Love Me Harder (end)

finaha201_ द्वारा

436K 24.7K 621

# 7 dlm rendom (05-09-'17) # 15 (14-08-'17) # 18 (09-08-'17) # 42 (25-05-'17) #Iqbaale rank 2 Memang pernikah... अधिक

Part 1
part 2
Part 3
Part 4
Part 5
part 6
part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
part 26 (a)
part 26 (b)
part 27 a
part 27 B
28
29
30 (yeyyyy!!!)
30 B
31
32
33
33 b
34
34 B
35
36
37
37 B
38
39 (a)
39 (b)
Ilustrasi....
41
42
43
44
45
epilog
Bonus
Thanks to you, guys...
Pengumuman!!!
pengumuman!!! (2)
Hallo!!!
Promosi
sapaan ajah

40

6.3K 354 23
finaha201_ द्वारा

Part ini, aku cuma sanggup sampai 3000++ kata aja. Ga tau deh kenapa jadi makin males. Padahal bentar lagi kelar.

And akhirnya....
Sebelum malming datang, aku sudah bisa menemani kalian lewat LMH😊😊😊

Langsung aja deh....

Enjoy the story....

***

"Makasih udah jadi partner hidup aku, dan mau memberi dan menerima beban itu bersama."

***

"Host..host..."

"host...host..."

Deru nafas tak beraturan terdengar diseluruh ruangan ini. Keduanya nampak lelah ditengah malam di kota Milan ini. Yah, mungkin kalian udah tau mereka melakukan apa. Dan aku males ngejelasinnya karna sebenernya pun aku ga ngerti mereka ngapain😅.

Sudah hampir tiga tahun mereka menikah, akhirnya Nk dan Iqbaale bisa pergi honeymoon berdua lagi. Diana dan Efel mereka titipkan pada Rike dan Harry. Pekerjaan? Sebenernya mereka disini karna pekerjaan Nk, sedangkan Iqbaale memantau dan memeriksa perusahaannya lewat email. Dan hari ini adalah hari ke 6 mereka di Milan, itu berarti, lusa mereka akan pulang ke Indonesia.

"Udah ah, host... Capek." ucap Nk terbata-bata sembari menatap langit-langit kamar hotel.

"emang udahan kok." Sahut Iqbaale tanpa memoleh pula.

Lalu beberapa saat kemudia, Nk terlelap menghadap Iqbaale dengan muka damainya. Iqbaale yang menyadari suara tertidur Nk, langsung menengok dan memposisikan tubuh polosnya kearah Nk pula. Menyingkirkan rambut-rambut yang menghalangi wajah cantiknya, mengecup lama keningnya, dan ikut terlelap dengan posisi memeluk istrinya.

***

"Makannya jangan yang aneh-aneh lagi." Ucap Nk tegas saat keduanya sedang memilih makan siang disalah satu restoran asia, rekomendasi kerabat kerja Iqbaale.

"Iya, aku juga kapok gara-gara waktu itu." Sahut Iqbaale tanpa menoleh dan membaca menunya.

"Habis ini mau kemana?" Tanya Nk saat sudah memesan makanan dan menunggunya datang.

"Kamu maunya kemana?" Tanya Iqbaale menatap wajah Nk yang imut itu.

"Kayak kehutan atau ke taman gitu yuk, mumpung lagi salju kayak gini." Jawab Nk dengan mata berbinarnya.

"Boleh, nanti aku minta rekomendasinya temen aku yah." Ujar Iqbaale dengan diakhiri senyuman andalannya.

Mendengar itu, Nk memasang wajah cemberutnya. "Kenapa kita ga cari sendiri aja? Itung-itung nyasar berdua sebentar, kan asik juga, baale." Usulnya yang dipertimbangkan oleh Iqbaale.

"Kalo nyasar beneran gimana?" Iqbaale memikirkan resikonya.

"Apa gunanya google map coba?" Celetuk Nk.

"Kalo ga bisa, gimana?"

"Ih, bawel. Jadi mau ga?" Tanya Nk mulai jenuh dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh Iqbaale.

Faktor usia kali yah, Iqbaale mikirnya bisa selama dan seditail itu dibandingkan biasanya. Dan itu membuat Nk jengkel.

