Chapter 15

7.6K 831 30
                                    

Aku mengganti pakaian berdasarkan ingatan Karin. Jubah bertudung dari pilinan daun yang lembut dan hangat. Di dalam jubahku ada kantong besar. Peri Floss yang sedari tadi duduk di bahu, kini beringsut masuk ke kantong jubahku yang seperti nyaman baginya. Ia menarik sejumput rambutku untuk berpegangan.

Aku tahu kenapa ia memaksaku untuk segera ganti pakaian, ia menyadari langkah Axcel yang sedang menuju kemari. Peri Floss di kantongku sudah membenamkan kepala dengan sempurna di dalam sana ketika pintu kamar terbuka. Axcel yang sudah berdiri anggun.

“Ririn, ikut aku.”

Aku mengangguk sambil merapatkan jubah. “Ke mana kita?”

“Kita ke taman. Aku yakin kau menyukainya.”

Aku melangkah mengikuti Axcel yang terlihat sedang berpikir. Entah apa yang sedang dipikirkannya, itu membuatku sedikit terganggu sebenarnya. Kuharap tak ada situasi berbahaya di kota ini.

“Axcel.”

“Ya?” sahutnya.

“Sudah berapa lama kau di dunia Manusia?” Sementara hanya itu pertanyaan dalam benakku yang berhasil keluar.

“Entahlah, sepertinya sudah lama sekali. Mungkin sebelum kau lahir, aku sudah ada di dunia Manusia.”

Aku termanggut mendengarnya. “Hmm ... apa kau tahu kalau Ayahmu memiliki saudara?” Meskipun ragu, akhirnya pertanyaan itu terlontar.

“Tentu saja aku tahu. Apa ada masalah dengan itu?” Axcel melirikku dengan curiga.

Aku menggeleng cepat. “Tidak, tidak ada masalah sama sekali.”

“Kau tidak perlu menyembunyikannya dariku, Ririn. Aku sudah tahu semua, Frederick sudah melaporkannya padaku tentang dirimu.”

Aku mengerutkan keningku. “Tuan Erick memberitahumu?”

Axcel mengangguk. “Aku tidak tahu bagaimana masa lalumu, tapi aku yakin hal yang terjadi kini berkaitan denganmu terutama—“ Axcel menatapku secara intens. “Kau Una yang sedikit aneh.”

Aku terdiam kaku. “Maksudmu aneh?”

“Kau nampak seperti Manusia dibandingkan Una pada umumnya. Karena itu, setiap aku melihatmu aku selalu bertanya-tanya kau ini siapa? Una atau Manusia? Di dunia Manusia, penampilanmu sebagai Manusia terlihat sempurna bahkan tidak ada celah sedikit pun yang menandai kau adalah Una. Itu membuatku terkejut saat pertama melihatmu sebagai Una seperti saat ini.”

Bagus. Pikiranku kini terasa jernih dan pertanyaan demi pertanyaan sudah tersusun rapi dalam benakku.

“Axcel.”

“Ya?”

“Kenapa waktu itu kau menyerangku? Apa kau benar-benar ingin membunuhku?” Ya, satu pertanyaan keluar dengan lancar.

Pertanyaanku sontak membuat Axcel menoleh ke arahku dengan sempurna. “Itu—“ Wajahnya terlihat bingung. “Karena kau satu-satunya orang yang memberi tahu rahasiaku pada Dendez.”

“Maafkan aku soal itu, aku benar-benar tidak tahu bahwa Tuan Putri yang sedang diburu adalah kau. Kupikir ... dengan menyebut namamu, aku sudah menyelamatkannya dari marabahaya. Aku tidak tahu jika Tuan Putri itu benar-benar kau.”

“Dilihat dari keadaan kemarin, aku sempat berpikir bahwa—“

Aku terdiam dan menunggu ucapannya yang menggantung.

“Maukah kau menjawab pertanyaanku?” sambungnya.

“Jika aku bisa menjawabnya, aku akan menjawab.”

Loizh III : ReinkarnasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang