Part 8

10.8K 640 1
                                    


"Rencana yang paling indah yang Ia berikan padaku.." ucap Iqbaal melepas jambakannya itu dan langssung melihat (namakamu) yang sedang tertawa.

Adiba menatap Iqbaal dari samping dengan tatapan bingung.

"Karna Allah udah menggetarkan hatiku, lewat bidadari yang paling indah sesudah Bunda dan Tehh Ody." Lanjut Iqbaal, lalu senyumannya terukir di bibirnya. Lalu ia menghampiri (namakamu), Bunda rike dan ummi pipik.

Adiba masih berusaha mencerna ucapan Iqbaal, lalu ia menyusul Iqbaal.

~~~~~~~SKIP~~~~~~~

~~~6 bulan kemudian~~~

Waktu begitu cepat berlalu, gips yang melekat di kaki (namakamu) sudah dilepas, namun jalan (namakamu) belum bisa normal seperti biasa jalannya masih perlu di tuntun, bahkan kadang saat berjalan, ia masih suka meringis, merasakan kakinya yang terasa aneh.

Makin cepat waktu berlalu, makin dekat iqbaal harus menjawab pertanyaan dari sang bunda, soal jawaban? Ia masih ragu untuk menjawabnya. (namakamu)? Dianty? (namakamu)? Dianty? (namakamu)? Dainty? Pikirannya masih dihantua oleh pilihan itu.

Jika dulu (namakamu) tidur di ruang kerja dan Iqbaal di kamar atau sebaliknya, kini saat (namakamu) ingin beranjak, slalu saja Iqbaal menarik tangannya, dan mereka slalu tidur di ruangan bahkan ranjang yang sama, tak lagi ada rasa benci dan keji di dalam hati Iqbaal, hanya ada rasa sayang, cinta, dan rindu saja, apa lagi terukir nama indah di dalam hatinya, bukan hanya 'Dianty Annisa', namun nama '(namakamu) Daiyamondo' sudah melekat di hati Iqbaal.

Kini Iqbaal sedang mengetik di penrty milik keluarga kecilnya yang belum sempurna, menunggu (namakamu) yang sedang membuat kopi kesukaannya.

"Serius amat, baal.." (namakamu) menaruh secangkir kopi iqbaal dan miliknya di meja pantry, lalu ia duduk di sebelah Iqbaal.

"iya nih, soalnya sambil nyari materinya." Kata Iqbaal dengan mata yang masih focus ke leptopnya.

"lho, emang kamu ketiggalan materi? Kok sambil nyari materi segala?" Tanya (namakamu), lalu ia menyeruput kopinya.

"tau deh, dosen yang ngajar ga becus ngajarnya, aku jadi ga ngerti deh." Ucap Iqbaal sambil meraih kopinya, lalu meminumnya.

"oh ya baal, sekarang tanggal berapa ya? Aku kayaknya ketinggalan banyak deh materi di kempus." (namakamu) bernada cemas.

Dengan gemas Iqbaal mengacak-ngacak rambut (namakamu). "tanggl 19 Desember, emang kenapa sih sampe khawatir gitu?" Tanya Iqbaal heran.

"ih, Iqbaal nih, kan kamu tau aku ga mau Dosen aku kecewa, aku udah janji sama beliau bakal lulus cepet sama cepet-cepet bikin butik, aku tuh ga enak nitip baju terus di butik dosen aku." Cibir (namakamu) membuat Iqbaal terkekeh.

"tampa kuliah pun kamu bisa kok bikin butik semewah yang kayak ada di paris.." (namakamu) tersenyum mendengar penuturan Iqbaal yang sungguh membuat hatinya senang. Lalu Iqbaal mengecup pelipis (namakamu). Tersenyum kembali kearah istrinya itu.

"Tapikan sama aja perlu belajar lebih banyak." Ucap (namakamu) sambil tersenyum tipis.

"Ya udah, kamu belajarnya satu-stu dulu ok? sekarang kamu lancarin jalannya dulu, nanti kamu lanjutin lagi kuliahnya, ok?" Iqbaal mengedipkam sebelah matanya, sungguh membuat pipi (namakamu) merah bak tomat yang baru matang.

"tapi kayaknya besok ke dokter harus dipasang perban deh.." (namakamu) menunduk dan menatap kaki kanannya, sebenarnya ia menyembunyikan pipinya, namun ia memakai akalnya agar tak dicurigai suaminya.

Love Me Harder (end)Where stories live. Discover now