"Ya udah, kita pergi ketaman deket sini, bagus banget pas aku liat tadi malem di google." Iqbaale hendak protes, tapi dengan cepat Nk mengangkat jari telunjukkan dengan tatapan tajamnya. "Dan aku ga mau denger penolakkan kamu itu. Ngerti?"

Dengan pasrah, Iqbaale pun mengangguk sebagai jawaban, atau malah hanya sebuah tindakan untuk membuat wanita ini bahagia dihari jadi pernikahan mereka.

Usai makan siang, akhirnya mereka berjalan kaki menuju taman yang dimaksud Nk. Cukup sekali naik kereta bawah tanah, berjalan beberapa meter, dan sampailah mereka ditempat tujuan. Taman yang didominasikan dengan pohon yang Nk duga adalah pohon sakura, kini tertutup oleh salju yang cukup tebal, jalan setapak pun hampir tak terlihat. 

Inilah akibatnya kalo jalan keluar negri dimusim salju, ada kalanya badai salju datang, sehingga menutupi jalan atau pemandangan kota. Dan jangan kalian pikir setiap butiran salju itu indah, seperti saat dijalan tadi saja, Nk dan Iqbaale terus-terusan mendapati salju yang kotor efek debu atau ban kendaraan, sehingga tak seputih biasanya. Namun berbeda saat ditaman, semuanya seakan diselimuti oleh kain wol yang indah.

"Enak yah berduaan kayak gini," Nk menoleh kearah Iqbaale yang akhirnya bersuara setelah slama perjalanan ini lebih banyak diamnya. "Anak-anak dititipin sama Bunda dan Ayah, kita kerja sambil liburan kayak gini, berdua lagi." Celetuk Iqbaale sembari merangkul pinggang Nk mesra.

"Kamu seneng banget yah kalo berdua kayak gini?" Pertanyaan Nk membuat Iqbaale menoleh dengan senyuman bahagianya dan anggukan yang bersemangatnya.

"Bener-bener dunia, tuh, kayak milik berdua aja gitu."

Nk hanya terkekeh mendengar menuturan Iqbaale. Menurutnya, ucapan yang suaminya lontarkan hanya ucapan klise yang sering ia baca di novel-novel remaja atau film-film yang sudah Nk hafal alur ceritanya."Kayak ABG aja kamu." Gumamnya sembari kembali menatap kearah depan dengan tatapan kagumnya.

"Gapapa dong, biar awet muda terus." Lagi-lagi ucapan Iqbaale hanya membuat Nk terkekeh geli.

Masih mengelilingi taman, Nk dan Iqbaale terus bercerita soal pekerjaan, bersandang gurau atau malah ngegombal dan saling menggoda, dan mengenang masa-masa mereka dulu sembari terus berjalan mengelilingi Taman tersebut.

"Masih inget ga, cara aku ngungkapin perasaan ke kamu untuk pertama kalinya?" Tanya Nk sembari duduk disalah satu kursi taman.

"Masih," Iqbaale ikut duduk disamping Nk dengan senyuman gelinya. "Yang diakhiri sama tumpukkan buku dikaki aku kan?"

Keduanya sama-sama tertawa kecil mengingat kejadian dulu. Masa dimana Iqbaale yang menemani Nk ke perpustakan untuk mengembalikan buku paket matematika yang super tebel, karna saat itu Iqbaale tak membantu Nk, terjadilah kejadian dimana Nk keceplosan ingin melupakan perasaannya pada Iqbaale, Iqbaale yang cuek, hanya menanyakan alasan kenapa gadis dihadapannya (dulu) menyukainya. Bukannya menjawab atau berkata sesuatu yang terkesan malu-malu, Nk malah berketus tajam dan mendobrak seluruh buku yang ia pegang sejak tadi ke kaki Iqbaale. Dan kejadian itu sulit mereka lupakan.

"Maaf yah soal dulu, aku ga sempet minta maaf dan malah pulang duluan ninggalin kamu." Ucap Nk terdengar menyesal.

"Gapapa lagi, udah terbayar semuanya sama ini." Iqbaale meraih dagu Nk dan mengecup singkat bibirnya, "Aku lagi yang harusnya minta maaf,"

Nk mengangkat kedua alisnya dengan bingung. "Kenapa minta maaf?"

"Karna slama ini udah nyakitin kamu, sempet ga peduli sama kamu, ga ngehargain kamu..."

"Tapi semua kebayar kok." Nk memotong kata-kata Iqbaale, ditambah senyuman manisnya. Dan Iqbaale cukup terpaku melihat senyuman itu. Rasanya seperti badai salju yang menghambar hatinya, dan dihangatkan penuh oleh senyuman itu. "Dan aku udah keseringan maafin kamu."

"Huft, kapan sih kamu jahat banget ke akunya? Udah kayak malaikat aja tau ga?" Celetuk Iqbaale yang hanya direspon tawaan geli dari lawan bicaranya. "Tapi aku bersyukur punya istri bak malaikat kayak kamu," Tawa Nk mereda.  Dan disusul kecupan manis yang Iqbaale berikan dipelipisnya. "Makasih udah jadi partner hidup aku, dan mau memberi dan menerima beban itu bersama."

Nk menatap bingung Iqbaale. Pria ini memang sering memberi kata-kata yang romantis, tapi rasanya tidak pernah tuh seromantis ini dan seserius ini.

"Lho? Kok malah natap aku kayak gitu sih?" Tanya Iqbaale bingung dengan reaksi Nk.

"Hari ini hari spesial kita yah? Kok aku bisa lupa?" Kini giliran Iqbaale yang terkekeh akibat ucapan Nk. "Iya yah?" Tanya Nk meyakinkan.

Iqbaale menangkup kedua pipi Nk  sekaligus mencubitnya pelan. "Tumben kamu lupa, biasanya juga slalu inget."

"Ya, maap. Banyak kerjaan jadi gampang lupa." Ungkas Nk dengan muka cemberutnya. "Tapi benerkan? Hari ini hari jadi kita?" Nk bertanya lagi, untuk meyakinkan saja.

Iqbaale mengangguk sembari tersenyum hangat dan melepas pipi Nk, laly berucap pelan "Happy anniversary sayang..." dan diikuti kecupan manis dikeningnya.

"Makasih..." gumam Nk didalam kecupan Iqbaale. Dan perlahan, tanpa sepengetahuan Iqbaale, Nk mengeluarkan sesuatu dari dalam mantel hitamnya yang tebal, lalu mengecup singkat dagu Iqbaale yang tepat ada di depan bibirnya.

Menyadari itu, Iqbaale melepas kecupannya dan menatap bingung istrinya.

"Sebenernya aku ga lupa." seru Nk pelan sembari membawa kotak kecil berwarna hitam kedepan wajahnya, sehingga wajah cantiknya tertutup kedua tangan yang memegang kotak. "Happy Anniv, sayang."

Iqbaale terkekeh sesaat, sebelum memasang senyum bahagianya, mengambil kotak tersebut dan menepis pelan tangan yang menutupi wajah cantik Nk. Lalu mengelus pelan kepalanya yang tertutup jilbab.

Nk yang menikmati elusan pelan itu pun ikut tersenyum. "Eh, bukan dong kadonya. Pasti deh kamu suka." Pinta Nk dengan semangatnya.

Iqbaale melepas tangannya dari kepala Nk dengan senyuman, lalu beralih ke kotak kecil yang ada digenggamannya. Membukannya perlahan tutup kotak itu, dan senyumannya yang sudah terukir, kian merekah sempurna.

"Suka ga?" Tanya Nk meyakinkan.

Iqbaale mengeluarkan isinya dari dalam kotak. Pick gitar hitam dan bertulis indah "IDR" berwarna putih, sedangkan dibaliknya bertulis "(n)DF" dengan warna yang sama sepertk tulisan IDR tadi.

"Aku tau kamu udah jarang main gitar," Iqbaale mengangkat kepalanya dengan alis yang ikut terangkat. "Jadi aku pancing lagi sama pick itu." Lanjut Nk dengan senyuman diakhir kalimat. "Do you like it?"

"like it?" Nk mengerutkan dahinya cukup dalam mendengar penuturan Iqbaale yang sebenarnya belum selesai. "I love it."

Nk menghembuskan nafasnya dengan lega. "Kamu nih..."

Melihat reaksinya, Iqbaale hanya terkekeh sembari mencubit cukup kiat pipi Nk yang mulai cubby. Mungkin efek Nk yang sering makan. Nk hanya meringis keras mendapati perlakuan itu.

Seharian ini, Iqbaale dan Nk hanya berjalan-jalan ditaman itu, beberapa kali mereka berfoto, tapi mereka lebih sering berjalan-jalan sembari mengobrol tentang masa lalu, urusan rumah, atau perkembangan kedua buah hati mereka yang terasa cepat. Lalu setelah menyusuri taman tersebut slama siang menuju sore hari, Nk meminta Iqbaale untuk pergi membeli oleh-oleh, dan barulah mereka pulang ke hotel.

***

2 bulan kemudian...

Hari ini Nk libur ke butik, dan memilih menghabiskan waktu bersama Efel yang kini berumur 3 tahun. Sedangkan Diana, kini peri kecil itu sudah masuk Sekolah Dasar dan duduk dibangku kelas 2. Iqbaale tentunya sudah berangkat ke kantor.

Semenjak diberi pick gitar oleh Nk, Iqbaale slalu memainkan gitar akustik maupun listrik setiap pulang kantor. Dan ucapan Nk benar, melakukan hobi yang sempat hilang membuat Iqbaale terasa tenang dan otaknya jadi sedikit lebih jernih untuk berfikir.

Balik ke Nk dan Efel....

Kini keduanya sedang asik bermain playdoh, kini Nk sedang asik-asiknya mengajar Efel berbagai bentuk yang unik dari mainan tersebut, walau kadang, Nk sering menutup hidungnya karna bau aneh yang menurutnya menyengat, dan itu sungguh mengganggunya. Nk sempat curiga, tapi ia tepis jauh-jauh kecurigaannya itu.

"Nda." Pangil Efel sembari menoel-noel bahu Nk.

"Kenapa sayang?" Tanya Nk lembut.

Dengan senyuman lucunya, Efel menyodorkan hasil karyanya yang berantakkan, kemuka Nk, dan bahkan mendekati hidung Nk yang akhir-akhir ini sangat sensitiv.

Jika seminggu kebelakang Nk akan bersin jika mencium bau yang tajam, kali ini wanita berusia 32 tahun ini malah merasa mual. Dan dengan tergesa-gesa, Nk bangkit dari duduknya, lalu berlari menuju waftafel dapur, dan mengeluarkan cairan bening. Efel yang melihat reaksi sang Bunda pun ikut panik, dia ikut bangkit dan berlari kecil menghapiri Nk.

"Masa sih?" Gumam Nk setelah membersihkan mulutnya dan menatap ragu keran yang masih mengalir.

"Nda? Napa?" Tanya Efel terlihat khawatir,

Nk masih diam terpaku, lalu menunduk untuk menatap Efel dan menggeleng pelan dengan senyuman kecilnya yang palsu. Padahal Nk pun masih bingung dengan perlakuannya kali ini yang tentunya tidak wajar. Karna  masih ragu dengan dugaannya kalo dia hamil lagi, jadi ia kembali ke ruang keluarga, meraih ponsel, dan mengecek tanggal dimana dia terakhir kali datang bulan.

Matanya melebar saat mengetahui tamunya sudah tidak datang hampir 3 bulan lamanya. Sirklus Nk memang tak pernah konstan, tapi masa sih selama itu tamunya tidak datang?

Masih dengan opini yang sama, Nk langsug menelfon Iqbaale dengan keringat yang mulai bercucurkan ditelapak tangannya.

"Assalamu'alaikum, ada apa Bund?" Tanya Iqbaale disebrang sana.

"Wa'alaikumussalam. Yah, masih sibuk ga?" Nk meyakinkan jadwal Iqbaale.

"Buat Bunda sih, slalu kosong." Jawab Iqbaale dengn nada menggodanya. Dan sudah Nk tebak, wajah Iqbaale yang dibuat sejail mungkin. "Ada apa?" Tanya Iqbaale lagi dengan santai.

