Erstwhile - Hujan

By yyoonina

52.9K 5.6K 587

Jungkook mengerti dunianya bukan sembarang kendali. Genggaman memorinya yang terus menyayat hati lepas dan lu... More

P r o l o g
Chapter 01 - Rain
Chapter 02 - Rain
Chapter 03 - Rain
Chapter 04 - Rain
Chapter 05 - Rain
Chapter 06 - Rain
Chapter 07 - Rain
Chapter 08 - Rain
Chapter 09 - Rain
Chapter 10 - Rain
Chapter 11 - Rain
Chapter 12 - Rain
Chapter 13 - Rain
Chapter 14 - Rain
Chapter 15 - Rain
Chapter 16 - Rain
Chapter 17 - Rain
Chapter 18 - Rain
Chapter 19 - Rain
Hidden Story
E p i l o g
...
... (2)
Trailer
Notsourgentbut- better read first

Chapter 20 - Rain

1.7K 141 19
By yyoonina

Aku tahu ini sangat egois. Melukaimu dan merasa terluka karenanya, sehingga tidak mudah untukku bertahan lebih lama.

Aku hanya tidak bisa membandingkannya dengan keegoisan memaksamu untuk tetap bertahan. Bukannya itu sama seperti membiasakan luka menyentuh garam?

-Jungkook-

***

"Jeon." sesungguhnya Yoongi sadar napasnya terputus hanya karena satu marga itu.

Ia menemukan adiknya. Terasa sangat aneh karena ia melihat Yoonji justru beringsut perlahan-lahan bersembunyi di balik lengan Jungkook. Mata Yoongi sadar dengan tangan Yoonji yang mengerat di lengan Jungkook seolah minta diselamatkan.

Yoongi menghela, mengisi kembali kekosongan napasnya, "Terlihat seperti kau sudah mendapatkan ingatanmu kembali," Yoongi berujar sinis. Tidak acuh akan kehadiran Yoonji yang  makin terlihat berusaha menolak kehadirannya dengan melarang Jungkook untuk berdiri. "dan sepertinya baik-baik saja." Lanjut Yoongi dengan bibir setengah terangkat.

Jungkook memberi sedikit pengertian yang lembut, berkata dengan bahasa yang meyakinkan agar Yoonji mau melepas tangannya. Kemudian, ia berdiri menghadap Yoongi dengan wajah menunduk, "Maaf—"

"Simpan itu untuk dirimu sendiri. Aku tidak membutuhkannya." Yoongi melirik adiknya yang berada di belakang punggung Jungkook, kembali memastikan meskipun ekspresi gadis itu masih sama. Sekilas sebelum dirinya kembali berkata dengan nada tegas, "Atau setidaknya kau bisa lakukan hal lain,"

"—seperti menyingkir dari kehidupan adikku."

***

"Min Yoonji-ssi."

Pemilik nama merespon dengan anggukan kecil, namun sepertinya pemanggil merasa belum mendapatkan jawaban hingga kembali memanggilnya.

"Ya, dokter."

Hari ini, biar Yoonji tebak. Suhu ruangannya lebih dingin dari biasanya. Pikirannya mengedar pada satu hal favorit yang sementara harus pergi. Ia tak lagi mendengar sapaan ketuk dari jendelanya. Jadi, mungkinkan ia akan bertemu salju?

Yoonji merasakan tangannya digenggam dengan hangat. Genggaman itu menguat seolah meminta dianggap presensinya pada detik berharga yang akan dimiliki gadis itu.

"Oppa."

Tidak menjawab, Yoongi hanya menggerakkan jempolnya dengan stabil, menyalurkan lembut melalui sentuhan sederhana dengan harapan bisa membuat gugup Yoonji berkurang.

"Akan kami mulai untuk membuka perbannya." kalimat itu meluncur bagai sirine peringatan untuk Yoonji. Ia sempat terkejut merasakan jari dokter menyentuh perban di kepalanya.

