Erstwhile - Hujan

By yyoonina

52.9K 5.6K 587

Jungkook mengerti dunianya bukan sembarang kendali. Genggaman memorinya yang terus menyayat hati lepas dan lu... More

P r o l o g
Chapter 01 - Rain
Chapter 02 - Rain
Chapter 03 - Rain
Chapter 04 - Rain
Chapter 05 - Rain
Chapter 06 - Rain
Chapter 07 - Rain
Chapter 08 - Rain
Chapter 09 - Rain
Chapter 10 - Rain
Chapter 11 - Rain
Chapter 12 - Rain
Chapter 13 - Rain
Chapter 14 - Rain
Chapter 15 - Rain
Chapter 16 - Rain
Chapter 18 - Rain
Chapter 19 - Rain
Chapter 20 - Rain
Hidden Story
E p i l o g
...
... (2)
Trailer
Notsourgentbut- better read first

Chapter 17 - Rain

954 140 17
By yyoonina

Hujan kembali datang di saat yang ia inginkan. Sayangnya, kehadiran itu hanya seperti sekelebat mimpi pada tidur siang. Gadis itu hilang, dan ia tidak tahu di mana ia berdiri sekarang.

Kisah nyata atau suatu kebohongan?

***

Jungkook terbangun paksa dengan terpaan sinar matahari, memancar setelah bunyi tirai yang terbuka dengan sekali sentak. Pria itu menggerutu sekaligus menggeliat mengganti posisi. Akan tetapi dengan cepat Seokjin mencegahnya, membuat Jungkook yang terkejut langsung membuka mata dan mengarahkan pandangan pada tangan dingin pria yang lebih tua itu.

"Hyung..."

Tokoh yang terbaring tidak pernah tahu bahwa tatapan Seokjin lebih dingin dari yang pernah ia bayangkan.

"Maafkan aku, aku ingin mengatakan sesuatu."

***

"Pemikiran tuan Jeon adalah hal yang paling sulit ditebak daripada rumus matematika." Seokjin menggumam, memutarkan jari telunjuknya pada cangkir kopi setengah isi miliknya.

Taehyung menatap tak minat, menggumam lemah seraya mengangkat cangkirnya ke udara, "Kopi buatanmu bahkan lebih enak, lalu mengapa kau menghabiskan waktumu di kafetaria rumah sakit seperti ini." nadanya meremehkan, lebih tepatnya tidak habis pikir.

Seokjin tidak menjawab. Pandangannya masih mengambang pada cangkir putih yang saat ini sudah ia lepaskan. Menghela ketika matanya terpaku pada kontras warna kopi dan cangkirnya.

"Aku benci dengan kopi yang cocok ditaruh pada cangkir putih."

Mata Taehyung berubah arah, menatap cangkir milik kakaknya sekalipun komposisinya sama dengan miliknya. Kedua sudut bibir Taehyung terangkat barang sedetik begitu mengerti apa maksud dari ucapan Seokjin.

"Karena ketika isinya berwarna sama, gelas itu akan terlihat seperti kosong."

Helaan Seokjin lolos begitu saja. Benar juga, kenyataan yang menyedihkan menurutnya.

"Apa yang tuan Jeon katakan padamu?" tanya Taehyung mengalihkan topik. Sebenarnya pria itu lebih seperti sedang menerka sesuatu karena ia pun tahu bahwa tuan Jeon telah berkunjung sebelumnya. "Sepertinya ada ucapan beliau yang memberatkanmu."

"Entahlah, Taehyung."

"Ah, tidak mau bercerita?" Taehyung mengangguk-angguk remeh sembari mencebikkan bibir.

"Apakah seseorang harus mendapatkan kembali sesuatu miliknya walaupun itu terasa sakit?" Seokjin lebih seperti menggumam. Taehyung tak terlalu memerhitungkan hal itu. Ia biarkan tubuhnya tenggelam dalam rasa nyaman sandaran kursi sofa empuk yang sedang ia duduki.