"Hmmm, bisa temenin ke dokter?" Tanya Nk berhati-hati.

"Efel sakit?" Suara Iqbaale mulai terdengar khawatir.

"Bukan Efel, tapi aku, Baale." Ujar Nk cepat dan pelan.

"Kamu kenapa?" Iqbaale lebih panik lagi.

"Aku ga yakin sih, jadi mending ke dokter aja dulu. Gimana?"

"Ya udah, kamu siap-siapa aja, sekarang aku otewe ke rumah. Ok?"

"Iya, hati-hati bawa mobilnya." Pesan Nk.

"Iya, ya udah di tutup yah. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaiakumsalam."

Nk menutup ponselnya, merapihkan playdoh yang masih bertebaran diatas meja. Untungnya Efel pun tak BT mainannya harus dibersihkan oleh Nk, dia malah beralih pada mobilnya yang sejak tadi nangkring didepan TV. Usai membersihkan ruang keluarga, Nk membawa Efel kekamarnya, mengganti bajunya dn menyiapkan keperluan Efel. Baru lah ia bersiap diri untuk pergi.

***

Disini lah mereka bertiga, menunggu giliran sembari sibuk dengan dunianya masing-masing; Iqbaale yang bermain mobil-mobilan bersama jagoannya, dan Nk yang memainkan jarinya tanpa tujuan yang jelas. Dan Iqbaale tau kekhawatiran itu.

Iqbaale memegang kedua tangan Nk dengan satu tangan, lalu memasang senyum terbaiknya saat istrinya menatapnya bingung. "Jangan khawatir gitu ah, kalo emang bener kamu hamil, kasian ke dedenya, lho."

Sebelum menyahut ucapan Iqbaale, Nk menghembuskan nafas beratnya. "Efel belum terlalu gede, Baale. Aku takut dia ga dapet perhatian lebih." Ujarnya mengeluarkan kegelisahannya. "Salah aku juga sih, ga pasang KB lagi pas liburan di Milan kemarin." Gumam Nk, yang teruntuk dirinya sendiri.

"Enggak bakal kok, Efel dan Diana pasti dapet perhatian yang seimbang kalo kamu hamil lagi." Iqbaale menepis pikiran ragu Nk dengan pikiran positivnya.

"Tapi aku belum siap lagi, Baale." Mata Nk mulai berair.

Iqbaale mengelus lembut kepala Nk yang tertutup hijab biru dongkernya dengan senyuman menenangkan. Lalu mengecup pelan dahi Nk dan menatapnya meyakinkan. "Ga ada yang tau pasti dia siap atau enggak dapat kerunia ini, (nam..). Dan harusnya kita tetap bersyukur, bukannya ngeluh kayak gini." Nk lupa, jika sudah begini situasinya, Iqbaale bisa sebijak itu, atau bahkan lebih bijak dari sekarang.

Nk masih memasang wajah cemberutnya, bahkan saat diperiksa oleh dokter pun, wajah Nk masih kusut seperti baju yang menumpul di laundry.

"Wah, Slamat yah pak, bu. Anaknya nambah satu lagi!" Seru dokter pelan dengan senyuman hangatnya.

Dugaan Nk tak meleset lagi kali ini. Dan itu kembali membuat mood NK turun drastis.

"Jangan banyak pikiran, makannya diatur, dibanyakin santainya, pokoknya apapun yang berat, mau itu barang atau pikiran, jangan dideketin dulu. Ok?" Pesan Dokter sembari bangkit dariduduknya dan berjalan menuju meja kerjnya.

Jika Nk memasang muka cemberutnya, Iqbaale malah memasang wajah bahagianya sembari menghampiri Nk yang sedang bangkit dari tidurnya. "Hasil Milan nih?" Bisik Iqbaale sangat pelan dan tepat ditelinga Nk. Mood Nk yang masih jelek, dibuat jelek lagi oleh Iqbaale, bahkan dia memukul cukup keras lengan Iqbale.

"Udah, tiga aja, jangan nambah lagi!" Pinta Nk, masih dengan muka murungnya dan suara pelannya.

"Iya, udah lebih dari cukup kok." Gumam Iqbaale sebelum mengecup singkat pelipis Nk. Dan itu membuat mood Nk sedikit membaik. Walau tidak drastis.

Usai ke dokter, Iqbaale memutuskan untuk menjemput peri kecilnya di sekolah dasar. Nk dan Efel hanya mengikuti perintah Iqbaale.

Dan disaat semuanya terasa hampir sempurna, lagi....

Ujian cinta mereka temui lagi....
Namun dengan soal yang berbeda....

***

'prank...'

Suara piring pecah membuat seluruh perhatian Iqbaale, Diana maupun Efel teralihkan ke Nk yang sedang ada di dapur. Wanita dengan perut membuncit itu memegang kepalanya, bahkan sampai menjabak kuat-kuat kepalanya yang sangat pening.

Melihat Nk hampir ambruk, dengan lincah Iqbaale menghampiri Nk dan memegang bahu istrinya agar tidak terjatuh.

"Baale?" Suara parau Nk membuat Iqbaale kian bingung. "Baale, kepala aku kenapa pusing banget?" Tanya Nk tak mengerti.

Iqbaale menggeleng pelan, lalu membopong Nk menuju kamar mereka. Diana dan Efel tak mengikuti, mereka hanya memasang muka bingung kearah kedua orang tuanya, lalu berusaha untuk tetap santai, walau nyatanya, mereka tetap khawatir dengan sang Bunda yang sedang mengandung 7 bulan adik mereka.

"Kamu istirahat dulu aja yah." Ujar Iqbaale sembari mengusap-usap pelan kening Nk yang ternyata memang panas. "Biar aku panggilin dokter ke rumah, oke?"

Nk tak merespon, dia hanya menatap bingung langit-langit kamarnya.

Iqbaale kian khawatir. Meraih ponselnya disaku celana tidurnya sembari keluar dari kamar, dan menghubungi Bundanya, dan barulah menghubungi dokter yang biasa mengatasi keluarganya.

"Ya Allah, jangan Nk juga...." Pekik Iqbaale sembari berjalan mondar-mandir didepan pintu kamarnya.

"Yah, Bunda kenapa?" Dengan rasa takut, Diana menghampiri Ayahnya dan menanyakan keadaan Bundanya.

Iqbaale menatap wajah sendu Diana, lalu berlutut dihadapan peri kecilnya, tersenyum palsu, dan menggeleng pelan.

"Bohong, pasti ada sesuatu!" Diana terlalu pintar untuk dibohongi.

"Ayah juga ga tau sebenernya, Sayang." Jawab Iqbaale dengan jujur. "Kita berdo'a aja yah, semoga Bunda cuma demam aja." Diana mengangguk.

Memang slama kehamilan ini, Nk terlihat tak biasa, tak seperti kehamilan sebelum-sebelumnya. Dari mulai pendengaran Nk yang mulai melemah, sering muntah-muntah, makan pun harus Iqbaale paksa, dulu saat sebelum hamil, dia jarang kedatangan tamu, pasti 2 bulan sekali, dan matanya pun sedikit memburam, padahal sudah diberi kacamata yang sekiranya pas untuk matanya, tapi ternyata tetap saja, Nk merengek karna tidak jelas untuk melihat. Pusing seperti ini pun bukan yang pertama kalinya, tangan kanannya jadi lebih sulit digerakkan. Dan satu lagi, berat badan Nk tak begitu naik dengan drastis slama kehamilan ini. Dan Iqbaale kian khawatir dengan kondiri Nk mau pun bayinya.

Memikirkan kondisi Nk akhir-akhir ini, membuat perut Iqbaale sakit, bukan sakit karna ingin kekamar mandi, melainkan perih yang beberapa minggu ini ia rasakan. Dan bersamaan dengan bunyil bell rumah. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Iqbaale berjalan menuju pintu.

Dan disanalah beliau, dengan muka yang panik mendengar kabar menantunya yang mendadak ambruk, ditambah melihat putra bungsunya yang terduduk lemas saat menyambutnya. Wajah cantiknya yang berkeriput makin panik lagi. "Ya Allah, kamu kenapa lagi, Baale?" Tanya Rike membantu Iqbaale bangkit dari duduk dilantainya menuju sofa tamu dekat mereka.

"Obat.." Bisik Iqbaale terdengar menyakitkan. 

Rike langsung berlari kedapur dan mencari obat yang pernah Iqbaale tunjukkan kepadanya. Mengambil air putih, dan kembali pada putranya, lalu memberi dua benda itu dan tentunya membantunya untuk meminum obat tersebut. "Udah Bunda bilang, oprasi aja. Kenapa bandel sih?!" Tegas Rike sembari menaruh air putih diatas meja kecil.

Iqbaale menggeleng pelan sembari bersandar lemas. "Obat juga gapapa kok. Ale pasti bisa, Bund." Elaknya.

"Nk udah tau?" Tanya Rike sembari berbisik.

Iqbaale melirik Bundanya dengan tatapan takutnya, seperti akan dimarahi saat pulang larut malam saat dia SMA dulu. Lalu ia menggeleng sangat pelan, lagi.

Melihat jawaban itu, Rike menatap kecewa anaknya dan menghembuskan nafas beratnya. "Baale, Nk tuh istri kamu, suka atau duka kabar yang kamu punya, tetap harus kamu beri tau. Ngerti kan?" Nasehat Rike slalu benar, dan sering Iqbaale langgar.

"Ale minta maaf.." Gumam Iqbaale.

Rike kembali menghembuskan nafas beratnya, lalu mengelus kepala Iqbaale dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Kamu udah gede, udah punya anak 2, mau 3 malahan. Tolonglah bersikap lebih dewasa lagi, ya?"

Iqbaale mengangguk. Lalu berusaha untuk bangkit dan menghampiri Nk, sedangkan Rike berusaha menghibur kedua cucunya.

Sesampainya di kamar, Iqbaale mendapati Nk yang sudah duduk bersandar pada kepala tempat tidur, menatap kearah depan dengan tatapan kosong, sesekali wanita itu mengucek matanya. Dan Iqbaale tau kenapa Nk seperti itu...

"Hey, udah baikan?" Tanya Iqbaale sembari duduk disamping NK, dipinggir tempat tidur.

"Makin buruk, Baale." Gumam Nk, menjawab pertanyaan sang suami.

Kening Iqbaale berkerut samar. "Kenapa?" Iqbaale kian panik.

"Mata aku, makin burem," Air mata Nk tak bisa ditahan lagi, dia menangis dengan isakan kecilnya. "Aku kenapa, Baale? eung.." rengek NK sembari memegang kedua tangan Iqbaale dengan rasa takutnya.

"Aku juga gatau, sayang." Sahut Iqbaale mengelus pipi Nk.

"Suara kamu juga jadi samar, kenapa?!" Nk kian takut dengan kondisinya, ia takut harus mengorbankan bayi yang ia kandung ini, sedangkan dirinya mulai menyayanginya.

"Kamu tenang dulu. Oke?" Sebisa mungkin Iqbaale menenangkan Nk yang malah kian terisak.

"Ga bisa...hiks..." Nk menangis sejadi-jadinya. Merasa tak tega, Iqbaale pun memeluk erat istrinya itu, dan sesekali mengecup pelipisnya, atau mengucapkan kata-kata manis yang sekiranya membuat Nk lebih tenang.

Kehamilannya kali ini, lebih rumit di bandingkan sebelumnya....

Sangat rumit sampai Iqbaale rasa...

Kehamilan Nk harus diakhiri secapatnya.....

***

Akhirnya di next lagi.....

Yap, ini konflik yang pengen aku tunjukin kekalian...
Dan moga kalian bisa ikhlas menjalaninya....

Aku bingung mau nulis apa lagi,-,

Jangan lupa tinggalkan jejak kasih sayang kalian...

Salam sayang
Fina

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

193K 10.4K 26
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesenga...
1.8K 142 28
"Ya ampun capek banget, pengen nikah aja." - "Ya udah ayo nikah." - "HAH!" - Chacha cuman nyeletuk doang bilang pengen nikah, tapi malah ada yang ny...
1.7K 246 10
Prihal 'rumah' serta lara yang melebur dalam dua jiwa bergejolak asmara, dengan dibalut suka cita, keduanya membara layaknya kobaran anala.
99.6K 17.7K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...