Vroom vroom vroom...
Kupacu motor ninja 250R milik sahabatku, Gerry. Ia meminjamkan padaku selama satu hari untuk aku bersenang-senang. Aku memacu gas gila-gilaan di seputaran wilayah dekat sekolahku yang biasa dijadikan arena balap liar. Waktu itu, aku dikawal Gerry, Nino, dan Satya. Mereka semua adalah orang yang ditakuti di sekolahku.
"Rikaaaa, awaaaas!" aku menoleh ke arah Gerry yang terbelalak, kemudian tawaku lenyap. Tubuhku melayang, aku merasakan sebuah benda besar menyeruak tubuhku.
Bruuukkk... Pandanganku gelap.
***
Author POV
Tahun 2017
Kelas Rika pagi itu belum terlalu ramai. Rika datang terlalu awal karena Mamahnya tidak memberikan dia sarapan. Ia hanya merintih lapar sambil tidur-tiduran di kelas.
Sosok pria tinggi, tampan, dengan rambut berantakan dan baju yang serampangan berjalan menghampiri Rika. Semua mata bergidik ngeri menatap sosok dingin itu.
"Rik, gue ada barang baru. Mau tau gak?" Gerry menggebrak meja Rika keras, Rika terkejut.
"Eh, kutu busuk. Bisa gak sih gak rusuh?! Gue ngantuk dan laper. Jangan ganggu gue, atau gue bakal tendang lo ke neraka!" sahut gadis itu judes.
Gerry tersenyum jail mendengar jawaban Rika. "Lo pernah liat ini?" tanya Gerry sambil menunjukan foto Ninja 250R warna merah.
"Wih, keren tuh. Anjiiiiir... Coba gue punya. Ah tapi mana mau Mamah beliin gue motor? Buat makan aja susah." sahut Rika lesu, kemudian meletakkan kepalanya di meja dengan malas.
"Eh, jangan sedih! Gue kasih pinjem seharian deh. Tapi, lo temenin gue bolos." kata Gerry menunggu jawaban Rika.
"Ah gak ah, gue lagi lemes." tolak Rika sambil memejamkan mata.
"Ayodah, gue beliin burger di Gading Serpong sama es krim kesukaan lo juga. Gimana?" Gerry tersenyum penuh harap.
"Hmm gimana yaa?" Rika terlihat menimbang. "Okelah kalo lo maksa, lesgo!" Rika langsung menyambar tasnya dan menarik Gerry keluar kelas. Mereka tertawa bahagia.
Gerry mengajak Nino dan Satya juga untuk menemaninya pergi. Dengan mudah mereka pergi dari sekolah menuju ke Markas, nama tempat mereka biasa warming up before die, istilah di geng mereka.
Diperjalanan, mereka memacu motor dengan gila-gilaan. Tiga motor waktu itu. Nino dibonceng Satya, Gerry dengan motor milik Satya, dan Rika dengan motor baru Gerry. Sudah menjadi hal biasa untuk geng yang dikenal dengan nama Redbull. Bisa dibilang geng mereka sudah dikenal di daerah sana.
SMA Mawar dulunya dikenal dengan sekolah anak-anak berprestasi. Namun sekarang, sudah berubah. Semenjak Redbull terbentuk, reputasi SMA Mawar kini dikenal sebagai sekolah yang gemar tawuran dan balapan liar. Rata-rata murid di sana banyak anak pejabat dan orang kaya.
Ketua geng Redbull adalah Rika. Kaget ya? Kejadiannya cukup simple. Jadi sebelumnya, Rika hanyalah gadis biasa yang sering latihan Taekwondo, Futsal, dan Muaythai. Ia selalu menjuarai turnamen antar sekolah. Suatu ketika, Gerry sebagai anak baru merokok di halaman belakang sekolah.
"Heh, di sini gak boleh ngerokok. Lo gak baca tuh tulisan?!" Rika menunjuk tulisan no smoking area di atas kepala Gerry. Gerry menghembuskan asap rokoknya cuek.
Rika memasang kuda-kuda, dan.... ujung kakinya menepak ujung puntung rokok Gerry hingga terlepas dari bibir pria itu. Gerry tercengang.
"Apaan sih lo?! Lo bangunin singa yang lagi tidur!" mata Gerry menatap tajam Rika. Rika menantang balik.
"Mana singa? Gue gak liat." sahut Rika dengan wajah polos celingak-celinguk mencari singa.
"Eh tolol. Maksudnya lo membangunkan amarah gue!" geram Gerry menatap sebel Rika.
"Oh.. Lo singa? Cocok sih sama rambut lo yang gak jelas." Rika berjalan berlalu melewati Gerry, tapi rambutnya langsung ditarik.
"Eh setan, sakiiiiiit!" jerit Rika. Dia males mengeluarkan jurusnya. Rika habis dimarahi oleh guru karena memukul adik kelas yang menyenggol makanannya hingga tumpah.
"Berlutut." perintah Gerry. "Minta maaf ke gue. Cepet!" desis Gerry dengan sadis. Ia menarik rambut pendek Rika tanpa ampun. Rika meringis menahan sakit.
Oke, gue harus membela diri. Gue gak mau mengalami kebotakan dini. Rika menenangkan dirinya.
Bruuuukkk. Sebuah tendangan memutar tepat mengenai pipi Gerry. Ia melepaskan rambut Rika. Tangan Gerry diinjak oleh Rika.
"Lo, bangunin singa yang tidur." bisik Rika. Kreeekk. Sepertinya gue udah mematahkan tulang jarinya.
Rika merasakan gesekan di sepatunya. Gerry mengangkat sepatu Rika dan gadis itu terpelanting jatuh ke belakang.
"Aaaaw..." Rika menahan nyeri karena kepalanya terbentur tembok. Tiba-tiba tangan Gerry menyekik lehernya.
"Lo main-main sama gue?! Cewek kampung!"
"Le-paaaass..." nafas Rika tercekat. Cowok ini bener-bener jelmaan iblis.
krucuk krucuuk.. perut Rika berbunyi. Ia lapar. Gerry kaget mendengarnya dan reflek melepaskan cekikannya. "Duh perut. Malu-maluin." gumam Rika sambil memegang lehernya. Nyeri banget.
"Huahahhaa....hahhahaa...hahaha..." tiba-tiba Gerry tertawa ngakak. Rika menatapnya tak mengerti.
"Kenapa lo? Kerasukan? Eh tapi setan masa kerasukan setan. Unbelievable! Udah ah, lo udah membuat waktu makan gue tertunda. Gue maafin lo kali ini, besok gak! Bhaaay!" Rika buru-buru kabur meninggalkan Gerry.
"Hahhahaha...hahahhaa...tolol sumpah...hahahhaha..." tawa Gerry makin geli.
"Sehat, Ger?" Nino menghampiri Gerry bersama Satya.
"Huahahahaha...." tawa Gerry tak bisa berhenti.
"Eh, lo udah ketemu sama Erika Gautama? Srikandi nya SMA Mawar?" pertanyaan Nino membuat Gerry diam.
"Diem lo. Merusak mood gue." Gerry kemudian meninggalkan Nino dan Satya yang tak mengerti.
"Mau kemana, Ger?" tanya Nino.
"Mau ketemu mainan baru." jawab Gerry tanpa menoleh. Sepertinya sekolah di sini bukan hal buruk. Nino dan Satya saling berpandangan tak mengerti.
***