"Kalau itu masalah Jungkook, harus atau tidak, ingatannya pasti akan kembali." balas Taehyung acuh, "Apa tuan Jeon menginginkan Jungkook untuk sembuh dari hilang ingatannya?"

"Mungkin."

Taehyung menunjukan senyum tak tulusnya, "Aku bertemu dengannya." helaan bercampur rasa frustasi membuat Taehyung menjeda kalimatnya, "Aku pikir ini mengapa banyak orang menyebut takdir itu kejam."

"Sebentar," Seokjin nampak memiringkan kepalanya bingung, "Maksudmu?"

Kedua bahu Taehyung bergerak naik sedetik, mengutarakan bahwa dirinya tak mau banyak menduga, "Gadis itu."

"Keadaannya kacau, aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Jungkook jika ia sudah mengingatnya." sambung Taehyung dengan nada rendah.

Suasana malam dan nada dari masing-masing membuat obrolan mereka lebih dari jamuan dan obrolan ringan. Keduanya terdiam, tetapi pikirannya sama-sama runyam.

Pertama kali Taehyung menemukan Jungkook sore itu, otaknya seperti terbelah menjadi dua. Dengan sangat jelas, ia melihat gadis itu, tepat berada di tempat yang sama dengan Jungkook berdiri.

Satu sisi ia ingin tidak menyembunyikan apapun, satu sisi sepertinya hal itu terlalu tiba-tiba, hingga pilihan jatuh pada spontanitasnya memanggil nama Jungkook untuk mengalihkan perhatian pria itu.

Berulang kali umpatan ia ajukan pada dirinya sendiri. Terlebih, Jungkook langsung limbung tepat menuju arahnya.

Kejadian itu membuat Taehyung terus berpikir ulang, apakah ketika Jungkook tahu akan membuatnya menjadi lega? Atau justru sama tersiksanya?

Kemungkinannya terlalu rancu, tidak dapat ia bayangkan. Hingga saat ini ia belum memutuskan.

Pikiran Taehyung itu harus terlerai dengan suara Seokjin yang membuat Taehyung terpaksa menegakkan tubuhnya.

"Apa menurutmu, tuan Jeon sedang merencanakan sesuatu?"

***

"Kau memikirkan sesuatu?"

Yoonji terkejut, tidak sengaja ia menarik tangannya cepat begitu Yoongi menyentuhnya. Bunyi piring bertemu sendok yang terjatuh ikut membuat gadis itu lebih terkejut. Terkaan Yoonji, hal itu pasti sempat membuat Yoongi menatapnya bingung.

"Ti-tidak." Yoonji mengambil sedikit napas untuk mengisi dadanya yang mendadak jadi sesak, "Maaf, aku sedikit kaget."

Napas kasar yang terdengar membuat Yoonji sedikit salah tingkah. Mungkin Yoongi menganggap jawabanya agak bodoh.

"Kau terkejut, berarti kau sedang melamun." ucapan Yoongi seperti sebuah simpulan. Entah mengapa Yoonji tidak nyaman akan nada yang Yoongi pakai, seolah kakaknya sedang marah atau apa, yang jelas pria itu tidak melanjutkan pertanyaan awalnya.

"Maafkan aku," cicit Yoonji. Akhirnya dengan berpikir berulang kali, Yoonji berusaha menyamankan kembali suasana di antara keduanya. "Kau membawaku memeriksa mataku, apa ada sesuatu?"

Tidak ada jawaban.

Berantakan sudah perasaannya. Padahal diamnya tadi sudah menambah repot pikirannya. Yoonji hanya tidak mengerti apakah ada yang salah dengan telinga atau hatinya. Karena sedari tadi, ia memikirkan tentang suara yang menyerukan hujan.

Ia ingin salah dengar, tapi hatinya justru memerjelas suara itu.

Pertengahan bulan. Saat matahari hampir tenggelam.

