Chapter 7

10.5K 956 28
                                    

Aku mengamati Axcel yang berjalan mondar-mandir sembari merapikan baju yang baru ia ambil dari mesin cuci. Kemudian menggantungnya satu persatu ke dalam lemari gantung tanpa disetrika. Terlihat guratan-guratan gelisah di dahinya. Sesekali ia mengucir rambut karena pita ikat yang sudah longgar.

“Axcel.”

“Tunggu sebentar, aku harus membereskan yang ini.” Axcel meraih gulungan selimut lembut yang kusut lalu melipatnya dan melemparnya ke tempat tidur.

“Ada yang bisa aku bantu? Sepertinya kau sibuk sekali,” tawarku.

“Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri,” jawabnya tanpa menoleh sedikit pun.

Ponselku berdering pendek setelah beberapa detik. Kulihat pemberitahuan satu pesan masuk terpampang di layar. Aku mebukanya, ada nama Felix di sana.

Bisakah kita bertemu malam ini?’

Aku melirik Axcel yang masih sibuk lalu kembali mentapan layar dan membalasnya.

Maaf, Felix. Sekarang aku berada di rumah Axcel. Malam ini kita tidak bisa bertemu.’

Satu pesan lagi masuk.

Ini darurat sekali. Si Pangeran datang lagi. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.’

Aku terdiam sejenak memikirkan sesuatu. Mengingat bahwa pangeran itu mirip sekali dengan Felix, mungkin ia mengalami hal yang sama denganku sebelum ini.

Cobalah berinteraksi dengannya. Mungkin ada sesuatu yang ingin dia sampaikan padamu.’ balasku lagi.

Setelah dua menit kemudian, ponselku kembali berdering. Baru kali ini Felix membalas pesan begitu lama. Apa yang dia pikirkan?

Sebenarnya aku takut dengan hal-hal seperti ini. Tapi aku akan mencoba sesuai saranmu.’

Aku mengangguk dan tersenyum kecil lalu kembali mambalas pesan.

Beri tahu aku hasilnya.’

Aku memasukkan ponsel ke tas dan kini mataku tertuju pada Axcel yang entah sejak kapan ia menatapku.

“Kau sudah selesai?”

“Apa ada sesuatu yang terjadi pada Felix?”

“Entahlah. Dia bilang kedatangan seorang Pangeran.”

Axcel tertawa seketika sambil menutup mulut.

“Apanya yang lucu?”

Tawa Axcel mulai mereda perlahan. “Biasanya Pangeran mendatangi Tuan Putri. Tapi ini … Pangeran mendatangi Pangeran.”

Aku tersenyum masam mendengar jawabanya. “Mungkin itu terdengar sinting.”

“Tidak juga. Itu sangat menarik.”

Dahiku berkerut seketika. “Menarik?”

Axcel mengangguk cepat lalu kembali tertawa, sementara aku hanya terdiam melihatnya.

“Maaf, Ririn. Aku tidak bermaksud menyinggungmu.” Wajah ceria Axcel kini berubah menjadi sendu—secepat itu.

Aku menggeleng cepat. “Tidak. Kau tidak menyinggungku sama sekali.”

Axcel menatapku lama. “Ririn.”

“Ya?”

“Pernahkah kau mendengar sebuah dongeng? Suatu hari ada seorang Pangeran dari dunia lain. Lalu Pangeran itu bertemu dengan seorang gadis dan gadis itu adalah Manusia. Pertemuan mereka karena ketidaksengajaan. Mereka akhirnya berteman dan saling membantu, hingga akhirnya mereka jatuh cinta. Tapi takdir tidak merestuinya.”

Loizh III : ReinkarnasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang