Pejuang LDR

By twinsza

112K 3.2K 227

Banyak cibiran, banyak larangan, banyak pantangan, banyak godaan. Itu yang dirasakan seorang gadis cantik ber... More

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33

PART 5

4.2K 84 0
By twinsza

Hatimu bukan organ paling pintar.
Ikutkan logika dalam setiap kejadian.

......

Malam semakin larut, dua pasangan baru itu tidak ada hentinya saling melempar kata-kata romantis.

Ya, Resha mengiyakan dan mereka resmi jadian.

"Sayang, udah jam 1. Kamu kok ngga ngantuk-ngantuk?" Tanya Zefan dengan menggunakan panggilan barunya pada Resha.

"Belum, masih asik ngobrolnya sama kamu." Resha duduk diatas ranjangnya dengan bantal yang ditaruh di paha. Sedari tadi dia hanya memeluk bantal itu sambil senyum-senyum ngga jelas.

"Udah, tidur, sayang. Besok kesiangan, loh?" Suara Zefan memang sangat meneduhkan. Maklum, baru saja jadian.

"Hehe, yaudah tutup ya telfonnya?" Sepertinya Resha masih sedikit risih memanggil pacar barunya dengan sebutan 'sayang'.

"Ngga, nanti kamu bohong. Nanti kamu ngga akan tidur-tidur dan malah bayangin aku terus. Senyum-senyum sendiri, ntar loncat-loncat kalo aku matiin telfonnya." Kata Zefan sambil menyunggingkan senyumnya, tentunya Resha tidak bisa melihat.

Wajah Resha seketika menjadi merah, dia reflek menutup mukanya dengan bantal. "Hehhehe, ah jangan gitu dong. Yaudah aku tidur. Tungguin sampe aku tidur, ya?" Resha membaringkan tubuhnya. Bersiap untuk tidur, seperti apa yang dikatakan pacar barunya.

Senengnya ada yang perhatian..

"Selamat tidur sayang. Mimpiin aku, ya? I love you. Muahh." Zefan menempelkan bibirnya ke layar ponsel. Seakan yang dicium adalah pacarnya.

Duhhhh, jawab apa ini? I love you too? Jawab biasa aja apa gimana, ya?? Oh, yaa. Pura-pura udah tidur aja.. batin Resha.

Dia diam tak menjawab. Dia pura-pura sudah tertidur. Rasanya masih aneh diucapkan dan mengucapkan selamat tidur dengan dibarengi embel-embel l love you dari pacar pertamanya.

"Sayang? Udah tidur? Biar makin nyenyak, aku mau nyanyi buat kamu." Kata Zefan yang tentu saja menganggap Resha sudah tidak akan menjawabnya karena sudah terlelap.

Resha diam mendengarkan, menunggu suara itu muncul lagi.

"On the night like this
There's so many things I want to tell you
On the night like this
There's so many things I want to show you

Cause when you're around
I feel safe and warm
Cause when you're around
I can fall in love every day

In the case like this
There are a thousand good reasons
I want you to stay..." Suara Zefan terdengar cukup pelan. Begitu meneduhkan hati yang sedang bahagia di ujung telfonnya.

Zefan menutup teflonnya setelah selesai menyanyikan 'lagu andalan'nya. Resha mulai tertidur dan tersenyum.

Selamat istirahat pacar baruku. I love you too.

......

"Heh, dasar gercep juga ya Kak Zefan." Kata Oky dengan antusias.

Mereka bertiga-Resha,Oky dan Sisi- sedang duduk bersama tiga mangkuk soto dan tiga gelas es teh di kantin Mak Sri.

"Tapi seriusan ini baru pertama?" Sisi heran. Tentu saja dengan paras ayunya, Resha bisa saja dengan mudah mendapat pacar, bukan?

"Ya bener lah ngapain bohong. Takut sih sebenernya buat pacaran." Resha lalu menyendokkan soto ke dalam mulutnya.

"Yaa, namanya pacaran kan ngga semua mulus, Sha. Taunya itu mulus apa engga ya harus di jalanin dulu. Yang penting kan sekarang udah dicoba." Kata Oky, dia itu bisa dibilang playgirl. Banyak yang deketin Oky, dia anak hitz. Banyak kenalan dan banyak teman. Kebanyakan memang cowok.

"Tauk nih, pikirannya jelek mulu. Semoga engga deh ya. Sebenernya ragu sih sama dia. Tapi gatau Kak Zefan selalu bisa buat aku terbang gitu. Haha."

"Alahhh, awalnya. Manatau dijalan u-" Belum sempet Sisi menyelesaikan kalimatnya, Oky langsung mencubit pipi chubbynya.

"Ngomong apa sih nih, onggokan daging. Udah, jalani dulu aja. Kita ngga tau kan kalian bakal gimana kedepannya?" Kata Oky.

Resha sharing dan konsultasi dengan kedua sahabatnya itu. Tidak lama, ada segerombolan cewek dengan pakaian super ketat dan rok yang di buat ngepres pantat, duduk semeja dengan Resha dan teman-temannya.

"Oh, ini cewek cantiknya? Uluh uluhhhh. Rata gini, mau-maunya dia." Kata seorang cewek kepada teman-temannya.

Mereka berjumlah empat orang.

Resha melirik name tag cewek tadi. Ohh, Arimbi namanya. Badge cewek tadi juga menampilkan angka XI. Dia satu tingkat diatasnya.

Mereka bertiga masih diam. Bingung dengan keadaan. Perempuan tadi masih duduk disebelah Resha.

Merasa tidak ada tanggapan, Arimbi pergi dengan gerombolannya. "Bye, cewek ganjen!" Kata Arimbi sembari menarik rambut Resha dengan cukup keras.

"Eh, Kak. Biasa aja dong!" Itu suara Oky, tentu saja bukan Resha. Mana berani Resha menanggapi kakak kelasnya itu.

"Apa?" Jawab Arimbi menyunggikan senyum liciknya dan masih berjalan mundur menjauhi Resha.

Oky sangat emosi. Dia hendak menyusul kakak kelasnya itu untuk balas menjambak rambut panjang yang sedang dikucir kuda itu. Namun niatnya gagal karena tangan Resha menarik pundaknya. Mendudukannya kembali ke tempat semula.

"Diem aja digituin? Hihhhhhh, jambak nih yaaaa." Kata Oky dengan tangannya yang ia gerakkan seolah akan menjambak rambut Resha. Resha hanya tersenyum lebar menampakkan giginya. Dia hanya berusaha menutupi ketakutannya.

"Eh, tapi kenapa coba dia gituin kamu? Maksutnya apa? Pasti ada alesannya dia gini sama kamu, Sha." Tanya Sisi sok serius sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke bibir yang sengaja dimonyongkan.

"Tau, deh. Yang penting aku diem aja. Ngga berani juga." Resha mengangkat kedua tangannya dan mengedikkan kedua bahunya tanda dia tidak tau.

......

Hari sudah menuju senja. Dua remaja itu masih asik dengan candaannya. Matahari sudah siap meninggalkan mereka, namun tidak ada sekalipun niat dari keduannya untuk ikut meninggalkan tempatnya itu.

Sore ini terasa sangat nyaman. Mereka seakan dibawa terbang oleh suasana senja di depannya. Mendiskusikan hal yang menjadi angan-angan mereka.

Seragam masih setia menempel pada tubuh keduanya. Sekarang, mereka ada di tepi sebuah danau. Menikmati sunset di tepinya. Ditemani oleh dua cangkir kopi susu dan dua buah jagung bakar.

Resha sudah ijin pada bundanya kalau dia akan pulang terlambat. Tentu saja dengan berbohong dengan mengatakan ada kerja kelompok yang mengharuskan kelompoknya untuk bermain drama.

Resha belum siap terbuka pada bundanya. Ini adalah hal baru bagi dirinya dan tentu saja bagi bundanya juga. Nanti saja, pikirnya. Toh bundanya itu tidak suka dengan pacar barunya. Pasti nanti akan banyak kalimat negatif dari sang bunda, yang tentu saja akan dibuang mentah-mentah dan tidak dipedulikan.