Entahlah.

Dan sekarang Yoongi masih saja membisukan diri. Inilah yang paling ia benci dari kakaknya. Membiarkannya terus menduga dan merasa bersalah dengan kesalahan yang menurutnya kecil. Yoongi dan maha benarnya.

Akan tetapi, Yoonji justru merasakan jari hangat yang menyapu pelan sudut bibirnya, merasakan bahwa secuil makanan ia singkirkan dari bibir pink Yoonji. Terasa sangat kontras dengan udara malam yang kian membekukan.

"Nanti kau juga akan lihat."

***

Jungkook menyenderkan tubuhnya pada tembok seraya melipat tangan di depan dada. Menebak, sebenarnya apa yang membuat pria yang lebih tua membuang waktu hampir lima menitnya dengan terus terdiam seperti itu.

"Hyung, kau serius ingin bicara?" ucap Jungkook tak sabar. Jika Jungkook tidak dapat menahan rasa pegal, ia akan benar-benar beringsut duduk di atas lantai sekalipun mereka sedang berada di tengah koridor.

Dilihatnya Seokjin masih terus memandang arah lain secara asal, membuatnya setengah khawatir setengah penasaran. Perilaku Seokjin yang membuatnya terkejut pagi tadi akan kalah menakutkan dengan bungkamnya sekarang.

"Hyung, kau tidak apa-apa?"

Seokjin mengerjap pelan, bukan terlihat seperti kaget, tetapi seperti telah memutuskan. Akhirnya sorot mata Jungkook terbalas oleh Seokjin saat itu juga.

"Kemasi barangmu, besok kau sudah boleh pulang."

"Benarkah?"

Seokjin mengernyit, terkejut akan reaksi terlalu bahagia adiknya itu. Jungkook yang menyadarinya hanya tertawa ringan, "Tanggal berapa sekarang?"

Sebelah tangannya keluar dari saku celana, membawa ponsel serta dalam genggamannya dan tanpa berpikir panjang, Seokjin membalas, "Tiga belas."

"Aku antar kau kembali ke kamar," genggaman Seokjin langsung lolos dari lengan Jungkook, membuat yang tua melayangkan pandangan bingung.

Jungkook yang sedang ditatap seolah tengah menjadi sebagai tersangka itu masih memertahankan wajah sumringahnya, "Sepertinya aku perlu berjalan-jalan mengitari rumah sakit sedikit lagi sebelum aku benar-benar pergi."

Mengapa tiba-tiba? Pikir Seokjin sejenak namun tetap tidak jatuh pada kata curiga.

"Baiklah, lima belas menit." ujar Seokjin sebelum berlalu.

Jungkook tersenyum dalam wajahnya. "Oke." merasakan senyumnya justru teralir sengatan yang paling menyakitkan.

Berangsur pandangan Jungkook berubah menjadi kosong, tidak ada makna yang dapat menjelaskan tatapan sia-sia itu.

Dalam dadanya, Jungkook merasa bahwa rusuknya hampir pecah karena detakan brutal jantungnya.

"Tiga belas, kalau begitu lima belas. Mengapa aku merasa gugup?"

***

Continue Reading

You'll Also Like

51.1K 5.1K 28
DOSA TANGGUNG SENDIRI!!! CERITA INI HANYA FIKTIF TIDAK ADA SANGKUT PAUT NYA DENGAN CERITA ASLI. Area B×B & G×G & B×G!!! Berbijaklah dalam memilih bac...
508K 12.6K 63
( jangan lupa vote+follow akun Author ya!!) "Aku hamil anak kamu." ucap nya dengan sedikit terisak. "Terus?" ucap mahen dingin. "......." "Gugur...
59.1K 352 5
oneshoot 🔞🔞 lanjutan Polos polos binal yang dihapus sama akun nya juga di hapus Karina X All Warning!!! đŸŒšđŸ„” penuh dengan uh ah