Pejuang LDR

By twinsza

112K 3.2K 227

Banyak cibiran, banyak larangan, banyak pantangan, banyak godaan. Itu yang dirasakan seorang gadis cantik ber... More

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33

PART 13

3.4K 105 6
By twinsza

Masih dapat dirasa.
Detik saat semua cinta berubah hilang tak bersisa.
Saat kau kembali datang dengan kata maaf yang berjuta, aku disini sudah mati rasa.

.......

"Kak, Alin di jahilin mulu masa sama anak-anak cowok di kelas." Kata Alin yang saat ini menghampiri kakaknya ke kamar.

"Kamu tampang-tampang oon sih. Makanya dijadiin bahan buat di jahilin." Resha masih tidak memandang wajah Alin yang baru saja masuk ke kamarnya itu.

Dia sedang bertukar pesan dengan seseorang lewat WA.

"Enak aja. Alin jitakin satu-satu. Alin mah cewek galak kalau di kelas." Kata Alin tidak mau kalah.

"Gitu mah namanya temen-temen kamu pada caper."

"Iya tapi jangan pake jahilin kan? Sebel tau, bikin ngga betah di kelas."

"Ah pasti salah satu diantara mereka ada yang suka sama kamu. Kakak jamin." Kali ini Resha sudah meletakkan ponselnya. Sepertinya wajahnya tampak kesal setelah meletakkan ponsel di sebelahnya.

"Ada yang cakep sih kak. Kalau emang beneran ada yang naksir, semoga yang naksir itu si Aldo." Alin semangat membayangkannya.

Aldo memang salah satu adik kelas yang jadi incaran para kakak kelas perempuan. Anaknya memang jahil.
Tidak lupa dengan Gilang. Mereka berdua selalu bersama. Wajah Gilang memang tak seberuntung Aldo yang tampan. Wajahnya pas-pasan.

"Ehh, ngarep banget. Belum tentu. Siapa tau Aldo homoannya Gilang, temen kamu itu."

"Mulutnya ihhh. Sentil nih." Sewot Alin sambil membentuk jarinya seolah-olah akan menyentil bibir kakaknya.

Mereka memang sering curhat. Bukan hanya berdua, tidak jarang Bunda juga suka ikut nimbrung.

Katanya, Anak Bunda harus terbuka soal semuanya. Bunda ngga akan ngekang asal bunda harus tau kalian pergi atau pacaran sama siapa.

Ya, itu antisipasi agar kedua anak gadisnya itu tidak kelewat batas dalam bergaul. Walaupun Alin sudah mulai pacaran sejak SMP, Neni selalu mengawasinya.

Dianter atau dijemput harus di depan rumah. Ponsel tidak boleh di password. Walaupun sebenarnya,  Neni sangat jarang memeriksa ponsel anaknya. Yang penting ponselnya bebas dari kode-kode rahasia, maka Neni tidak akan membuka-buka ponsel anaknya. Tau kalau anaknya juga butuh privasi.

"Kak, tapi ngomong-ngomong, ya.. Kak Niko masa minta nomor kakak lewat Alin loh di DM Instagram."

Resha mulai tertarik dengan bahasan adiknya itu. Entah kenapa setelah diantar pulang kemarin, hati Resha sedikit terbuka.

Mm, mungkin karena apa yang di lakukan Farhan dan Niko tidak pernah di dapatkannya saat pacaran dengan Zefan dulu.

Ah laki-laki brengsek itu lagi.

"Oh yaaa? Kamu kasih?" Tanya Resha penasaran.

"Ya engga lah. Aku kan belum minta ijin kakak."

"Jangan kasih deh. Seneng sih kemarin mereka baik banget sama kita. Tapi.. " Resha diam, bingung akan cerita pada adiknya itu atau tidak.

"Tapi?" Kata Alin meneruskan, menunggu kelanjutannya.

"Gapapa deh. Ntar-ntar aja." Resha keluar kamar tanpa menjelaskan apapun pada adiknya yang sedang penasaran tadi.

......

Pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang menyenangkan bagi Resha.

Dia sangat suka membaca, walaupun bukan membaca buku pelajaran. Tapi beberapa novel remaja yang selalu menemani hari-hari membosankannya.

Setidaknya, Resha masih suka membaca.

"Hari ini ulangan." Kata seorang guru yang baru saja memasuki kelas Resha tersebut.

"Yahhhh. Belum belajar."

"Gimana nihhh. Mana belum bikin contekan."

"Mampus deh kalau dapet nilai jelek dari guru killer."

"Aduh Bu Heni ngga ada capeknya apa, ya bikin susah muridnya."

Celotehan anak kelas IPS 5 saat gurunya itu mulai membagikan lembar soal.

Tentu saja tidak dengan suara yang keras. Bu Heni terkenal guru yang sangat galak pada muridnya.

Resha hanya pasrah, walaupun semalam dia marathon nonton drama, tapi setidaknya Resha masih ingat beberapa materi yang diajarkan Bu Heni beberapa hari lalu.

"Ingat. Tidak ada yang boleh buka buku apalagi menyontek." Kata Bu Heni saat ia telah menyelesaikan membagi lembar soal pada muridnya.

Semua murid sangat tenang. Mereka semua pasrah seperti Resha. Mau tidak mau, mereka akan menuruti perintah guru killernya itu jika masih ingin selamat dua semester ini.

"Sudah selesai? Kumpulkan!" Padahal waktu masih berjalan 30 menit, tapi Bu Heni sudah menarik lembar jawab serta soalnya.