Satu hal pertama yang diajarkan oleh 'jatuh cinta' pada Resha si pemula. Berbohong. Ya, untuk tetap menstabilkan perasaan bahagianya, Resha terpaksa berbohong.

Kedua, menutup mata dan telinga hanya untuk memberi makan egonya bahwa cinta pertamanya ini akan berhasil berjalan dengan lancar.

Ketiga, bahwa sosok di sampingnya saat ini adalah sosok yang diagung-agungkannya. Menyenangkan, meneduhkan, memberikan tawa, memberikan cinta. Yang tentu saja baru ia rasakan sekarang. Dari pria yang baru dikenalnya beberapa minggu lalu. Dari pria yang menurutnya akan selalu membawanya ke sisi bahagia, tanpa berniat untuk membawanya ke sisi pesakitan.

Setidaknya itulah yang ada di pikiran Resha saat ini. Bahwa Zefan adalah sosok laki-laki pembawa kebahagiaan baru untuknya.

Si Putih jatuh cinta pada Si Hitam. Begitulah kira-kira.

Matahari sudah tidak menampakkan cahayanya. Lampu-lampu kota terlihat sangat indah saat ini. Mata perempuan itu juga sangat berkilau. Tersirat kebahagiaan di dalamnya.

"Pulang, yuk?" Ajak Zefan sambil beranjak dari tempat duduknya. Digandengnya tangan pacar kesayangannya itu.

"Yuk." Jawab Resha yang sudah mensejajarkan langkahnya dengam Zefan.

Setelah membayar makanannya, mereka menaiki motor Zefan. Menuju rumah -calon mertua- katanya.

Yang benar saja.

"Aku langsung pulang, ya? Takut kena marah bawa kamu pulang sekarang." Seperti biasa. Zefan tidak mau berpamitan.

"Eh, tapi apa ngga lebih baik kamu bilang aja sekalian mampir dirumah. Makan?" Tawar Resha.

"Ngga ah, takut." Zefan menutup kaca helmya. Resha hanya terpaku dan bingung harus bagaimana.

Memaksa? Resha takut kalau Zefan akan marah. Dibiarkan saja? Ah, nanti Resha yang kena marah bunda. Apalagi jam segini pasti Ayahnya sudah ada dirumah.

Resha masih diam. Membiarkan Zefan pergi tanpa pamit (lagi). Ah, asal Zefan masih sama dan tidak marah padanya, itu tidak masalah. Pikirnya. Urusan nanti di marah bunda dan ayahnya bisa ditangani Resha dengan berbohong (lagi) tentunya.

Resha masuk dengan langkah malas. Menutup pintunya dan menghampiri Alin, Bunda dan Ayahnya.

"Bun, maaf Resha baru pulang. Tadi dramanya bikin capek. Resha istirahat dulu dirumah Sisi." Kata Resha bohong.

"Iya, asal kamu beneran kerja kelompok. Bunda percaya kok sama Resha. Kalau Resha ngga akan bohong sama Bunda." Senyum hangat itu terukir indah di wajah Neni.

"Udah, sana mandi dulu. Asem banget." Kata Fino-Ayah Resha- sambil sok-sokan menutup hidung. Padahal tidak bau sama sekali. Alin masih tidak berpaling dari TV.

"Ih, apaan. Nihhh. Masih wangi, Yah." Resha menggesek-gesekkan tangannya ke ketiak dan langsung menyodorkan tangannya itu pada Fino. Tentu saja tidak benar-benar di dekatkan. Hanya sebatas simbolis saja.

Fino menatapnya jijik. "Hueeeeek. Ayah mau muntah." Dengan ekspresi seperti orang muntah, Fino mendorong pelan putrinya itu.

"Sok-sokan banget sih, yaaaah." Resha memonyongkan bibirnya dan berbalik arah. Dia menuju kamarnya dan segera mandi.

Aman, Bunda sama Ayah ngga tanya aku pulang sama siapa.


......

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

310K 16.3K 26
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
2.5M 36.3K 28
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
16.9M 747K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1.8M 86.5K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...