part 7

10.3K 637 0
                                    


"Tadi di bawah kamu di cium ya?" Kata (namakamu) sambil terus menikmati suasana Jakarta yang terlihat sibuk.

'DEGH..'

"Ka,kamu.." Iqbaal gugup, tak mampu berucap.

(namakamu) terkekeh pelan, namun masih dapat di dengar oleh Iqbaal.

Iqbaal mendekat kearah (namakamu), memegang kedua bahu (namakamu) dan langsung menglusnya dengan lembut. Mengecup kepala (namkamu) dengan lumayan lama, membuat istrinya terasa nyaman.

"aku tau kamu masih di pusingkan dengan jawaban itu.." ucap (namakam) dengan tangan kirinya menggapai tangan kanan Iqbaal.

"Maaf.." lirih Iqbaal, setela mengecup lama kepala (namakamu).

(namakamu) tersenyum, "kamu jangan minta maaf ke aku, tapi harusnya kamu minta maaf sama Bunda," katanya dengan pelan.

"apa harus aku kasih tau soal tadi? Soal ciuman itu?" Tanya Iqbaal sambil menaruh dagunya di kepala (namakamu).

"ya.." jawab (namakamu) dengan cepat dan singkat. "karna ciuman tadi itu udah lewatin batas.."

Iqbaal kaget dengan ucapan (namakamu), mengerutkan dahinya, tak mengerti. Iqbaal memutar kursi roda (namakamu) kearahnya, iqbaal berjongkok agar bisa menatap kedua mata indah (namakamu) lebih jelas, hingga mereka saling berhadapan. "melewati batas? Maksud kamu apa sih? Aku ga ngerti.." Tanya Iqbaal masih tak mengerti.

Senyumannya masih ia kembangkan, lalu (namakamu) mengusap bibr iqbaal dengan ibu jarinya. "bukan Cuma aku kan yang coba ini?" Tanya (namakamu) sambil terus mengusap bibir iqbaal dan menatap mata iqbaal dengan damai.

Iqbaal menggeleng pelan, lalu menggapai kedua tangan (namakamu), menggenggam erat. "dia Cuma cium kedua pipi dan hidung aku aja kok, ga lebih.." kata iqbaal dengan jujur.

Tatapannya tajam, namun masih damai. (namakamu) menghembuskan nafasnya, matanya masih menatap iqbaal. "aku ngantuk baal," ucapnya sambil perlahan melepas genggaman itu. Iqbaal bangkit, hendak mendorong kursi roda (namakamu). "ga usah baal, aku bisa.." cegah (namakamu).

Iqbaal mengerutkan dahinya kembali, memperhatikan istrinya yang berusaha mendorong kursi rodanya sendiri menuju ranjangnya. "kamu marah sama aku?" Tanya Iqbaal.

Spontan membuat (namakamu) berhenti. "Aku Cuma pengen hati kita tenang dulu.." jawab (namakamu), lalu mulai jalan kembali, dan terhenti tepat di sebelah kiri ranjang, berusaha turun, namun sulit, karna kaki kanannya yang masih di gips.

"makanya kalo aku tawarin di terima! Jangan ditolak gitu aja.." tiba-tiba saja iqbaal membopong tubuh (namakamu), tentu (namakamu) kaget. Dengan reflex (namakamu) mengalungkan tangannya di leher iqbaal.

Bukannya menaruh (namakamu) di ranjang rawatnya, Iqbaal malah duduk di ranjang rawat dengan keadaan menggendong (namakamu). "kok malah duduk?" Tanya (namakamu) bingung.

Iqbaal tersenyum. "aku pengen lebih lama sama kamu.." ucap Iqbaal lembut. (namakamu) memukul pelan dada bidang Iqbaal.

"baal, aku ngantuk! Jangan main-main, aku beneran cape nih.." keluh (namakamu) manja.

"tumben kamu manja, biasanya engga.." ucap Iqbaal.

"habis, kamu tuh ya, udah tau waktunya tidur, malah main-main, kan capek.." (namakamu) kembali memukul dada iqbaal dengan pelan.

Iqbaal terkekeh, lalu ia menepuk-nepuk dada bidangnya yang sugguh mengganggu iman. "tidur disini aja." Lagi-lagi (namakamu) memukul dada bidang iqbaal, namun kali ini sedikit lebih keras.

Love Me Harder (end)Where stories live. Discover now