adik bungsunya sama sekali dan lebih memilih untuk fokus pada ponselnya.

Walau adiknya sangat cerewet dan menjengkelkan, tapi V sangat maklum karena ini pertama kalinya Jaehyun pergi jauh. Wajar jika dirinya senang melihat banyak kendaraan dan gedung-gedung tinggi di luar sana.

Berbanding terbalik dengan Jaehyun, Yewon sedari tadi hanya diam sambil memerhatikan jalanan. Taehyung dapat membaca kegelisahan adik perempuannya itu.

"Yewon-ie, kau baik?"

Yewon menoleh, lalu mengangguk sambil memberikan senyum palsu.

"Kau tenang saja. Appa tidak akan marah."

"Sebenarnya kita mau ke mana, Oppa?"

Taehyung menekan bel listrik yang terpasang di samping sebuah gerbang raksasa berkali-kali.

Yewon sempat dibuat bingung. "Kita di rumah siapa, Oppa?"

"Ibuku," sahutnya sambil tersenyum.

Tubuh Yewon langsung menegang. Apalagi ketika pintu gerbang mulai terbuka dan sang penjaga rumah menyapanya dengan sopan. Mendadak telapak tangannya mendingin dan berkeringat.

"Pagi Tuan Muda Taehyung, Tuan Muda V."

"Ahjussi, arah matamu salah. Dia V dan aku Taehyung. Aish, masih belum bisa membedakan kami?" Taehyung bersungut-sungut.

Penjaga rumah tertawa pelan. "Ahjussi hanya bercanda, Tuan. Silakan masuk. Tuan Besar dan juga Nyonya Go ada di dalam."

Taehyung mengangguk. Ia mengajak Yewon dan Jaehyun masuk. Di depan mereka sudah ada V.

"Aku takut, Oppa."

"Takut kenapa?"

"Aku takut mereka tidak menyukaiku." Karena ibuku yang membuat keluargamu hancur, Oppa.

"Tenang saja. Mereka baik, kok."

Kini, keempatnya sudah berada di dalam ruangan yang sangat megah bak istana. Jaehyun sampai menganga dibuatnya. Selain besar, rumah ini pun sangat bersih dan rapi.

"Selamat datang cucuku." Pria tua menyambut kedatangan mereka dengan ceria.

Taehyung langsung berhambur ke pelukan sang kakek. Sejak neneknya meninggal dua tahun yang lalu, ia menjadi sangat dekat dengan kakeknya. Padahal dulu Taehyung dan pria tua itu sangat musuhan.

"Ish, memalukan!" desis V.

Taehyung tersadar dan ia melepaskan pelukannya dari tubuh tegap sang kakek.

"Maaf, Harabeoji. Aku suka lupa, hehehe."

Kakek Go menggelengkan kepalanya. "Omong-omong, kalian bersama siapa?"

Yewon langsung menunduk takut. Sedangkan Jaehyun menghampiri Kakek Go dengan semangat. "Hyung, apa dia kakekku?" tanyanya pada Taehyung yang langsung diangguki olehnya.

"Hore! Akhirnya aku bisa melihat wajah Harabeoji."

Pria tua itu mengerutkan kening. "Apa mereka berdua anak dari wanita yang sudah menghancurkan keluargamu?"

Jantung Yewon terasa ingin lepas saat Kakek Kim berkata dingin. Mungkinkah... ia tidak disukai oleh orang untuk yang kesekian kalinya?









Menarik gak sih ff-nya? Kalo gak menarik mau di stop ae :''(

V atau Taehyung? Tebak sendiri gaess :v


Minggu, 7 Oktober 2018

Continue Reading

You'll Also Like

250K 36.9K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1M 86.6K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
72.2K 6.5K 49
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
199K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...