Chapter 6

11.9K 1K 41
                                    

Pagi yang dingin membuatku terpaksa memakai sweater tebal. Aku berlari menembus kabut menuju kedai yang terasa seperti rumah keduaku. Hujan semalam membuat embun menyelimuti udara yang sejuk menusuk. Tampaknya matahari enggan untuk membuka tirai awan yang tebal layaknya mantel.

Aku segera mendorong pintu kedai dengan harapan akan melihat senyum Axcel di awal hari ini yang temaram. Namun, meja counter nampak kosong.

Kulirik jam dinding sudah menunjukan pukul 07.18 dan yang membuatku heran Axcel belum ada di tempatnya. Aku melepas sweater dan meletakkan tas di loker bawah meja. Aku manatap lantai sesaat lalu mengetuknya perlahan.

“Axcel?” panggilku berbisik.

Tidak ada jawaban.

“Axcel, kau di sana?”

Masih tidak ada jawaban.

Aku mengetuknya sekali lagi. “Axcel—“

“Ririn, sedang apa kau?”

Sebuah suara mengagetkanku, membuat kepalaku terbentur meja. “A-Adelia?”

“Kau sedang apa di bawah meja?” Adelia menatapku penasaran.

“Oh hmm … aku sedang menaruh tas dan koinku jatuh.” Aku memalingkan wajah dan pura-pura mencari. “Tadi koinku menggelinding kesini tapi … kucari-cari tidak ada,” dustaku.

“Hmm … apa itu koin keberuntungan?” Adelia turut memasukkan kepala di kolong meja dan mengamati lantai.

“Hmm … iya. Itu hadiah dari seseorang.”

“Dari Felix?” Adelia menyeringai. “Kau tidak perlu menyembunyikannya. Kami di sini sudah tahu semuanya.”

Aku mengangguk kaku.

“Sebaiknya kau hubungi Felix dan meminta maaf padanya karena telah menghilangkan koin itu tanpa sengaja. Mungkin lain kali aku akan membantumu untuk mencarinya--.”

“Itu tidak perlu,” sergahku cepat. “Sebaiknya aku hubungi Felix dan meminta maaf.”

“Baiklah, tapi jika nanti aku menemukan koinmu, kau harus menraktirku makan siang.” Adelia tersenyum dan keluar dari bawah meja.

Aku hanya tersenyum mendengarnya lalu menyusul keluar meja.

“Adelia,” panggilku saat Adelia hendak melangkah ke dapur.

“Iya?”

“Kau melihat Axcel? Tidak biasanya dia belum datang.”

Adelia menggeleng. “Hmm … kudengar hari ini Axcel sedang tidak enak badan jadi untuk sementara Axcel tidak masuk kerja. Tuan Erick yang memberitahuku.”

“Axcel sakit? Apa yang terjadi?” gumamku dalam hati.

“Sepertinya hari ini kau harus bekerja ekstra keras, Ririn. Jika kau butuh bantuan dalam melayani pelanggan, aku siap membantumu dan menggantikan Axcel untuk sementara,” tawarnya ramah.

“Terima kasih. Mungkin aku harus mencobanya sendiri dulu tanpa Axcel,” tolakku tersenyum.

“Baiklah. Kalau begitu selamat bekerja.” Adelia berlalu ke dapur.

Aku menatap lekat lantai di bawah meja, membayangkan Axcel yang terbaring sendirian di bawah sana.

* * *

Tak terasa waktu cepat berlalu. Hari yang basah membuat pelanggan tak terlalu ramai. Sepertinya alam sedang berbaik hati padaku karena bekerja tanpa partner. Aku menghela napas sambil merapikan meja counter. Sesekali kulirik lantai di bawah yang tampak gelap pekat. Aku ingin sekali masuk ke sana, ingin tahu bagaimana keadaan Axcel sekarang.

Loizh III : ReinkarnasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang