PUDDING

By Pudding_LGK

34.9K 3.4K 2.6K

Mimi Gyu, Didi Woohyun, Dede Donghyun dan An Twins, keluarga unik yang pudding More

Chapter 0
PUDDIN CHAP 1
PUDDIN CHAP 2
PUDDING Chap 3
Chapter 4
Chapter 5
Pudding Chapter 6
PUDDING CHAPTER 7 [END]
Chapter 7.5 Extra
PUDING CHAP 8 (Season 2)
PUDING Chap 9 (Season 2)
PUDING Chap 10 (Season 2)
PUDDING Chap 11 (Season 2)
PUDDING CHAP 12 (Season 2)
PUDDING CHAP 13 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 14 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 15 (Season 2)
PUDDING CHAP 16 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 17 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 19 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 20 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 21 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 22 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 23 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 24 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 25 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 26 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 27 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 28 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 29 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 30 (SEASON 2)
PUDDING CHAP 31 (SEASON 2) END
PUDDING SEASON 3
PUDDING SEASON 3 PART 1
PUDDING SEASON 3 PART 2
PUDDING SEASON 3 PART SOMETHING
PUDDING SEASON 3 PART 3

PUDDING CHAP 18 (SEASON 2)

490 72 30
By Pudding_LGK

PUDDING Chapter 18

Cast: Woohyun, Gyu, Woogyu, An Woo, An Hye.

Genre: BL, Family

Author: Luksa Gyueren Kyuzizi (LGK)

Sunggyu memegang erat pisau di tangannya, sebenarnya ia tak mau melakukan ini tapi ia terpaksa. Tapi sekarang Gyu tak ragu lagi untuk mengayunkan pisau tajam, meskipun air mata berjatuhan membasahi pipinya. Ini bukan kemauannya, tapi ia harus melakukannya....

"Demi keluargaku, aku akan melakukan apa saja." Gyu kembali menghunuskan pisau, pria di hadapan Gyu melihat dengan tatapan tajam.

"Kau yakin?"

"Ya." Tangan Gyu sudah dipenuhi noda merah, ia tak akan mundur.

"Kau berbuat sampai sejauh ini."

"Hanya ini yang bisa kulakukan!"

Pria yang kelihatannya lebih muda itu menghampiri Gyu, "Aku mengerti Gyu, aku juga mendukungmu."

Seorang wanita berambut pirang berjalan cepat lalu berdiri tepat di hadapan Gyu dan pria yang satunya lagi.

"Sunggyu! Leon! DARITADI KALIAN CUMA GOSIP, MEMOTONG BAWANG MASIH BELUM SELESAI!?"

Gyu meletakan pisau ke sisi meja, masih banyak bawang merah yang harus ia potong dengan pisau, saking banyaknya bawang merah sampai Gyu menangis tak kuat.

"Wortelnya juga iris yang benar." Yeoja berambut pirang bernama 'Yora' masih protes melihat hasil kerjanya Gyu. "Akan kupastikan kalian jadi koki handal setelah selesai ikut kursus masak disini."

"Ah, okay." Gyu membersihkan saos di tangannya yang belepotan.

"Jarang-jarang ada namja ikut kelas masak." Yora memperhatikan Gyu dan Leon dari ujung kaki sampai ujung rambut. "Masih sekolah ya?"

"Masih SMA." Balas Leon. "Kedua orangtuaku ada di luar negri, noonaku tidak bisa masak, terpaksa deh aku ikut kelas masak. Gyu, kau kelas berapa?"

"Hah?"

"Kau masih sekolah juga?"

"Hmm-eh, tepungnya sudah dicampur?"

"Sini biar kucampur."

Jadi, Gyu sebenarnya sedang ikut kursus masak yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Sebagai istrinya Woohyun, sekaligus Mimi dari tiga orang anak, setidaknya Gyu ingin membuat mereka puas dengan masakannya. Woogyu seringkali protes dengan mengatakan bahwa makanan buatan Mimi seperti racun-daging gosong dll. Woohyun memang jago masak, tapi masa sih mau terus-terusan mengandalkan kepala keluarga?

Kelas masak diadakan jam lima sore sampai jam delapan malam, kelasnya terdiri dari seorang guru perempuan bernama Yora (Umurnya 35), dan 12 murid campuran. Delapan perempuan, empat lelaki. Ada tiga perempuan yang masih duduk dibangku sekolah, dan lima ibu-ibu yang sudah menikah.

Tak ada satupun yang tahu bahwa Gyu sudah menikah dan punya anak, mereka semua mengira Gyu masih sekolah seperti halnya Leon. Gyu memang pakai cincin pernikahannya, tapi akhir-akhir ini banyak remaja pakai cincin, karena itulah orang-orang di tempat kursus mengira bahwa cincin yang dipakai Gyu hanyalah cincin gaya-gayaan saja.

Teman pertama Gyu di kelas memasak ini adalah Leon, dia lelaki baik yang menyenangkan. Mungkin Leon seumuran Woogyu, atau bahkan lebih muda, Leon menganggap Gyu sebagai hyung sekaligus teman baik hanya dalam waktu satu hari.

Gyu tak sabar ingin mengejutkan Woohyun tentang kemampuan masaknya, ia ingin membuat suaminya bangga dan puas dengan masakan asli buatan sang istri, Gyu juga sangat ingin mendengar Anhye, Woogyu dan Anwoo memuji masakan miminya.

Semoga saja dalam waktu satu minggu, Gyu bisa memasak menu enak walau hanya satu atau dua menu, yang namanya belajar kan memang bertahap, tak ada yang instan.

Saat dulu masih pacaran, Gyu pernah membawakan bekal makanan untuk Wooyun, Woohyun melahap habis semua makanan. Gyu yang penasaran pun mencoba mencicipi masakan buatannya sendiri, rasanya... Ueghh--- kacau. Woohyun terpaksa memakan semua masakan jyjyk itu demi menyenangkan hati Gyu?

Rupanya kegiatan Gyu yang bolak balik pergi kursus telah membuat kesalahpahaman baru. Woohyun akhir-akhir ini mulai curiga pada Gyu yang sering kelabayan di sore hari dan pulang malam, alasannya sih 'bertemu teman'. Malam ini pun begitu...

07:00 PM

Woogyu sedang memberi makan Chocho, An Woo dan An Hye nonton TV, sementara Woohyun terus mengecek ponselnya-menunggu balasan dari Gyu.

"Mimi kalian tuh susah dihubungi."

"Bukannya Mimi sedang main?" Woogyu mengais Chocho yang terus mengigit tulang.

"Kemarin juga dia main, masa main terus-terusan? Kan sudah bukan masanya."

"Ckckck didi, Mimi kan ingin merasa muda lagi." Balas Woogyu yang terkesan membela padahal sebenarnya ia hanya mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. "Atau bisa saja Mimi main dengan teman namjanya."

Woohyun, An Woo dan An Hye serempak menatap sinis Woogyu.

"Apa?" Woogyu belum sadar dirinya sudah mengucapkan kata-kata yang bisa memicu kecemburuan sang didi.

"Maksudmu selingkuh?" tebak An Woo. "Mimi itu kan tergila-gila pada Didi, dia tak mungkin selingkuh."

"Memangnya siapa yang bilang selingkuh?" balas Woogyu, "Aku kan cuma bilang kemungkinan Mimi main dengan teman namjanya, memangnya salah ya?"

"Teman namja bisa berpotensi teman selingkuhan." An Hye yang kalem saja ikut-ikutan paranoid kalau sudah mencangkup orangtuanya. "Tapi bukan berarti Mama dilarang berteman dengan siapapun."

"Bagaimana seandainya Mimi benar-benar selingkuh!?" An Woo heboh sendiri. "Aniya! Aku tidak mau punya ibu tiri! Apa kalian bisa membayangkan bagaimana kehidupanku seandainya punya saudara tiri? Mereka mungkin akan menindasku."

"An Woo, aku justru khawatir kau yang menindas mereka." Timpa Woogyu, ia lalu melepas Choco dan duduk di sofa bersama Didinya. "Palingan Mimi sedang main di warnet."

***

Gyu pulang ke rumah jam setengah sepuluh disaat anak-anaknya sudah tidur (Kecuali An Woo yang belum tidur karena asyik main twitter).

Woohyun sudah menunggu di kamar dengan ekspresi datar, seolah-olah seperti akan ada adegan suami menegur istri.

"Kemana saja jam segini baru pulang?" Woohyun mencoba bersikap tetap cool.

"........Main."

"Main kemana?"

"Reuni teman SMA."

"Berapa orang?"

Gyu malas harus diintrogasi sekarang karena dia masih capek dan hanya ingin rebahan di kasur.

"Kenapa detail sekali pertanyaanmu?" Gyu balik bertanya, ia melepas jaketnya lalu duduk di atas kasur.

"Jawab saja."

"Tiga namja, dua yeoja."

"Kau tidak bohong kan?" Woogyu masih ragu.

"Tidak," Gyu buru-buru meraih tangan Woohyun, ia ingin segera merubah suasana. "Kau cemburu ya?"

"Jelas saja aku cemburu."

"Jangan judes begitu dong," Gyu tetap tersenyum menghadapi suaminya yang kadang terlalu berfikir berlebihan. "Mereka hanya teman, tak lebih. Lagipula kita sudah bersama untuk waktu yang lama, aku juga punya anak-anak, kau tak perlu meragukanku."

"An Woo takut punya ibu tiri."

"Pfthhh.... kalian sampai paranoid seperti itu?" Gyu tak habis pikir, antara kesal dan ingin tertawa mendengar reaksi suami dan anak-anaknya. "Tidak ada satupun orang yang bisa menggantikanku sebagai mamanya An Woo, Woogyu dan An Hye."

"Nah itu baru Gyu'ku." Woohyun berhasil mengumpulkan kembali moodnya sehingga ia tidak badmood seperti barusan. "Karena hanya kau yang cocok jadi mama untuk ketiga anakku."

"Menggombal nih?"

"Aku serius koq." Woohyun sangat yakin dengan kata-katanya.

Jika bukan Gyu, siapa lagi yang bisa menempati posisi 'Mama dari ketiga anak Woohyun' ?? tak ada satupun yang cocok jadi mamanya An Woo, Woogyu dan An Hye selain Gyu. Meskipun ketiga anak itu tak pernah tahu bagaimana rasanya punya ibu seorang yeoja, tapi bagi mereka kehadiran Gyu adalah segalanya, begitu juga dengan posisi Woohyun sebagai kepala keluarga.

"Hyun, seandainya aku tak ada, memangnya kau mau menikah lagi?"

"NGAWUR." Balasan Woohyun cukup mengejutkan, terlebih dia mengucapkannya dengan nada sewot dan sedikit membentak.

"Kan masih banyak yeoja cantik diluar sana." Gyu sebenarnya penasaran dengan jawaban Woohyun, makanya dia tetap bicara panjang lebar. "Kau juga tidak kelihatan tua, aku yakin banyak yeoja menyukaimu."

"Lalu kau pikir aku akan mengiyakan dan menjadikan mereka ibu tiri dari ketiga anakku?"

"Hmmm........"

"An Hye, Woogyu dan An Woo juga anakku, bukan hanya anakmu." Woohyun mengingatkan, "Jadi aku berhak menentukan apa yang terbaik bagi mereka."

"Maksudmu?" Gyu gagal paham.

"Berarti aku berhak memutuskan bahwa satu-satunya mama mereka itu cuma kau. Memang benar di luar sana banyak yeoja cantik dan punya bakat sebagai seorang istri, tapi tak semuanya mengerti kepribadian masing-masing dari anakku."

Tak pernah terpikirkan sebelumnya bagi Woohyun memiliki tiga orang anak yang sangat spesial. An Hye adalah anak pertama yang ia adopsi bersama Gyu di sebuah rumah sakit di Jejju, banyak suka duka dialami sepasang suami istri ini untuk membesarkan An Hye yang dulu tak punya harapan hidup karena penyakit.

"Yang dulu tak bisa tidur karena terus menjaga babby An Hye siapa?" tanya Woohyun.

"Aku," balas Gyu. "Yang dulu kerja mati-matian jadi kuli untuk biaya pengobatan babby An Hye siapa?"

"Itu aku." Woohyun mulai tersenyum, bernostalgia memang sangat menyenangkan. "Hanya kita berdua yang tahu bagaimana susah senangnya mengurus An Hye. Bahkan meskipun dokter mengatakan An Hye tak punya harapan hidup, kita tetap percaya takdir. Dan sekarang... tahu-tahu An Hye sudah dewasa."

"Kehadiran Woogyu dan An Woo juga menambah ramainya keluarga kita. Seandainya dia juga ada......"

"An Kyu kembarannya An Woo?" tanpa sadar Woohyun membuka luka lama yang terkubur dan terlupakan, yaitu sosok An Kyu, kembarannya An Woo yang ia kira sudah meninggal.

"Nde, hyun, menurutmu bagaimana jadinya seandainya An Kyu tetap hidup?"

"Rumah pasti akan semakin ramai."

Obrolan mereka ternyata didengarkan oleh An Hye yang ada di luar kamar. Sebenarnya An Hye ingin ke kamar MimiDidinya untuk pinjam batre notebook, tapi saat akan membuka pintu, ia berhenti- An Hye tak sengaja mendengar 'An Kyu, kembaran An Woo'.

'Aku punya.... adik kembar?'

An Hye mengurungkan niatnya untuk pinjam batre, ia kembali ke kamar karena tak mau Mimi Didinya curiga. Dari ketidaksengajaan ini, setidaknya An Hye mengetahui sesuatu yang selama ini disembunyikan orangtuanya, yaitu tentang kematian An Kyu.

'Kenapa mereka tak pernah menceritakan tentang An Kyu?'

***

Esok harinya Woogyu dikejutkan oleh permintaan An Woo yang aneh sekaligus dadakan;

"Woogyu oppa, please, jebal, help, pura-pura jadi pacarku ya?"

"MALAS" Woogyu menolak sangat tegas.

"Ih. Aku juga melakukannya karena terpaksa." An Woo sengaja datang ke kamarnya Woogyu jam lima pagi disaat anggota keluarga yang lain masih tidur.

"Kenapa juga aku harus pura-pura memacari adikku sendiri?"

"Jangan salah paham begitu dong." An Woo terlihat panik, sepertinya ada masalah penting yang memang harus ia bicarakan. "Sebenarnya ada seorang namja yang terus-terusan menggangguku di sekolah, dia sasaeng (stalker). Dia memaksaku jadi pacarnya, tapi aku tidak mau, aku sering menolaknya tapi dia tak mau menyerah. Makanya Oppa pura-pura jadi pacarku, supaya dia menyerah. Tak perlu repot-repot, hanya sekedar menemaniku main keluar, sudah."

"Kau ini merepotkan ya? Minta Hye hyung saja sana."

"An Hye Oppa sibuk, ayolah Woogyu Oppa, nanti kutraktir banyak makanan."

"Serius?"

"Iya! Sepulang sekolah temui aku di dekat air mancur kota. Aku sudah bilang padanya kalau aku ada janji dengan Oppa, dia pasti akan mengikuti kita sampai akhirnya dia menyerah dan berhenti."

Tugasnya kakak memang membantu dan melindungi adiknya sih, tapi entah kenapa Woogyu sangat malas kalau harus berakting pura-pura jadi pacar. Tapi ambil sisi positifnya saja, jarang-jarang dua bersaudara ini menghabiskan waktu bersama. Anggap saja moment untuk mempererat persaudaraan, kurang lebih seperti itu deh.

Meskipun An Woo dan Woogyu seringkali bertengkar, saling meledek atau kadang cuek, tapi mereka adalah kakak adik yang cukup dekat. Banyak orang mengetahui sisi gelap An Woo yang punya sifat psikopat dan sadis, tapi Woogyu tak pernah menunjukan rasa takut atau menghindar saat berhadapan dengan adiknya itu.

'Saat orang-orang ketakutan melihatku, Woogyu oppa tetap bersikap biasa.'

Moment yang dijanjikan pun tiba

Jam 04: 12 PM

Sesuai dugaan An Woo, ia melihat si sasaeng memperhatikannya dari kejauhan.

"Cih, dasar sasaeng keras kepala." An Woo semakin kesal, ia tak menyangka akan ada seorang pria yang sangat terobsesi dengannya. "Woogyu Oppa mana sih, koq belum sampai?"

Woogyu si jam karet akhirnya sampai jam 04:32

"Lama ya?" Woogyu mengajukan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya, ia membuat adiknya menunggu 32 menit!

"Lu-Ma-Yan, 32 menit." Balas An Woo, ketus.

"Nih," Woogyu menyodorkan minuman kaleng untuk adiknya, "Kau pasti haus."

Ah... keren, Woogyu memang sangat perhatian dan sempat-sempatnya membelikan minuman untuk An Woo. Tapi-MASA MINUMANNYA KOPI PAHIT PANAS? YANG BENAR SAJA!?

"Punyaku strawberry." Woogyu meneguk minumannya yang super manis, tak seperti minuman kopi pahit yang ia berikan untuk An Woo.

"Kenapa punyaku kopi pahit!? Ah! Oppa jahat! Sini jus strawberrynya buatku!" An Woo bersikeras merebut kaleng minuman yang dipegang Woogyu, terjadilah aksi berebutan yang membuat hidung Woogyu kemasukan minuman, ia K.O untuk beberapa menit.

"Yah.. habis." An Woo mengocok-ngocok kaleng minuman strawberry, ia melihat Oppanya sedang jongkok sambil memegangi hidung.

"Kau sadis, hidungku kemasukan air."

"Ah, mianhae oppa."

Memang pada dasarnya dua orang ini adalah kakak beradik yang heboh, mereka tetap bersikap natural dan tak bisa berakting layaknya couple. Tapi An Woo menikmati moment ini, sudah lama ia tak menghabiskan waktu dengan kakaknya berjalan-jalan di keramaian kota. Woogyu memang anak yang sangat manja dan polos, tapi dia juga sosok kakak yang baik dan tak melepas tangan adiknya saat berjalan.

An Woo tidak lengah, ia melihat di pantulan cermin jalan, sasaeng masih mengikutinya.

"Oppa, dia masih mengikuti." Bisik An Woo.

"Sasaengmu itu keras kepala ya?"

"Iyaaa."

"Eh An Woo, main game yuk."

"Koq main game? Nanti dia curiga-mana ada orang main game saat ngedate."

"Bodo amat, ayo main." Mata Woogyu selalu berbinar-binar setiap kali melihat Game Center, ia memang ahlinya main game. Tak tanggung-tanggung, Woogyu bahkan menantang anak SD bermain balapan mobil, siapapun yang kalah harus menyerahkan cemilan.

"Oppa, itu namanya pemerasan."

"Dunia ini kejam." Balas Woogyu. "Anak SD harus diajari bagaimana rasanya kehilangan permen, hanya yang kuat yang bisa bertahan hidup, itu ajaran Didi."

"Ajaran Didi aneh-aneh ih."

An Woo juga terbawa suasana, ia justru keasyikan main game bersama Oppanya dan ikut-ikutan jadi preman yang malak permennya anak SD.

"Woahh... An Woo, kau bakat jadi preman."

"Jadi preman bukanlah mimpiku."

An Woo fokus main game lempar basket mini, ia dapat puluhan tiket dan mulai berfikir untuk mengoleksinya.

"Eh? Mana Woogyu oppa?" An Woo melihat sekeliling, tak ada tanda-tanda keberadaan Woogyu. Apa Oppanya diculik? An Woo terus berjalan ke tiap sudut, sosok yang dicari akhirnya ditemukan di depan mesin boneka. Ada tumpukan boneka dalam mesin, beberapa orang banyak yang gagal, tapi Woogyu berhasil mendapatkan satu boneka.

"Nih boneka buatmu." Woogyu memberikan hadiah boneka untuk si adik. "Lucu, bonekanya mirip denganmu."

Siapa sih yang tidak senang disebut mirip boneka? So sweet ya si kakak yang memberi hadiah boneka untuk adiknya, tapi boneka yang diberikan Woogyu adalah boneka monyet. Agak kesal juga sih disamakan dengan monyet, tapi kalau dipikir-pikir... ini adalah hadiah pertama yang An Woo dapatkan dari Woogyu.

"Gomawo Oppa."

Hari ini sangat menyenangkan. An Woo dan Woogyu makan bersama di cafe, mereka memesan es krim dan cheese cake. Sesuai perjanjian, semuanya An Woo yang bayar.

"Kenapa kau tidak suka sasaengmu?" tanya Woogyu, memelankan suaranya sambil terus mengunyah keju.

"Dia sangat terobsesi denganku, aku jadi takut." Balas An Woo dengan suara kecil juga. "Dia terus-terusan menyimpan coklat di lokerku."

"Enak dong, aku suka coklat." Woogyu jadi iri mendengarnya, ia belum pernah mendapatkan coklat nyasar dalam loker.

"Tapi kalau setiap hari kan takut. Tak hanya itu, dia juga memberi Like di semua postingan instagram dan twitterku."

"Terus?"

"Dia pernah mengirimiku surat, isi teksnya sangat panjang tapi intinya dia menulis bahwa dia tak akan melepaskanku."

"Lalu apanya yang menakutkan?" Woogyu masih belum paham, karena baginya kelakuan si sasaeng itu seperti kelakuan didi terhadap miminya, jadi tak ada yang aneh.

"Oppa! Masa tak mengerti sih? Pokoknya bagiku itu menyeramkan."

"Yakali," Woogyu masih belum paham "Eh, aku masih penasaran lho kenapa Mimi sering pulang malam, jangan-jangan.........."

"Jangan-jangan apa!?" An Woo teringat kembali ucapannya tentang 'Mimi selingkuh'. "Aku tidak mau mimididi pisaaahhhh. Woogyu Oppa, bagaimana ini!?"

"An Woo, kau ini sebenarnya Suheri ya?" tanya Woogyu.

"Suheri?"

"SUka HEboh sendiRI alias Suheri."

"Hooo....."

Mereka mengobrol banyak hal, Woogyu juga pesan banyak makanan enak yang mahal, ia tak sungkan-sungkan toh yang bayar kan An Woo.

Acara fake date tampaknya harus segera berakhir karena sekarang sudah jam enam malam, Didi dan Mimi pasti marah kalau anak mereka pulang telat.

An Woo bayar kasir terlebih dahulu, ketika akan kembali ke mejanya, ia tak sengaja menyenggol tangan seorang wanita yang sedang minum, dress yang dikenakan wanita itu jadi kotor kejatuhan minuman.

"Aahhh.!!!! Maaf! Aku tak sengaja," An Woo memperhatikan wanita di hadapanya yang mulai menunjukan ekspresi marah.

"Dua matamu itu bukan sekedar pajangan kan!?" bentaknya.

"Aku... aku sungguh tak sengaja." An Woo mengambil tisu di meja dan membantu mengelap tapi tangannya ditampar si wanita yang masih marah.

"Singkirkan tanganmu."

Wanita itu ternyata tak sendiri, dia bersama namja yang kemungkinan adalah pacarnya. Dari segi wajah, bisa jadi umur keduanya sekitar 25an ke atas.

"Kau membuat dressnya kotor." Timpa si namjachingu yang punya perawakan besar dan alis tebal.

Woogyu tak tinggal diam, dia segera menghampiri adiknya yang sedang dimarahi.

"Dia kan sudah minta maaf." Woogyu berdiri membelakangi An Woo. "Jangan memarahinya seperti itu."

"Dasar bocah tak tahu sopan santun, sudah berbuat salah masih ngotot." Si wanita tak mau kalah, ia kelihatannya merasa sangat terhina hanya karena dress mewahnya ketumpahan minuman.

"Padahal aku mau pergi, tapi dressku basah seperti ini."

Si pelayan cafe juga datang, ia mencoba melerai permasalahan sepele ini dengan memberikan sapu tangan baru.

"Kelakuan bocah-bocah mengesalkan." Si pria beralis tebal masih marah melihat pakaian kekasihnya yang basah, ia benar-benar tak terima.

Ada bermacam-macam orang di dunia ini, ada yang memaafkan, ada juga yang hatinya seperti batu. An Woo tak tahu harus bagaimana lagi, ia memang tak sengaja, sekaligus merasa sangat bersalah setiap kali melihat dress si wanita yang basah, terutama di bagian atasnya.

"Kami minta maaf." Woogyu menundukan badan 90 derajat, hanya ini yang bisa ia lakukan, karena ia tak bisa tiba-tiba saja membelikan dress baru.

"Kurasa sekarang impas." Si pria melakukan hal terduga, ia menumpahkan segelas jus jeruk ke kepalanya Woogyu. An Woo shock melihatnya, ia sudah sangat emosi ingin membalas, tapi Woogyu menggenggam tangan An Woo sebagai isyarat untuk tetap diam.

Tak selamanya masalah bisa selesai dengan kekerasan atau saling memaki.

An Woo yang biasa adalah An Woo yang tak bisa menahan diri untuk berbuat kasar atau keji pada orang-orang yang tidak ia sukai, bisa saja sekarang ia menusuk tangan si pria dan wanita menggunakan garpu, ia bisa melakukannya........ tak ada yang bisa menghentikan sifat sadis An Woo, kecuali Woogyu.

Semua orang di cafe memperhatikan pria pemarah yang menumpahkan minuman ke kepala Woogyu, tapi anak kedua MiDi tetap tidak berontak, sikap mengalahnya membuat dua orang dewasa tersebut malu.

........

.............

...................

.........................

.....................................

An Woo menunggu kakaknya yang masih ada di toilet untuk membasuh rambut. Kenapa... kenapa hari ini harus berakhir menyebalkan?

"Ayo pulang." Woogyu keluar dari toilet sambil merapikan rambutnya yang masih basah.

"Oppa, mianhae.... kenapa malah Oppa yang kena."

"Gwenchana, sekarang rambutku jadi wangi jus jeruk lho."

"Kalau saja aku tak minta Oppa menemaniku hari ini, pasti Oppa tak perlu disiram seperti itu. Aku sangat kesal..."

"Tak apa." Woogyu mengucak-acak rambut An Woo "Yang penting makanan hari ini ditraktir semua olehmu."

"Tapi tetap saja... aku jadi merasa bersalah sudah melibatkan Oppa. Aku boleh membalas mereka? Aku pasti bisa menemukan mereka dengan mudah dan balas dendam. Akan kupotong jari-jari tangan mereka, ne Oppa, aku pasti akan melakukannya."

Woogyu lalu melihat jari-jarinya sendiri yang lentik, "Jariku bagus ya mirip Mimi?"

"..............Nde," An Woo bingung kenapa Oppanya mengalihkan pembicaraan. "Oppa, aku sangat kesal setiap ingat mereka!"

"Ya sudah jangan diingat." Woogyu lantas mengeluarkan topi dari tas, ia galau harus menutup rambutnya yang basah atau membiarkannya kering. "Daripada ingat yang jelek, ingat saja yang bagus-bagus, misalnya boneka monyet."

"Oppa sendiri kan tahu aku tidak bisa menahan emosi! Aku tidak seperti Mimi, Didi, Woogyu Oppa maupun An Hye Oppa, aku tidak seperti kalian yang bisa tetap tenang. Aku bisa stres kalau tidak menyakiti orang-orang yang sudah membuatku kesal."

Sifat physico inilah yang membuat An Woo berbeda dari orang-orang kebanyakan, ia gadis berbahaya yang mungkin tak akan sungkan untuk memutilasi orang lain.

Woogyu tak banyak protes atau membahas masalah kepribadian adiknya itu, untuk sekarang ia tetap bersikap biasa saja.

"Meskipun seandainya suatu saat nanti semua orang di dunia ini berbalik memusuhimu, aku tidak akan membiarkanmu sendiri, karena sudah sewajarnya seorang kakak melindungi adiknya."

"Oppa..." An Woo cukup terkejut mendengar ucapan Woogyu yang menyentuh.

"Kau bisa menahan diri untuk tidak berbuat sadis kan? Nanti kubelikan boneka babi lucu."

"Oppa...."

"Apa?"

"Tumben Oppa waras."

Bletak! Woogyu menjitak keras kepala An Woo, keterlaluan deh padahal sudah bicara keren tapi ujung-ujungnya disebut 'Tumben waras', jadi selama ini Woogyu tidak waras??

"Sakit tahu-"

"Dijitak saja sakit, apalagi jarinya dipotong?" balas Woogyu. "Ayo pulang, nanti Didi ngamuk."

Woogyu selalu saja manja dan berbuat seenaknya. Dia anak kedua tapi tingkahnya seperti maknae. Jika Woogyu bersama Mimi Didi, dia akan berubah jadi anak yang sangat polos dan manja, melebihi si bungsu.

Dulu Gyu sempat khawatir seandainya Woogyu akan terus bersikap kekanakan, Gyu dan Woohyun mencoba banyak cara untuk mendisiplikan Woogyu supaya bersikap dewasa meski hasilnya seringkali gagal. Tapi sepertinya mereka tak perlu lagi khawatir...

Keputusan Mimi Didi untuk memberikan adik bagi Woogyu adalah keputusan yang benar.

***

Di tempat kursus masak

Gyu bahagia sudah berhasil membuat omelet tanpa membuatnya gosong. Tak ada lagi Lurdasong (telur dadar gosong) !!!

"Woohyun, kau tunggu saja- koki baru comming soon."