Tangan Yoongi masih setia bersatu dengan miliknya, jika lepas, Yoonji yakin jantungnya akan kacau tidak terkendali. Setengah takut, setengah bahagia. Ia bingung harus merasakan apa hingga hanya degupan kencang yang tersisa.

Terus Yoonji merasa seperti itu hingga dokter menyelesaikan tugasnya dan berujar dengan wibawa, "Buka mata anda pelan-pelan..."

Yoonji menghitung dalam hati, bersiap sekaligus merasakan kelopak matanya bergetar namun masih enggan terbuka. Gelapnya sebentar lagi berubah menjadi terang, ia harus berpikir seperti itu, kan? Keberanian itu mungkin tidak akan muncul jika Yoongi tidak berbisik, "Tatap aku, Yoonji."

Itu jebakan. Kalimatnya terlihat membantu untuk meyakinkan sekaligus memaksanya untuk membuka mata. Ia tidak tahu apakah itu gerak reflek atau hitungannya sudah berhenti tepat pada waktunya.

Sungguh, senyum Yoongi sangat indah dengan samaran bias oranye cahaya senja.

Indah sekali.

Aku bisa melihat.

***

Jeon Jungkook. Berulang kali ia pastikan bahwa benar nama lengkapnya yang tertera pada secarik kertas berupa tiket. Tidak ada yang berubah, berkali-kali mengelak, tetap ia harus berangkat menuju bandara.

Ia tidak menyiapkan barangnya secara teratur, toh siapa yang menginginkan perjalanan ini. Semua pakaiannya hanya dimasukkan seadanya ke dalam koper dan hanya memastikan bahwa kopernya cukup etis untuk ditenteng menuju Amerika.

Melihat deretan mobil yang berjejer di depan rumahnya membuat Jungkook muak. Pria tua itu pasti bahagia mendengar pilihannya.

Jujur, ia tidak pernah mau melakukan hal yang tidak diinginkannya. Akan tetapi, entah mengapa, hal ini adalah satu-satunya cara yang bisa Jungkook lakukan untuk membayar masa lalunya.

Ini yang diinginkan Yoonji. Jika ia tidak mengelak malam itu, ia tidak akan emosi, dan Yoonji yang terjebak satu mobil dengannya tidak akan merasakan kecelakaan itu sehingga tidak membuatnya buta.

Sial. Jungkook hampir seperti orang gila karena berusaha seperti tidak ada apa-apa sebelumnya, berakhir dengan depresi beberapa minggu belakangan.

Hari itu, Jungkook benar-benar menikmati setiap kurva dari wajah Yoonji. Maniknya melembut seolah genggamannya yang hampir merenggang melepas gadis itu.

Ia pikir, ingatan manusia memang aneh. Apa ini sebabnya ia ingin terus datang menemui gadis itu? Memorinya mungkin kehilangan semua tentangnya, tapi perasaannya tidak. Barulah kesadarannya menyodorkan fakta bahwa ia harus melepas gadis itu melalui perasaannya juga.

Sial -lagi. Kepalanya mendadak pening, secara tidak langsung memaksanya terduduk di ujung kasur dengan kerutan di dahi.

Pintu kamarnya terbuka, Seokjin berdiri di sana dengan ekspresi seadanya, "Jungkook-ah."

Alis Jungkook terangkat. Bahasa tubuh paling sederhana yang bisa ia lakukan dalam mewakili kalimat tanya, "Ya? Ada apa?"

"Kau tidak boleh ketinggalan pesawat."

Sontak Jungkook menilik jam nakasnya. Pukul lima sore.

Sial —lagi dan lagi.

Ia harus benar-benar pergi.

***

"Kau menunggu hujan lagi?"

Gadis itu menengok dengan wajah tak terbaca. Tangannya terulur seolah sudah siap menyapa air hujan. Sayangnya, saat yang bersuara menatap langit, awan masih sanggup menahan airnya agar tidak terjatuh hingga berwarna keabu-abuan.

"Pepatah yang bilang, mendung tak berarti hujan." lelaki itu berujar singkat seraya memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Setidaknya itu yang ia pelajari dari beberapa tokoh drama.

Ia mendapati gadis itu tersenyum dari ujung matanya. Helaan napas terdengar sebelum suara gadis itu menyapa telinga, "Tidak penting apakah ia akan datang atau tidak. Toh ia tidak datang karna diminta dan ia akan datang tanpa diminta."

Jawaban gadis itu tidak pernah berubah. Semua tatanan kalimat yang dilontarkan seolah ia berada pada dunianya sendiri, dimana hanya ada dirinya dan hujan. Tanpa sadar, lelaki itu tidak mengalihkan pandangan sedikitpun dari senyum gadis itu.

"Min Yoonji, kelas 2-3." lelaki itu menggumam.

Pemilik nama terpaksa menengok untuk kedua kalinya. "Kau mencari informasiku?"

"Sekolah kita berseberangan." jawab ia jujur. Sebenarnya, nama Min Yoonji tidak terlalu sulit ia cari karena ia sering terlihat familiar. Ia bahkan hanya dua sampai tiga kali bertanya untuk mendapatkan informasi gadis itu.

Yoonji menghela, "Baiklah anak populer, Jeon Jungkook."

"Eh! Kau juga mencari informasiku?" Jungkook membeo. Ekspresinya seperti penggambaran orang dewasa menang lotre mengetahui gadis yang ia tanyakan melakukan hal yang sama.

Namun jawaban gadis itu cukup singkat, "Name tagmu."

Pandangan Jungkook berubah kecewa. Sial, ia ditipu. Melihat hal itu dengan cepat gadis itu tertawa, "Hey, bro. Kau tidak benar-benar merasa populer, kan?"

"Memang aku populer." Jungkook berusaha terus bersikap cool walaupun harga dirinya baru saja seperti terinjak-injak.

Yoonji menggeleng masih diiringi dengan tawa renyah, "Aku tidak percaya."

"Kalau begitu ayo buktikan. SMA nanti kita bisa pergi ke sekolah yang sama."

Tidak diduga, ucapannya barusan membuat suasana menjadi hening. Yoonji menghentikan tawanya tanpa alasan lalu memandangi Jungkook tanpa suara.

Jungkook mengalihkan wajah secara kikuk, menghindari ekspresi tak wajar dari Yoonji. Anak itu merasa salah tingkah, "A-aku salah bicara?"

"Tidak. Tapi boleh juga."

Lelaki itu hampir tidak mengambil napas jika Yoonji tidak kembali mencairkan suasana dengan senyum tipisnya.

Terpaksa Jungkook ikut tertawa seraya menyebar pandangan canggung. Fokusnya yang terpecah mendadak berkumpul pada satu objek yang menggantung di tas kecil Yoonji.

"Oh? Gambarku?" Jungkook mengarahkan telunjuknya pada secarik kertas bergambar yang telah dilaminasi dengan mika lalu dilubangi untuk diberi gantungan dan memasangnya di tas. Yoonji mengikuti arah telunjuk Jungkook lalu mengangguk. "Eung, gambarmu. Tapi sudah jadi milikku, kan."

Anak lelaki itu memerhatikan lamat-lamat goresan yang terkesan asal-asalan itu. Tidak menyangka bahwa gambar sepuluh detiknya bisa diperlakukan sespesial itu.

Tangannya yang terdiam tiba-tiba bergerak melepas ransel. Yoonji tidak dapat untuk tidak tertarik dengan apa yang akan Jungkook lakukan.

Sebuah sketch book dan pensil ia keluarkan dengan mudah dari salah satu bagian ransel, seolah ia telah menyiapkan hal itu sebelumnya.

"Aku berlatih menggambar. Sesuai janjiku, akan aku gambarkan yang lebih baik ketika kita bertemu, kan?"

Tiga puluh detik, sampai semenit kepalanya masih menunduk memerhatikan detail goresan yang dibuatnya. Terhitung sampai satu menit, Jungkook akhirnya merobek kertas bergambar itu tanpa perhitungan.

"Hujan."

Uluran tangan Jungkook tidak bisa meluputkan senyum sumringah dari Yoonji. Ia sangat menyukai hujan rupanya.

Tangan anak lelaki itu disambut hangat dengan milik Yoonji, secara tulus gadis itu berterima kasih dan mengambil gambar itu dengan senang hati. Sebenarnya belum banyak berubah. Awannya masih berupa bulatan abstrak, Jungkook hanya menambah detail rintiknya dan membuat gambarnya lebih berbentuk.

"Seperti yang aku katakan sebelumnya, ia tetap datang sekalipun tidak diminta." gumam Yoonji masih melekatkan pandangannya pada gambar yang baru saja beralih tangan menjadi miliknya.

Buktinya aku bertemu denganmu lagi di sini, bahkan tanpa hujan yang sesungguhnya. Yoonji tersenyum melihat Jungkook yang bahkan belum bersuara, "Sekali lagi terima kasih."

***

Yoonji mulai terbiasa tanpa diiringi ketukan yang menyapa. Pertengahan tahunnya telah berakhir ditandai salju yang menumpuk di sisi jendela. Senyumnya terus merekah dengan ujung jari yang seolah menangkap kristal bening itu dari balik kaca.

Ia tidak tahu, atau memang hujannya sudah benar-benar berakhir. Baru beberapa bulan dan ia sudah merasa rindu. Atau... beberapa tahun?

Jungkook adalah hujannya di masa lalu, alasannya mengapa ia tidak pernah membenci hujan karena ia datang dengan hal yang menyenangkan. Membuatnya menunggu tanpa janji akan datang.

Ia sadar, bahwa kedatangannya yang siap mengisi sudah cukup menjadi alasan yang tidak dapat dibenci.

Di sisi lain, Jungkook terus menatap ke belakang tanpa maksud untuk menangkap visual yang sesungguhnya. Dengan koper yang sudah siap saksi buktinya pergi, pikirannya menaruh banyak harap.

Terakhir kali, ia sadar bahwa Yoonji adalah hujannya. Dan gadis itu masih menjadi hujannya.

Dari arah luar jendela, hujan yang ia lihat tidak berbentuk cair seperti biasa. Sayangnya, Jungkook masih saja tidak bisa menggapai apapun.

Salju bisa saja hilang jika ia menyentuhnya, namun saat ini ia sudah merasa kehilangan bahkan ketika belum melakukannya. Untuk hujan yang selalu lolos dari sela jarinya.

Langkah yang terukir seolah menjadi gambaran dari keduanya tentang hujan yang memberi tanda lalu menghilang, menguap tanpa jejak hingga tidak dapat memberi harapkan untuk kehadiran yang sama.

Namun haruskah mereka terus menunggu sesuatu?

Bahwasannya mereka akan mencoba terus percaya. Berkali-kali hujan pergi, mereka tahu ke mana mereka akan kembali.

***

Fin.






Fanfiksi Rain selesai jugaaaaaa... Yeayyyy...
Maaf kalo ending tidak memuaskan :(( hanya ini satu-satunya jalan yang bisa aku pikirkan. Sebenernya ada alternatif, aku pengen buat epilog yang merupakan terusan ending dari ini. As always, aku selalu buat "Epilog" sebagai ending lain dari chapter terakhir. Tapi aku berubah pikiran buat nerbitin Epilog yang semacam itu :(( mungkin lain kesempatan bisa aku buat happy ending versionnya. Karna, menurutku ya ending dari cerita Rain ya ini ^ω^

Masih ada hidden story sama epilog nih! 53m4n64t!!!

Rain 2k18
Yyoonina

Continue Reading

You'll Also Like

366K 10.3K 66
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
1.7M 126K 57
Ini tentang Jevano William. anak dari seorang wanita karier cantik bernama Tiffany William yang bekerja sebagai sekretaris pribadi Jeffrey Alexander...
102K 2K 17
[One Shoot] [Two Shoot] 1821+ area❗ Adegan berbahaya ‼️ tidak pantas untuk di tiru Cast : Taehyung (Top) Jungkook (bot) # 1 oneshoot (23/05/2024) #...
514K 1.8K 15
Di entot Temen suami enak banget