30 (yeyyyy!!!)

5.6K 385 9
                                    

Ini mungkin adalah part terpanjang ke dua yang pernah aku bikin.

Siapin waktu dan kebaperan kalian yah hadepin Iqbaale, Nk dan Diyanti, pastiin kalian udh melaksanakan kewajiban kalian sebelum baca.

Oke deh, dari pada makin lumutan, slamat membaca ^^

*
*
*
*
*

Sesampainya di hotel, Nk menidurkan tubuh mungil Diana diatas kasur king size dan menyelimutinya, lalu mengambil handuk putih dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.

Dirintikan air yang shower berikan Nk merenung, memikirkan setiap huruf yang ia lontarkan sebelum meninggalkan Iqbaale tadi.

***

"saat aku masih ada dipelukan kamu."

Iqbaale menyelipkan rambut Nk kebelakang telinganya, lalu tersenyum kembali sebelum mengecup setiap permukaan wajah cantik yang dimiliki Nk, tak terkecuali bibirnya yang sedikit pucat, walau hanya sesaat, namun Nk menikmatinya. "Aku sudah berjanji sejak lama, jadi jangan kau ragukan atau meminta lagi, okey?" Ucapnya agar raut wajah permohonan Nk sedikit mereda.

"mbak Nk, taxinya udah dateng." tiba tiba saja Ica datang membawa kabar bahwa seperti itu, kabar yang nampaknya tak ingin Iqbaale dengar.

"Baiklah, aku tunggu." Ungkapnya sebelum mengecup singkat bibir Iqbaale lalu bangkit meninggalkan Iqbaale yang masih di posisinya tadi; berjongkok dengan bibir sedikit terbuka akibat terkejutannya teehadap Nk yang mendadak mengecupnya.

***

Nk masih diam, belum menyentuh sabun atau samponya, dirinya masih diam dengan posisi bersender pada dinding kamar mandi dan terduduk memeluk kakinya dengan banjuran air, tak mempedulikan tubuhnya yang semakin lama semakin kedinginan walau terkena air hangat. Dirinya hanya mementingkan ucapannya yang terasa bodoh.

"gue ngomong apaan sih tadi? 'aku tunggu'? Tunggu apa? Tunggu mereka cerai, gitu? Akh, loe kenapa sih, (nam...)? Loe kan emang ga ada dendam aneh-aneh sama Diyanti? kok mendadak gini sih? Jadi antagonis tau ga loe? Akh...!" gumam Nk pada diri sendiri. Ia belum menyadari kembencian dilubuk hatinya pada sahabatnya itu, entah tak menyadari atau tidak peduli, ia tak tau.

"apa gue terlalu jahat yah jadi PHO diantara mereka?" gumamnya lagi sembari menggigit kukunya yang masih pendek. "Tapi kalo dipikir lagi, dia juga jahat sih minta Iqbaale cereiin gue buat dia sendiri, padahal apa bedanya sih kalo berbagi suami? Dulu juga pernah kan?" Dan sekarang ia baru sadar kejahatan Diyanti. "Tapi ga enak juga yah kalo bagi suami, di guenya juga bakal ga enak kalo gitu mah." lagi lagi ia menggigiti kukunya, sampai tidak sadar ia menggigit kuat kulit bagian ibu jarinya hingga berdarah. Lalu ia meringis cukup kuat.

"duh, nih apa lagi?" gerutunya, lalu berdecak keras sebelum membersihkan dirinya dengan sabun dan sampo.

Usai mandi dan berpakaian, ia siap beribadah dan berdoa. Setelahnya,dan Sebelum melepas mukenanya usai sholat, ia langsung berbaring disamping Diana dan membuat pola dipunggung tangan peri kecilnya.

"Maafin Bunda yah, Na, Bunda masih labil aja diumur segini." bisiknya pelan. Lalu kembali melamun, mengenang setiap kejadian yang unik yang ia alami bersama Iqbaale, dulu; Entah saat ia sering dicuekin dibangku SMA, saat akad menikah berlangsung dingin namun indah, kejadian mengenaskan setelah setahun menikah, mulai dicintai Iqbaale, bahkan sampai kehadiran Diana ia kenang. Setiap perjalanan cinta tak pernah slalu mulus, kadang Nk meresa bahwa kisahnya hanya ada gunung, lubang, jurang, sungai sampai gurun, salju dan samudra ia rasakan slama mencintai Iqbaale, namun sama halnya seperti perjalanan dari Sabang sampai Marauke, walau sulit namun indah karna pemandangannya, dan Nk tak menyesal dengan perjalanannya slama ini.

Love Me Harder (end)Where stories live. Discover now