Loizh III : Reinkarnasi

By Irie77

300K 27.3K 1.4K

Sangat disarankan untuk membaca book 1 ( Loizh ) & book 2 ( Loizh II : Arey ) agar tidak menimbulkan kebingun... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Perang Yang Lampau
Musuh Baru
Tertangkap
Vinculum
Aura Hitam
Qlue
Cemburu
Jiwa Yang Di Pindahkan
Memulai Misi
Kekuatan Flou
Hutan Strix
Menjamah Masa Lalu
Dua Kota Yang Hancur
Ingatan Dan Kesedihan
Akhir Perjalanan Panjang
Senja

Ilusi

5.9K 663 50
By Irie77

"Syaira jangan!"

Teriakan Felix menyadarkanku namun aku terlambat. Aku terlempar menembus dinding dengan benturan yang luar biasa. Sayapku patah dan aku tersungkur di antara akar pohon yang ukurannya lebih besar dari tubuhku. Punggungku terasa ngilu efek dari sayapu yang cidera, aku bahkan tidak bisa menggerakannya untuk terbang.

Suara dentuman berasal dari dalam bangunan, aku tahu mereka sedang bertarung. Aku ingin sekali melesat ke dalam tapi aku tak berdaya dan hanya terduduk sambil menatap bangunan yang berdiri kokoh di hadapanku. Aku berharap Felix baik-baik saja di sana.

Satu pikiran terlintas dalam kepalaku, di dalam tubuh ini aku bisa melakukan apapun dalam hal membaca situasi hanya dengan menyentuhnya. Aku meletakkan tanganku di tanah dan memejamkan mata, pikiranku melesat ke dalam bangunan yang berisi kilatan-kilatan cahaya putih terang namun sedikit kebiruan dan juga kelebatan aura hitam milik Syaira. Aura itu seperti ingin, menguasai Felix yang masih menangkis serangan aura hitam itu.

Serangan Syaira sama seperti yang kulihat dalam ingatannya, brutal dan membabi buta seakan-akan ada banyak sekali perasaan yang terpendam dan ia tumpahkan melalui serangannya juga—tatapan Syaira yang penuh kebencian dan cinta beserta kesedihan di dalamnya, membuatku mulai di gelayuti sedikit kecemburuan yang pedih.

Aku masih terus mengamati pertarungan di dalam sana. Syaira masih mendesak Felix dengan hasrat untuk membunuhnya, seolah-olah ia tidak mengizinkan siapapun memilikinya selain dirinya. Felix terus menghindari serangan Syaira sambil mengambil kesempatan untuk menyerangnya.

"Apa yang terjadi padamu sampai kau menjadi seperti ini?"

Syaira menahan serangannya sejenak, tatapannya berubah menjadi sendu seketika. "Kau menanyakan hal yang seharusnya kau sudah tau jawabannya Alex. Dan setelah aku melihat sosokmu yang telah berubah, aku semakin hancur karena batas yang selalu kuagungkan di antara kalian terbuka begitu saja setelah kau lenyap dan terlahir kembali bersamanya." Air mata hitamnya menetes satu butir. "Kalian—tak terpisahkan kecuali—" Syaira menyeringai di antara tangisannya. "Salah satu di antara kalian mati."

Serangan yang sedari tadi di tahannya di lepaskan dengan kuat. Felix menghindar namun kecepatan aura Syaira melebihi kecepatan Felix. Felix mengerang sambil memegangi bahunya yang terluka sementara Syaira masih melesatkan aura-aura hitamnya tanpa celah dan Felix tidak bisa lolos darinya.

"Felix!" gumamku setengah berteriak.

Aku tersentak saat tanganku terangkat dari tanah. Aku segera berlari dengan kedua kaki mungilku yang tampak payah. Kastil yang berjarak lima puluh meter terasa jauh bagiku yang berlari manual dengan sayap cidera.

Aku mencari lubang dinding agar bisa masuk dan memanjatnya dengan sekuat tenaga. Suara dentuman membuat dnding yang kupanjat bergetar dan aku kembali terjatuh di tanah. Aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana dan itu membuatku khawatir.