"Bu, belum selesai." Protes salah satu siswa.

"Ya sudah. Kamu ngga usah ngumpulin. Nilai kamu saya kosongi." Kata Bu Heni kemudian.

"Bercanda, Bu." Balas siswa itu kemudian.

Tidak ada yang berani melawan Bu Heni. Semua diam.

"Dicocokkan sekarang juga. Tolong Sisi, bagikan ini acak. Jangan sampe ada yang dapet punyamya sendiri." Kata Bu Heni setelah dirinya selesai mengambil lembar jawab dari para muridnya.

Sisi selaku sekertaris kelas, dia maju dan mengambil lembar jawab tadi dari meja Bu Heni.

Semua masih diam. Tidak ada yang berani protes. Takut kalau nanti nilainya jelek.

"Sudah Sisi?" Tanya Bu Heni.

"Sudah Bu."

Resha mendapat lembar  jawab milik Ridho. Sisi dan Oky juga mendapat lembar jawab milik siswa lainnya.

"Jawaban nomor satu, kalau ada yang tidak sama dengan jawaban di papan tulis, coret." Kata Bu Heni yang sedang menuliskan jawaban di papan tulis.

Masih tidak ada yang berani menjawab. Sampai selesai dikoreksi, nilai langsung di masukkan ke daftar nilai yang saat ini sedang di bawa Bu Heni.

Satu persatu siswa membacakan nilai pada lembar jawab di depannya.

Setelah di koreksi, ternyata Resha mendapat nilai 76. Nilainya sudah masuk dalam batas tuntas. Resha aman, karena batas tuntas untuk pelajaran bahasa Indonesia adalah 70

Berbeda dengan Sisi dan Oky. Mereka mendapat nilai di bawah batas tuntas.  Masing-masing 66 dan 68. Nyaris menyentuh batas tuntas.

Selesai memasukkan nilai para murid dalam daftar nilainya,  Bu Heni pamit.

Suara kelas langsung ricuh, membicarakan sifat guru killer yang baru saja meninggalkan kelasnya tadi.

"Gila, bener emang kata kakak kakak kelas. Bu Heni emang juara killernya." Kata Sisi.

Mereka sekarang sedang berjalan menuju kantin. Sekarang sudah jam istirahat pertama.

"Masih mending sih tadi cuma di galakin gitu doang. Kelas samping, ada yang di kata-katain." Sambung Oky.

"Tapi pernah main tangan ngga?" Tanya Resha penasaran.

"Ngga sih sekarang. Tapi katanya dulu iya. Eh, malah anaknya masuk sekolah sini. Sejak anaknya sekolah sini, tingkat ke-killer-an Bu Heni sedikit berkurang." Kata Sisi.

Dia mendapat semua informasi dari kakak kelas yang satu tempat les dengan Sisi.

Sebelum melanjutkan ceritanya, mereka memilih tempat duduk di pojokan kantin Mak Sri setelah memesan 3 mangkuk soto.

"Eh tadi katamu, anaknya pernah sekolah disini? Sekarang masih ada?" Tanya Oky penasaran.

"Udah lulus katanya. Tapi aku lupa tanya siapa namanya." Jawab Sisi.

"Duh, kasian anaknya. Pasti dia ikut di benci deh." Kata Resha sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagu mungilnya. Seolah-olah sedang berpikir.

"Apaan. Anaknya sama aja. Dia tuh katanya anak nakal." Sisi seakan orang yang paling tau masalah ini.

"Kok bisa? Cewek apa cowok?" Tanya Oky.

"Cowok. Nah, anaknya tuh punya pacar yang sekolah disini juga. Katanya, buat salah apapun, anaknya sama pacarnya itu bakal di belain sama Bu Heni." Jelas Sisi.

Makanan yang mereka pesan sudah datang. Masih sambil bercerita, mereka menghabiskan makanannya.

"Jadi penasaran. Kaya apa anaknya. Cakep ngga ya?" Kata Oky.

"Cakep sih katanya." Jawab Sisi.

Mereka masih berlanjut menceritakan soal Bu Heni dan anaknya itu sampai bel masuk kembali berbunyi.

......

Ponsel Resha berbunyi.

085742xxx

Sha?

"Nomor siapa nih." Kata Resha pada dirinya sendiri.

Dia membuka foto profil yang ada di nomor tanpa namanya tadi.

Tampan. Resha kenal dengan wajah itu.

Setelah mengenali wajahnya, Resha menggerakkan jarinya ke pojok kanan atas. Menambahkan nomor itu pada daftar kontaknya.

Me :

Ya? Kak Niko?

Nomor tadi adalah nomor Niko. Mereka lanjutkan pecakapan.

Tentu saja dengan Resha yang membalas seadanya.

Resha menyukainya. Tapi, apakah hatinya bisa terbuka?

Mereka masih melanjutkan obrolan. Ternyata, Niko mendapat nomor Resha dari Oky. Dan tanpa meminta ijin terlebih dahulu, Oky memberikan nomornya.

Dasar Oky.

Niko bisa dibilang asik. Dia tidak menyembunyikan niatnya yang memang ingin mendekati Resha.

Seakan sudah tau tujuan Niko, Resha tidak memberi lampu hijau seenaknya. Dia memang menanggapi dengan membalas pesannya. Tapi yang seadanya saja.

......

Tbc.

Makasih supprotnya dengan ngga lupa ngasih vote dan komen. ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 52.3K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
17M 754K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1M 44.2K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
884K 81.2K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...