Gyu baru menyadari sesuatu, kemana rekannya? Siapa lagi kalau bukan Leon, apa mungkin Leon bolos?

Panjang umur, Gyu melihat Leon baru saja muncul dari balik pintu, tapi Leon sangat lesu dan wajahnya juga suram.

"Kau kenapa?" Gyu memperhatikan rekan kecilnya mulai pakai celemek.

"Gadis yang aku sukai ternyata memang sudah punya pacar."

"Owh... aku turut berduka cita." Gyu tak tahu harus bicara apa di situasi seperti ini.

"Pacarnya juga kelihatan sangat tulus, meski dia kurus kecil dan bloon"

"Hah?"

"Kalau dipikir-pikir," Leon memperhatikan wajah Gyu secara seksama. "Wajah lelaki itu agak mirip denganmu."

"Masa sih?"

"Mungkin aku salah lihat, di korea ini kan ada puluhan orang yang wajahnya mirip."

".................." Gyu semakin bingung harus balas apa. "Jadi kau menyukai seseorang yang sudah punya pacar?"

"Iya, dia gadis idamanku. Aku bahkan sangat romantis, setiap hari memberikan coklat di lokernya, bahkan aku tahu semua akun medsosnya."

"Kau kedengaran seperti sasaeng."

"Gyu, apa yang sebaiknya aku lakukan? Apa aku menyerah saja?"

Gyu menepuk bahu Leon, "Jika dia memang gadis yang kau cintai, jangan menyerah. Mereka pacaran bukan berarti langsung menikah."

"Iya sih..."

"Leon, aku mendukungmu. Kau pasti bisa mendapatkan gadis yang kau sukai."

"Wahhh aku jadi terharu."

Gyu lanjut menyalakan kompor untuk menu makanan kedua, "Perbuatanmu memang seperti sasaeng sih, tapi tak masalah untukku. Kecuali kalau gadisku (An Woo) yang dikejar-kejar sasaeng, aku pasti akan menghajar sasaeng itu sampai babak belur, tidak boleh ada yang menyentuh gadis kesayanganku."

(Read: Tipikal ORANG TUA SUPER PROTECTIVE)

"Huh? Gadisku? Maksudnya pacarmu?"

"Kau tak perlu tahu." Gyu tak memberikan jawaban pasti. Ia memang mendukung Leon untuk mendapatkan gadis yang diincar, TANPA TAHU bahwa gadis yang diincar Leon adalah An Woo (anak perempuan kesayangannya).

Meanwhile... Woohyun semakin galau karena Gyu masih belum pulang ke rumah.

"Haruskah aku menghukum Gyu??"

To Be Continued

Preview next chapter

An Hye mulai menyelidiki rumah sakit tempat dulu An Woo dilahirkan, darisanalah ia tahu bahwa dulu Mimi dan Didinya punya anak kembar.

"Rasanya ada sesuatu yang ganjil." An Hye melihat berkas dokumen rumah sakit. "Apa An Kyu memang benar sudah meninggal?"

+++

Seona mulai menyadari identitas dirinya sebagai Kimi, ia tak ingin terus-terusan dibelenggu oleh Junghwan. Ia mengulurkan tangannya untuk An Kyu.

"Kita pergi dari tempat Junghwan, aku yang akan melindungimu."

+++

Di kelas masak Gyu ada guru baru, guru baru?? Guru baru yang ditaksir banyak murid yeoja dan para ahjumma, siapa lagi kalau bukan-"Woohyun!?"

Continue Reading

You'll Also Like

Back To Campus By Siyunkiyun

Mystery / Thriller

47.7K 5.7K 61
Empat Adik kakak tidak sedarah kembali beraksi, kembali ke masa Kuliah, dan menyelesaikan banyak masalah di kalangan Mahasiswa!! Apa mereka akan ikut...
1.6M 205K 39
[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] BELUM DI REVISI!! SEBAGIAN PART SENGAJA DI HAPUS!!🙏🙏 PLEASE YANG BACA CERITA INI KALAU UDAH TAU ENDINGNYA JANGAN SPOIL...
KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

7M 528K 92
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
3.8M 231K 52
"Satu langkah kakimu keluar dari rumah, aku tidak akan segan-segan memotong kakimu!" Memiliki suami mafia berjiwa psikopat itulah yang dialami wanita...