Aku memanjat dinding sekali lagi dengan cengkeraman yang lebih kuat sambil berharap bisa melihat Felix dalam kondisi baik-baik saja. Dentuman tadi menimbulkan kabut hitam mengelilingku sepeti asap yang setipis kapas.

'Cahaya bisa menghapus kegelapan namun kegelapan juga bisa menelan cahaya. Menurutmu cahaya dan kegelapan mana yang akan menang?'

Aku terdiam sejenak mendengar hembusan angin yang berbisik di antara kabut, begitu lembut namun jelas.

"Tentu saja cahaya," jawabku entah pada siapa.

'Di tempat yang di penuhi kegelapan, cahaya akan tertelan oleh kegelapan kecuali—jika cahaya itu kuat dan mempu menghapus semua kegelapan yang ada di sekitarnya.'

Aku masih terdiam sambil memikirkan apa maksud dari ucapan itu, namun pikiran itu segera ku tangkis dan kini aku fokus untuk tetap memanjat dinding.

'Layaknya bintang yang di telan langit malam tanpa sinar rembulan, kau sudah kalah sebagai cahaya malam.'

"Diam!" gumamku kesal.

Kabut hitam ini membuatku sedikit frustasi di tengah kekhawatiranku yang semakin menggumpal.

'Lihatlah sendiri kegelapan yang telah kau jamah, kau hanya akan menemukan kehampaan di dalamnya dan kau akan tenggelam dengan kesedihan yang kau ciptakan.'

Aku semakin mengencangkan rahang sambil menangkis semua bisikan-bisikan itu. Aku semakin bersemangat ketika tanganku mencapai puncak lubang dan kini aku bisa melihat situasi di dalam sana melalui dinding yang kupanjat.

"Tolong aku Alex."

Aku terdiam ketika tubuh Felix sudah di lilit oleh aura hitam milik Syaira. Kabut itu menyelimuti mereka yang sedang berhadapan. Syaira mengatupkan kedua tangannya di pipi Felix.

"Apa yang bisa kulakukan untuk menolongmu?"

"Jadilah milkku meskipun hanya sebentar saja."

Felix terdiam. "Maaf Syaira, meskipun kau memaksaku aku tidak akan pernah menjadi milikmu, sebentar atau selamanya."

"Kau sangat melukaiku Alex. Tapi—tidak apa-apa jika kau tidak mau karena kau akan tetap di sini bersamaku." Syaira mendekatkan wajahnya perlahan.

"Syaira—"

Ucapan Felix terpotong oleh ciumannya. Aku melihat tangan Felix berpendar yang berarti ia akan memberontak, namun aura hitam yang melayang di sekelilingnya juga semakin pekat hingga Felix memutuskan untuk pasrah dan mereka semakin terbenam dalam balutan aura hitam layaknya kobaran api.

"Felix tidak!"

Hatiku terbakar seketika dengan kecemburuan tingkat tinggi. Kali ini aku benar-benar marah dan sedih. Aku membentangkan sebelah sayapku yang masih berfungsi meskipun terasa sakit dan aku melesat dengan kecepatan tinggi yang di iringi dengan emosi.

"Aku tidak akan membiarkanmu merebutnya dariku meskipun tubuhku hancur!"

Aku melesatkan serangan ke arah Syaira, ia terlempar sementara Felix menangkap tubuhku. Aku menatap Felix yang tampak tenang dengan memejamkan matanya.

"Maafkan aku Ririn."

"Felix."

Felix membuka matanya perlahan dan aku ternganga ketika bola matanya berubah menjadi hitam pekat seperti Qlue. Tubuhnya di kelilingi aura hitam yang begitu menyiksa. Felix semakin menggenggam erat tubuhku lalu menarik sebelah sayapku yang masih berfungsi hingga terlepas.

Rasa ngilu, panas dan pedih membanjiri punggungku sementara aku masih menatapnya tak percaya. Felix menghempaskan tubuhku ke lantai dengan tangannya. Tubuhku serasa hancur seketika dan kaki kananku terlepas dengan menyakitkan.

'Menangislah atas kesedihanmu, dukamu telah di mulai.'

Bisikan itu memenuhi kepalaku sementara aku masih menatap Felix dengan shock atas apa yang ia lakukan padaku.

"Felix, kau—"

"Maafkan aku. Aku tidak bisa lagi berada di sisimu."

Satu butir air mata menetes perlahan dari mataku, menyejukan hatiku yang sedang terbakar sekaligus terbunuh seketika. Aku hanya bisa menangis, meratapi jiwaku yang terasa hancur.

"Baiklah jika itu maumu. Meskipun kau tidak berada di sisiku lagi aku tetap mencintaimu." Dadaku terasa semakin sesak seiring derasnya airmataku. "Pergilah bersamanya dan tinggalkan aku."

Aku melihat air matanya juga mengalir, tapi Felix tetap beranjak dan meninggalkanku, ia pergi bersama Syaira. Aku mulai di landa kehampaan oleh luka yang tak terperikan.

"Selamat tinggal—Felix."

'Karena kau langkahkan kakimu saat kau melintasinya.. Alunan anginpun seakan berucap dan menghembuskan nada keindahan di dalamnya'

Kali ini aku kenal bisikkan itu.

"Loizh," gumamku.

Aku mendengar suara kaki mendekati bangunan ini kemudian aku melihat sosok gadis dengan gaun hitamnya masuk ke tempat di mana aku terbaring. Mataku terbelalak ketika aku melihatnya. Gadis itu—adalah tubuhku.

"Sesuai kesepakatan, aku menggunakan tubuhmu untuk mengambil keputusanku dengan perang ini," ujarnya sambil mengangkat tubuhku. "Ilusi itu benar-benar membuatmu merusak tubuhmu sendiri."

Kini aku mulai di landa kebingungan. "Ilusi?"

"Jadi kau tidak tahu bahwa kau terkena ilusi?"

Aku menggeleng lemah.

"Baiklah akan kutunjukan padamu apa yang terjadi sebenarnya."

Loizh mengakat telapak tangannya dan mengeluarkan sebuah bola seperti embun raksasa yang begitu jernih. Tak lama embun itu mengeluarkan cahaya berwarna hijau terang yang berisi kelebatan cahaya berupa peristiwa yang baru saja di lalui. Aku ingat adegan di mana aku membaca ingatan Syaira.

"Syaira jangan!"

Akupun tahu teriakan Felix waktu itu menyadarkanku. Betapa terkejutnya aku ketika aku melihat apa yang sedang di putar di dalam sana, benar-benar bertolak belakang dengan apa yang baru saja ku alami.

Dalam ilusi, tubuhku terlempar keluar dan sayapku patah dan ternyata, aura hitam Syaira telah merasuki tubuhku. Aku melihat diriku melesat tanpa kendali sambil menabrakkan diri ke dinding-dinding yang keras seperti peri gila hingga sayapku patah.

"Syaira hentikan! Kau akan melukainya!"

Syaira tertawa. "Itulah akibatnya karena telah lancang membaca ingatanku. Tapi—aku jadi ingat sesuatu, gadis itu juga membaca ingatanku dengan lancang. Entah kenapa, peri itu terlihat seperti—Karin. Sama-sama lancang dan tidak tahu diri."

Aku melihat diriku yang masih kehilangan kendali sambil terus membenturkan diri ke dinding bahkan juga ke lantai. Felix berusaha menangkapku tapi aku justru menyerangnya dan mengenai bahunya. Tunggu, jadi—luka di bahunya itu bukan serangan dari Syaira melainkan aku yang menyerangnya?

Aku masih terus mengamati kejadian demi kejadian. Aku benar-benar terlihat seperti peri yang kerasukan. Aku terus melukai diriku dengan kekuatanku, aku mengeluarkan Ulqiku dan meledakannya layaknya bom bunuh diri. Tubuhku hancur dengan sayap dan kaki yang terlepas. Felix menangkap sayapku yang terombang ambing di udara sementara aku sudah tersungkur di lantai dengan kondisi mengenaskan. Felix menggengggam potongan sayapku dengan marah lalu mengahantam Syaira.

"Tidak akan kumaafkan karena kau telah melukainya!"

"Hey, ada apa denganmu Alex? Dia hanya peri yang tak tahu diri, tapi reaksimu seakan-akan aku telah melakukan hal yang buruk pada gadismu."

"Tutup mulutmu!"

Felix kembali menyerang Syaira, dan kali ini serangan Felix bertubi-tubi tanpa celah hingga Syaira terdesak.

"Kalau sampai terjadi pada peri itu, akan ku buat kau lenyap dengan penyesalan!"

"Apa kau bilang? Kau ingin melenyapkanku hanya untuk peri itu? Sebenarnya kau ini kenapa?"

"Jangan banyak tanya, aku semakin muak melihatmu!"

Syaira menyeringai. "Sungguh, aku tidak tahu apa yang terjadi padamu. Setelah kau menjadi Manusia kau menjadi sangat aneh. Tapi—baiklah, kita lihat siapa yang akan lenyap atau—kau lebih memilih untuk lenyap bersamaku?"

Felix mendengus sambil menyeringai. "Jangan harap!"

Mereka kembali saling menyerang hingga keluar ruangan dan meninggalkanku sendiri yang masih terkapar dengan air mata.

Aku kembali membayangkan adegan dalam ilusi yang baru saja menguasaiku. Kejadiannya sangat berbeda sekali dengan kenyataan yang baru saja ku lihat.

"Ilusi norak yang kejam," gumamku.

"Ya kau benar, itu ilusi ternorak sepanjang sejarah tapi ilusi itu berhasil menguasaimu dengan sempurna, jadi kau tidak perlu merasa kesal," sahutnya.

Gambaran-gambaran itu lenyap perlahan dan embun di tangannya semakin membesar lalu di letakan di atas tubuhku hingga aku masuk ke dalamnya. Aku merasakan tubuhku yang melayang. Perlahan, sayap dan kakiku beregenerasi dan tumbuh kembali, kondisi tubuhku juga membaik.

"Sekarang kau ikut denganku."

"Baiklah."

Aku kembali melayang dengan sayapku setelah proses penyembuhanku selesai lalu hinggap di bahunya. Kami melangkah keluar dan kelebatan cahaya di iringi suara dentuman membuatku terpana. Namun aku lebih terkejut ketika aura hitam itu hampir menyambar tubuh Loizh.

"Akhirnya kau datang juga Karin." Syaira menyeringai sementara Felix menatapku dan gadis di sebelahku bergantian.

Aku baru sadar kalau Syaira belum tahu bahwa dia bukanlah aku.

"Aku kemari hanya untuk mengambil peri ini."

"Oh, jadi peri sialan itu milikmu? Pantas saja, kalian sama-sama lancang."

Loizh mengerutkan kening sambil melirikku seolah-olah mengatakan 'apa yang kau lakukan?' cukup membuatku sedikit tersodok karena telah membuatnya sebagai tersangka.

"Kalian lanjut saja pertarungan kalian, aku sedang ada urusan."

"Hey! Apa kau akan meninggalkan kekasihmu bertarung denganku? Kau tidak takut kehilangan dia jika aku melenyapkannya?" Syaira menyeringai. "Bagaimana kalau aku merebutnya darimu."

Mendengar kata-kata itu membuatku langsung melesat dengan kesal, mengingat ia telah melakukan ilusi yang menjengkelkan terhadapku. Kali ini aku yang menyerangnya bertubi-tubi tanpa ampun.

"Cukup! Kembalilah."

Seranganku terhenti sejenak, meskipun aku masih kesal dan ingin menghajaranya tapi aku tidak bisa menolak perintah Loizh, mengingat ini bukan dimensiku.

Aku kembali hinggap di bahunya. Tatapanku kini tertuju pada Felix yang masih terdiam menatap gadis di sampingku, aku melihat kerinduan di matanya namun ia tak bergeming mengingat gadis ini bukanlah diriku. Aku berharap semua ini segera usai dan aku bisa kembali pulang bersamanya.

"Urusanmu denganku belum selesai Karin," gumam Syaira sambil menyentuh luka di pipinya. "Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja?"

Loizh terdengar mendesah. "Baiklah, mungkin kau adalah makhluk pertama yang harus kulenyapkan dengan tanganku sendiri."

"Apa yang akan kau lakukan?" tanyaku sambil menatapnya nanar.

Loizh tak menjawab namun ia membentangkan kedua tangannya sambil memejamkan mata dan mengadahkan wajahnya ke langit. Angin di sekitarku mulai bergerak perlahan dan semakin kencang seiring menguatnya energi yang berasal dari tubuhnya. Aku melayang ke arah Felix dan memintanya untuk menjauhi tempat ini.

"Ririn—dia sungguh-sungguh menggunakan tubuhmu?"

"Seperti yang sudah kuberitahu sebelumnya. Kau harus pergi dari sini sekarang juga!"

Felix mengencangkan rahang sejenak. "Bagaimana denganmu?"

"Aku akan baik-baik saja. Kau pergilah."

"Tidak," tolaknya.

"Felix!"

"Tidak tanpamu!"

Felix menggengam tubuhku dan melesat membawaku pergi. Aku menoleh ke belakang setelah mendengar jeritan Syaira yang menyayat hati. Sebuah gumpalan awan hitam membentuk seperti tornado di iringi suara gemuruh yang menggema di langit. Tubuhku bergetar ketika awan gelap itu mulai menguap perlahan dan langit Loizh semakin kelam. Gambaran masa depan kembali berkelebat dalam kepalaku dan aku semakin ketakutan.

"Felix, bolehkah aku meminta sesuatu padamu?"

"Apa itu?"

"Kembalilah ke Bumi sekarang juga!"

"Tidak tanpamu."

"Felix aku mohon!" teriakku gemas dengan khawatir. "Sesuatu yang buruk akan menimpamu jika kau tidak kembali sekarang."

"Aku tidak perduli asal selalu bersamamu," sahutnya dingin. "Aku tidak bisa kehilangan dirimu lagi."

"Felix ini demi keselamatanmu! Justru aku yang akan kehilanganmu jika kau tidak kembali sekarang! Aku—" ucapanku terpotong isakan yang memilukan. "Aku melihat semuanya. Loizh akan hancur dan kau ikut lenyap bersama mereka."

Felix terhenti di bawah pohon rindang lalu terisak. "Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu sendiri di tempat ini? Sebagai Alex, aku telah kehilangan dirimu Karin dan sekarang—apa aku akan kehilangan dirimu lagi? Harus berapa kali lagi aku kehilangan dirimu untuk bisa bersamamu?"

Dadaku mulai terasa sesak seiring tangisannya. "Felix, percayalah aku akan kembali. Dan aku pasti akan kembali. Karena itu, kumohon kau kembalilah ke Bumi sekarang."

"Apa yang akan kau lakukan jika aku menolak?"

"Aku tidak akan melakukan apapun padamu tapi—aku akan kehilangan dirimu lagi."

Apakah kisahku akan kembali di iringi air mata? Kumohon pulanglah ke Bumi sekarang juga Felix.

_______To be Continued_______

Yap, akhirnya berhasil di up kawan.. Makasih yang udah baca sampai sejauh ini, author harap kawan-kawan gk bisa membaca pikiran author bagaimana endingnya hahah.. Sedih atau bahagia atau mungkin yang lainnya.. XD Author harap kalian terhibur degan kisah ini kawan..

Jangan lupa tinggalkan jejak kawan.. ^_^

Salam author.. :*

By : Indah Ghasy

Continue Reading

You'll Also Like

103K 5.7K 71
(Terjemahan) Dia awalnya seorang jiangshi yang telah berkultivasi selama bertahun-tahun yang tak terhitung jumlahnya. Namun, ketika dia mencoba untuk...
67.4K 4.4K 43
[Fantasy] [Major Fantasy] [ Minor Romance] ✅COMPLETED✅ 🔰🔰🔰PROSES REVISI!! 🔰🔰🔰 Persahabatan? Pertemanan? Itu sudah biasa. Inilah kisah tentang p...
1.4K 262 71
Satu semester sudah Audrey lalui dengan banyak kejutan, dia ternyata memang punya kekuatan sihir! Kekuatan sihir Audrey adalah kekuatan fikiran, keku...
291K 22.8K 61
[15+] Pada hari yang menyenangkan sekaligus hari ulang tahun, bagaimana jika hari istimewa itu menjadikan sebuah hari yang menyeramkan sekaligus meny...